[8/5 21.09] +62 857-3257-0129: Malam ini kita diskusi mengenai tema *"Kematangan Pandangan Hidup di Usia 30"*
[8/5 21.15] +62 857-3257-0129: KEMATANGAN PANDANGAN HIDUP DI USIA 30 TAHUN
Apa pentingnya kita belajar mengenai kematangan (maturity)? Yuuk kita belajar sama-sama.
I. Kematangan (maturity)
Definisi kematangan yang saya berikan berdasarkan dari teori maturity Allport adalah kesiapan individu dalam menjalani segala tugas perkembangan dan pertumbuhan, memiliki kesadaran dalam berpikir dan bertindak, dan jauh dari impulsif dan sifat kekanak-kanakan.
Kita secara umum terbiasa menyebut orang yang sudah matang dengan kata “sudah dewasa”.
Tidak semua orang bisa dikatakan telah matang meskipun sudah mencapai usia dewasa (18-40 tahun). Karena tolok ukur matang bukan sekedar usia. Kita dikatakan matang jika, seberapa besar kesadaran kita dalam berpikir dan bertindak, lalu seberapa besar kita secara sadar dalam mengambil sebuah keputusan. Bukan lagi sekedar ikut-ikutan, sekedar ingin, atau karena disebabkan dorongan tidak sadar yang lain seperti trauma dan kenangan masa kanak-kanak (inner child).
Contoh, Tidak dikatakan pribadi yang matang jika anda sudah berusia 30 tahun namun Anda masih impulsif (bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu konsekuensinya). Istilah sederhananya masih labil.
Jadi kata kunci dalam membahas kematangan di sini ada kata siap (fisik & psikis), sadar dan tidak impulsif. Sadar dan tidak impulsif juga berarti kita tahu dengan pasti bahwa ada tanggung jawab yang menyertai dalam setiap pikiran, tindakan dan perkataan serta memahami hukum sebab-akibat.
Kemudian saat kita membahas kesiapan menjalani tugas pertumbuhan dan perkembangan ini berarti bahwa pribadi yang matang selalu berorientasi pada masa depan dan tujuan hidup yang terarah.
Jadi tidak dapat dikatakan matang/dewasa jika kita tidak mampu/tidak mau merencanakan masa depan/tujuan hidup. Kita belum dikatakan matang jika kita belum menyadari ada tugas perkembangan yang harus kita tuntaskan di tiap periode usia kehidupan kita.
Atau kalau boleh saya simpulkan secara ringkas dengan bahasa saya adalah, kita belum bisa dikatakan matang/dewasa jika kita belum menemukan, menyadari dan menerima dengan ikhlas apa peran kita dalam kehidupan ini.
Oke, sampai sini jelas yaa..
Baik, sekarang izinkan saya membahas sedikit mengenai apa itu tugas perkembangan.
[8/5 21.16] +62 857-3257-0129: II. Setiap Individu Mempunyai Tugas Perkembangan
Havighurst mengemukakan bahwa setiap individu memiliki tugas perkembangan. Apakah itu tugas perkembangan?
Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh tiap individu sesuai dengan fase atau periode kehidupan tertentu. Intinya ada hal-hal penting yang harus ada/muncul pada diri seseorang pada usia/fase tertentu.
Mengapa bisa ada/muncul yang namanya tugas perkembangan? (Hurlock, 1981)
1. Adanya kematangan fisik. Misal, saat anak berusia satu tahun, pada umumnya mereka secara fisiologis mulai memiliki kekuatan pada otot kaki, leher, dan tulang belakang, sehingga pada umumnya anak 1 tahun sudah bisa berjalan. Ini yang dianggap secara normal dan sehat dan menjadi standar kapan anak harus bisa berjalan.
2. Tuntutan Masyarakat/budaya. Contohnya menikah. Di Indonesia terutama di Jawa Timur, masyarakat menilai bahwa wanita di usia 20an sudah selayaknya menikah dan akan dianggap sebagai perawan tua bila sampai usia 30 tahun belum menikah.
3. Ekspektasi individu (cita-cita pribadi), memilih teman/pekerjaan
4. Tuntutan norma agama. Anak usia 10 tahun wajib sholat. Bila ada orang dewasa20 tahun belum mau sholat maka secara norma agama perilaku ini tidak dapat diterima dan dikatakan berdosa.
Jadi mengenai apa itu tugas perkembangan sudah jelas ya?
Nah, berarti dengan menengok kembali judul diskusi kita hari ini yaitu “Menyiapkan Kematangan Pandangan Hidup di Usia 30”, maka pertanyaannya kemudian adalah “bagaimana individu dikatakan matang di usia 30 tahun?”
[8/5 21.17] +62 857-3257-0129: Menurut Allport, ciri-ciri individu dewasa yang telah matang adalah berikut diantaranya:
1. Perluasan Diri
Dikatakan sudah matang bila kita mampu memahami diri kita sendiri (kecerdasan intrapersonal) dan bila kita mampu terlibat secara luas dengan dunia luar. Jika di fase kanak-kanak kita mengenal ada fase egosentris (berpikir menurut sudut pandang pribadi dan kesulitan berpikir dari sudut pandang orang lain), maka pada pribadi dewasa yang belum matang ada yang namanya adult egocentrism.
Ini bukan berarti kita tidak boleh memikirkan diri sendiri sama sekali, bukan. Tetapi jika kita ingin menjadi dewasa (ingin yaa, berarti sadar) maka mulailah belajar menurut sudut pandang orang lain. Karena kebenaran itu memiliki banyak sisi, tergantung dilihat dari mana dan oleh siapa.
2. Memiliki hubungan yang hangat dengan orang lain. Mampu menjalin pertemanan dan persahabatan. Mampu menjaga keharmonisan hubungan dengan orang lain, menghormati dan menghargai orang lain.
Jadi kita belum bisa dikatakan menjadi pribadi yang matang jika di usia dewasa kita masih mudah berkonflik dengan orang lain, dengan lawan jenis, dan bahkan dengan orang tua. Memang dalam hidup akan selalu ada permasalahan. Namun, pribadi yang matang akan lebih memusatkan perhatiannya kepada harmonisasi. Ini juga bukan berarti diam-diam bae ya kalau ada konflik, bukan begitu. Bagaimana caranya kita dapat mengelola konflik dengan komunikasi yang baik dan memiliki empati kepada pihak lain dan fokus pada penyelesaian masalah. Bukan fokus pada siapa menang-siapa kalah. Ini berkaitan dengan kecerdasan interpersonal, yaitu kemampuan seseorang untuk menilai dan memahami orang lain dan bertindak sesuai kondisi yang dihadapi.
3. Keamanan emosional dan penerimaan diri.
Individu yang matang dapat mengontrol emosinya, tidak meledak-ledak dan tidak pula menekannya (repress). Tidak berlebihan dalam menanggapi sesuatu dan tidak pula berlebihan dalam ketakutan/kecemasan (neurosis). Selain itu, pribadi yang matang dapat menerima kelebihan dan kekurangan diri dan tidak merasa terancam dengan hal tersebut.
4. Mampu memandang dan berpikir objektif serta realistis
Individu yang matang dalam melihat suatu hal/problem/fenomena akan dapat menilai dengan lebih objektif dan realistis, menerima sesuai apa adanya tanpa ingin mengubah sesuai keinginan, khayalan, kebutuhan, dan ketakutan diri sendiri. Istilah kita jaman now itu “gak halu”.
Nah, karena mampu berpikir objektif dan realistis, orang kalau sudah matang akan dapat menerima kondisi yang ada pada dirinya, mampu mensyukurinya, dan mampu berkomitmen serta bertanggung jawab atas hidupnya. Misal, mau mencari nafkah utnuk keberlangsungan hidup, berkomitmen dan berdedikasi terhadap pekerjaannya dan mampu mengetahui kemampuan dirinya.
5. Memiliki selera humor, mampu menertawakan diri sendiri.
Individu yang matang tidak merasa terancam dengan kelemahan dan kekuatan dirinya. Kemampuan menerima ini dapat terlihat dari bagaimana selera humor seseorang dan caranya menertawakan diri sendiri. Ini berbeda dari rendah diri.
6. Memiliki filosofi/falsafah hidup.
Agama saya yakini merupakan panduan yang tepat bagi kehidupan kita. Kalau menurut Allport, agama hanya salah satu falsafah/pedoman hidup. Tapi bagi saya agama adalah pedoman hidup.
Individu yang matang seyogyanya mau secara sadar untuk berkomitmen terhadap agamanya dan hidup dengan menggunakan pedoman agamanya.
Saya ingat sebuah tayangan diskusi di sebuah stasiun TV India yang pembicaranya ada Dr. Zakir Naik dan Shah Rukh Khan. Ada satu pertanyaan yang dijawan oleh kedua narasumber tersebut dengan jawaban berbeda. Kurang lebih begini pertanyaannya, “apa yang terpenting menjadi seorang muslim?”
Shah rukh khan: yang terpenting dari menjadi muslim adalah “feeling become a muslims”.
Dr. zakir Naik: yang terpenting dari menjadi muslim adalah, “practicing” yaitu menjalankan kewajiban dan syariat agamamu. Jadi yang namanya pribadi matang itu, mau menjalankan perintah agamanya.
[8/5 21.32] +62 857-3257-0129: Jadi “KEMATANGAN DIRI” bukan hanya sekedar bertambah dan berkurangnya jatah usia. Melainkan daripada itu, “KEMATANGAN” adalah kesadaran diri untuk menerima tugas-tugas dan peran kehidupan yang telah Allah gariskan, dan secara aktif menjemput takdir terbaik dari-Nya. Individu yang matang telah mengikhlaskan masa lalunya, mengikhlaskan trauma masa kanak-kanaknya, ikhlas menjadi anak, istri, suami, dan peran lain yang melekat pada dirinya. Pribadi yang matang bersemangat menjemput dan merencanakan masa depannya. Pribadi yang matang mampu bertanggung jawab dan berkomitmen atas pilihan hidupnya dan atas syariat dan perintah Tuhan-nya.
[8/5 21.33] +62 857-3257-0129: Jika melihat teori psikologi kita mengenal periodesasi perkembangan manusia seperti masa bayi dan kanak-kanak, masa sekolah, masa remaja, dewasa awal, dewasa madya, dewasa akhir dan lansia.
Dalam pendekatan Fitrah based education, dikatakan bahwa dalam Islam tidak ada masa remaja, yang ada adalah masa pre aqil baligh dan masa baligh. Kalau dalam Islam baligh itu kurang lebih usia 15 tahun untuk laki-laki dan jika sudah haid bagi perempuan. Itu adalah tanda-tanda kematangan secara fisik dalam Islam. Kemudian kematangan fisik ini membawa pada konsekuensi bahwa individu baligh maka dia sudah dikatakan matang/dewasa untuk menanggung beban syariat.
[8/5 21.35] +62 857-3257-0129: Namun seperti yang kita ketahui dengan melihat perkembangan sekarang bahwa meskipun anak-anak kita sudah menunjukkan kematangan secara fisik, pemikiran, dan tindakan masih belum bisa dikatakan matang mental.
[8/5 21.41] +62 857-3257-0129: inilah yang menjadi Pekerjaan Rumah kita bersama sekarang.. bagaimana menyiapkan generasi anti galau dan siap menanggung beban di saat usianya dewasa. apa yang harus kita lakukan?
Yang terdekat yang bisa kita lakukan adalah membentuk diri kita dan melatih diri kita agar matang secara fisik dan mental. Mari kita menerima peran yang telah Allah bagi dan terus melatih diri. insyaAllah nantinya kita akan mampu mendidik generasi berikutnya untuk menjadi generasi yang tangguh dan mampu menanggung beban syariat dari Tuhan-nya sebagai khalifatu fil ardh.
[8/5 21.42] +62 857-3257-0129: Sudah Mas Iqbal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar