Materi dari grup Diskusi Online Penerbit SAGA Indonesia
semoga dalam kondisi yang sehat selalu, dimudahkan dalam segala urusan dan ibadah..
Saya Amron, hanya ingin berbagi apa yang saya dapat dari sebuah buku Terlaris versiNew York Times dan Globe and mail.
*The Subtle Art of Not Giving a F*ck*
Nah, sebagai awalan saya sampaikan informasi singkat dari buku ini yaaa....
Judul Asli : The Subtle Art of Not Giving a Fuck
“Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat”
Pendekatan yang waras untuk menjalani hidup yang baik
Penulis : Mark Manson
Cetakan XXIV : Mei 2018
246 Halaman
Baik, mari kita mulai.... Buku ini menarik bagi saya, mengajak saya berpikir kembali tentang apa yang sebenarnya saya pikir, pedulikan dan lakukan. Bukan hanya soal apa, tapi untuk apa dan mengapa.
Mark mengajak kita melalui buku untuk berpikir lebih sederhana dalam menjalani hidup. Menurutnya, kunci kehidupan yang baik itu adalah *peduli pada hal yang sederhana, penting dan mendesak saja.*
Mark juga mengingatkan kita agar kita tidak terlalu terbuai dengan kata-kata harapan positif seperti ingin kaya, tampil cantik, tampil menarik, dll. Karena pada dasarnya hal itu hanya mempertegas kekurangan kita. Kita ingin tampil menarik ya karena kita merasa diri kita tidak menarik. Kita mengejar uang dan terus mengejar karena kita mengonfirmasi bahwa kita kekurangan uang.
Kita agak lupa dengan konsep penerimaan, bahwa uang segini cukup, fisik demikian juga baik dan sehat.
Kita agak lupa dengan konsep penerimaan, bahwa uang segini cukup, fisik demikian juga baik dan sehat.
Apakah tidak boleh berpikir demikian?
Boleh, _bodo amat kan?_
Padahal dengan menerima kita menjadi lebih tenang. Hanya, apakah dengan itu kita merasa bahagia? Atau justru sebaliknya... mengejar uang, kecantikan, dll menjadikan kita mengejar sesuatu yang tidak pasti dan diluar kendali, seperti gitaris megadeath yang meskipun sudah begitu sukses masih merasa gagal karena ukuran suksesnya adalah “mengalahkan” rivalnya, metallica.
Boleh, _bodo amat kan?_
Padahal dengan menerima kita menjadi lebih tenang. Hanya, apakah dengan itu kita merasa bahagia? Atau justru sebaliknya... mengejar uang, kecantikan, dll menjadikan kita mengejar sesuatu yang tidak pasti dan diluar kendali, seperti gitaris megadeath yang meskipun sudah begitu sukses masih merasa gagal karena ukuran suksesnya adalah “mengalahkan” rivalnya, metallica.
Kita selalu disuguhkan pada iklan di TV atau media bahwa kehidupan yang baik itu selalu berkaitan dengan materi; Mobil lebih mewah, rumah lebih besar, istri lebih cantik, dll. Dan kita dipaksa memperhatikan banyak hal, bahkan pada apa yang sebenarnya tidak diperlukan dan tidak perlu diambil pusing. Seberapa sering kita merasa hidup kita tak sebahagia orang yang posting di Instagram? Seolah hidupnya sempurna dan menyenangkan sedangkan hidup kita berantakan dan tak bermakna. Mulailah kita berpikir, “sepertinya enak jadi dia?” “Wah, temenku udah gini udah gitu. Aku kapan?” Kita fokus memperhatikan banyak hal, lupa memperhatikan diri sendiri. Kita lupa untuk belajar fokus dan memprioritaskan pada hal yang penting.
Kita lupa, bahwa *menginginkan pengalaman positif adalah pengalaman negatif, dan menerima pengalaman negatif adalah pengalaman yang positif*. Yang akan menuntun kita harus mampu menerima setiap pengalaman negatif kita agar kita memiliki pengalaman positif.
*Lalu, sebenarnya apa yang dimaksud Bodo amat oleh Mark?*
1. *Bodo amat bukan berarti acuh tak acuh, masa bodoh artinya nyaman menjadi berbeda.* Bodo amat bukan berarti tak peduli; bodo amat pada hal yang tak bermakna dan hanya peduli pada hal yang penting saja. Berkaitan dengan tujuan, yang dimaksud bersikap masa bodoh adalah terhadap kesulitan / kesengsaraan yang menghalangi tujuan. Karena kesulitan tak akan bisa dihindari.
2. Nah, untuk bisa “bodo amat” pada kesulitan, maka kita harus memiliki hal yang lebih penting dari kesulitan.
Maka, PR kita adalah memiliki sesuatu yang penting dan bermakna untuk diperhatikan. Karena jika tidak, perhatian kita akan tercurah pada hal yang kurang berarti.
*MEMAKNAI KEBAHAGIAAN DAN MASALAH*
Siapa yang hidupnya tak ada masalah? Ngga ada! Dan jangan berharap tak memiliki masalah. Karena masalah pasti datang silih berganti bahkan meningkat. Bisa jadi sederhana, terkadang rumit luar biasa. Masalah memberikan pelajaran kepada kita untuk terus tumbuh.
Kesalahan yang kita perbuat, kegagalan yang pernah kita alami, penolakan yang pernah menghampiri adalah pelajaran penting untuk tidak mengulanginya di hari esok.
Percayalah, *kebahagiaan akan hadir ketika kita berhasil _menyelesaikan_ masalah*. Ini kata kerja ya, jadi ngga bisa kita bahagia hanya dengan berdiam diri saja.
Siapa yang hidupnya tak ada masalah? Ngga ada! Dan jangan berharap tak memiliki masalah. Karena masalah pasti datang silih berganti bahkan meningkat. Bisa jadi sederhana, terkadang rumit luar biasa. Masalah memberikan pelajaran kepada kita untuk terus tumbuh.
Kesalahan yang kita perbuat, kegagalan yang pernah kita alami, penolakan yang pernah menghampiri adalah pelajaran penting untuk tidak mengulanginya di hari esok.
Percayalah, *kebahagiaan akan hadir ketika kita berhasil _menyelesaikan_ masalah*. Ini kata kerja ya, jadi ngga bisa kita bahagia hanya dengan berdiam diri saja.
O iya, Semua orang memiliki masalahnya masing-masing. 😃
Sayangnya sebagian menerapkan 1 diantara dua hal ini, yang membuatnya selalu dirundung masalah
Sayangnya sebagian menerapkan 1 diantara dua hal ini, yang membuatnya selalu dirundung masalah
a. _Penyangkalan_. Merasa tidak memiliki masalah artinya menghindar dari masalah, yang nyatanya itu hanya akan membuat “kenikmatan semu”, sebentar saja kita merasa aman dari masalah dan kita tak pernah tumbuh. Kapasitas kita terhenti disitu, dan maslaah kita levelnya segitu saja
b. _Mentalitas Korban._ Merasa inferior, “aku tak mampu menyelesaikannya” dan memilih menyalahkan orang lain atau pihak diluar dirinya yang tak bisa dikendalikan. Jelas,, orang yang seperti ini tak akan berkembang. Semoga kita tidak begitu.
*Berikutnya dalam buku ini dibahas bahwa kita ngga istimewa!*
Jika hari ini kita mendengar bahwa setiap kita unik dan istimewa, maka tunggu dulu. Jangan ditelan mentah-mentah. Hal itu bisa membuat kita terbuai.
Hanya membuat kita fokus pada kelebihan kita, kemudian kita "minta" diistimewakan oleh orang lain dengan segala (rasa) kelebihan kita. Atau jika kita punya masalah yang menurut kita berat, kita merasa perlu diperhatikan, berlaku sebagai “korban”.
*Padahal seharusnya kita mampu menghargai diri kita dengan mampu melihat sisi negatif kita, dan jujur akan hal itu.*
Btw, kalau semua orang istimewa sama saja tidak ada yang istimewa, kan?
Jika hari ini kita mendengar bahwa setiap kita unik dan istimewa, maka tunggu dulu. Jangan ditelan mentah-mentah. Hal itu bisa membuat kita terbuai.
Hanya membuat kita fokus pada kelebihan kita, kemudian kita "minta" diistimewakan oleh orang lain dengan segala (rasa) kelebihan kita. Atau jika kita punya masalah yang menurut kita berat, kita merasa perlu diperhatikan, berlaku sebagai “korban”.
*Padahal seharusnya kita mampu menghargai diri kita dengan mampu melihat sisi negatif kita, dan jujur akan hal itu.*
Btw, kalau semua orang istimewa sama saja tidak ada yang istimewa, kan?
Apa iya orang yang sukses dan berpengaruh adalah mereka yang merasa diri mereka istimewa?
Siapa orang sukses menurut temen-temen?
*Jack Ma?*
Apakah beliau tumbuh dari pengakuan diri bahwa beliau istimewa?
Ngga juga kan? Justru dengan kita merasa diri kita biasa, tidak istimewa, pernah gagal dan mengakui kegagalan, kita akan terpacu menjadi orang yang luar biasa.
Merasa istimewa akan mematikan “daya juang” kita, karena kita ingin selalu diperhatikan.
Siapa orang sukses menurut temen-temen?
*Jack Ma?*
Apakah beliau tumbuh dari pengakuan diri bahwa beliau istimewa?
Ngga juga kan? Justru dengan kita merasa diri kita biasa, tidak istimewa, pernah gagal dan mengakui kegagalan, kita akan terpacu menjadi orang yang luar biasa.
Merasa istimewa akan mematikan “daya juang” kita, karena kita ingin selalu diperhatikan.
*Nilai Penderitaan*
Tadi sudah kita bahas, bahwa kebahagiaan adalah hasil perjuangan menghadapi penderitaan. Nah, pertanyaannya adalah kita menderita untuk apa? Kebahagiaan yang seperti apa? Mengapa kita menderita?
Jika jawabannya karena kita ingin mencapai suatu kesuksesan, ada pertanyaan lagi, mengapa kita menganggap itu kesuksesan? Lalu dengan standar apa kita mengukur diri kita sendiri?
Standar atau nilai ini akan menentukan cara pandang kita melihat masalah. Ada orang yang merasa bahagia hanya dengan tinggal di desa dengan anak dan istri. Sementara yang lain dengan segala fasilitas kekayaan dan ketenaran masih juga belum merasa bahagia dan masih merasa gagal.
Hal itu bebas saja. Menjadi asyik jika kita telah mengakui tujuan kita dan menghargai tujuan orang lain.
Dalam menentukan nilai kehidupan, nilai-nilai ini harus dihindari:
a. Kenikmatan
Kenikmatan adalah bentuk kepuasan yang paling dangkal, mudah diraih dan mudah hilang. Penting namun ngga terlalu esensial. Kenikmatan adalah sebab, melainkan akibat. Jika kita melakukan hal dengan benar, maka kenikmatan juga akan kita dapat. Disisi lain, kenikmatan juga bisa diraih dengan hal yangnegatif seperti narkoba, seks, dll. Jadi jangan dijadikan tujuan atau nilai pegangan
b. Kesuksesan material
Ini sangat relatif. Maka menjadi bahaya jika meletakkan ini sebagai nilai yang utama. Segala hal dihalalkan untuk mendapatkan ini.
c. Selalu Benar
Tidak mungkin. Karena pada dasarnya kita selalu berbuat salah. Hal ini akan menghalangi seseorang untuk terus belajar.
d. Tetap positif
Poinnya, akui dan jangan mengingkari emosi negatif semacam bentuk kekecewaan, dll. Nah, kalau suatu waktu emosi kita negatif maka ekspresikan dengan cara yang diterima dan selaras dengan nilai pribadi.
a. Kenikmatan
Kenikmatan adalah bentuk kepuasan yang paling dangkal, mudah diraih dan mudah hilang. Penting namun ngga terlalu esensial. Kenikmatan adalah sebab, melainkan akibat. Jika kita melakukan hal dengan benar, maka kenikmatan juga akan kita dapat. Disisi lain, kenikmatan juga bisa diraih dengan hal yangnegatif seperti narkoba, seks, dll. Jadi jangan dijadikan tujuan atau nilai pegangan
b. Kesuksesan material
Ini sangat relatif. Maka menjadi bahaya jika meletakkan ini sebagai nilai yang utama. Segala hal dihalalkan untuk mendapatkan ini.
c. Selalu Benar
Tidak mungkin. Karena pada dasarnya kita selalu berbuat salah. Hal ini akan menghalangi seseorang untuk terus belajar.
d. Tetap positif
Poinnya, akui dan jangan mengingkari emosi negatif semacam bentuk kekecewaan, dll. Nah, kalau suatu waktu emosi kita negatif maka ekspresikan dengan cara yang diterima dan selaras dengan nilai pribadi.
*Nah, sekarang beranjak pada parameter nilai yang baik*
a. Nilai itu berdasarkan pada kenyataan
b. Bersifat membangun secara sosial
c. Dapat dikendalikan; banyak orang yang memilih nilai yang tak bisa dikendalikan. Semisal popularitas. Dikenal tidaknya kita sangat bergantung pada orang lain, dan kita akan dibuat pusing oleh itu.
a. Nilai itu berdasarkan pada kenyataan
b. Bersifat membangun secara sosial
c. Dapat dikendalikan; banyak orang yang memilih nilai yang tak bisa dikendalikan. Semisal popularitas. Dikenal tidaknya kita sangat bergantung pada orang lain, dan kita akan dibuat pusing oleh itu.
*Hukum hukum dalam bersikap Bodo Amat*
*Hukum 1 : Kita selalu memilih*
Pilihlah dengan sadar. Memilih dengan kesadaran membuat kita lebih berkuasa akan hal itu. Sebaliknya, kita amat sulit menerima pilihan yang terpaksa. Ngga plong!
Kesadaran membawa kita pada tanggung-jawab atas pilihan itu, tanggung jawab atas segala hal yang kita hadapi, terlepas kondisi diluar seperti apa. Bertanggung jawab bukan berarti salah. Kadang dua hal ini disamakan, padahal beda. Kesalahan adalah bentuk lampau sedangkan Tanggung jawab adalah bentuk masa kini. Kesalahan adalah hasil dari pilihan yang diambil, sedagkan tanggung-jawab adalah hasil dari pilihan di hari ini.Setiap kita membuat pilihan baru, sebagaimana hukum perubahan, selalu akan ada penolakan diawal.
Pilihlah dengan sadar. Memilih dengan kesadaran membuat kita lebih berkuasa akan hal itu. Sebaliknya, kita amat sulit menerima pilihan yang terpaksa. Ngga plong!
Kesadaran membawa kita pada tanggung-jawab atas pilihan itu, tanggung jawab atas segala hal yang kita hadapi, terlepas kondisi diluar seperti apa. Bertanggung jawab bukan berarti salah. Kadang dua hal ini disamakan, padahal beda. Kesalahan adalah bentuk lampau sedangkan Tanggung jawab adalah bentuk masa kini. Kesalahan adalah hasil dari pilihan yang diambil, sedagkan tanggung-jawab adalah hasil dari pilihan di hari ini.Setiap kita membuat pilihan baru, sebagaimana hukum perubahan, selalu akan ada penolakan diawal.
Hukum 2 : Kita keliru tentang semua hal
Maka, jangan takut keliru. Setiap langkah kita ada potensi kelirunya. Maka, bodo amat itu keliru. Keliru adalah titik untuk kita menjadi lebih baik. Saat sudah menjadi lebih baik, akan ada level “kekeliruan” berikutnya. Ketika kita menunggu sempurna, maka kita tak akan pernah melangkah.
Maka, jangan takut keliru. Setiap langkah kita ada potensi kelirunya. Maka, bodo amat itu keliru. Keliru adalah titik untuk kita menjadi lebih baik. Saat sudah menjadi lebih baik, akan ada level “kekeliruan” berikutnya. Ketika kita menunggu sempurna, maka kita tak akan pernah melangkah.
Hukum 3 : Kegagalan adalah Jalan untuk Maju
Ukuran kegagalan itu relatif, jadi jangan pakai ukuran orang lain untuk menilai sukses atau gagalnya diri kita. Bergantung pada nilai atau ukuran setiap orang. Nilai yang baik berorientasi pada proses, misal kejujuran.
Pendapat menarik dari Mark adalah, “Kita hanya bisa benar-benar sukses kalau kita ada di tempat yang kita rela gagal. Jika kita bersedia untuk gagal, maka kita bersedia untuk sukses”.
Kita tak akan menjumpai pertumbuhan tanpa kegagalan dan tak akan gagal jika tak pernah melakukan. Maka, #mulaiajadulu menjadi jargon yang menarik untuk ditiru bukan sekada ajakan belanja atau usaha. Tapi juga pada aspek kehidupan lainnya.
Biasanya orang bergerak karena adanya motivasi, dan mendapatkan motivasi dari inspirasi emosional. Kemudian setelah kita bergerak kita mendapatkan hasil yang hasil tersebut kita ukur dengan nilai / ukuran kita, kita mendapatkan inspirasi. “Oh ini kurang, ini begini, dst” Dan hal ini menjadi siklus.
Maka, ketika kita buntu menunggu inspirasi tak kunjung hadir, segeralah beraksi.
Ukuran kegagalan itu relatif, jadi jangan pakai ukuran orang lain untuk menilai sukses atau gagalnya diri kita. Bergantung pada nilai atau ukuran setiap orang. Nilai yang baik berorientasi pada proses, misal kejujuran.
Pendapat menarik dari Mark adalah, “Kita hanya bisa benar-benar sukses kalau kita ada di tempat yang kita rela gagal. Jika kita bersedia untuk gagal, maka kita bersedia untuk sukses”.
Kita tak akan menjumpai pertumbuhan tanpa kegagalan dan tak akan gagal jika tak pernah melakukan. Maka, #mulaiajadulu menjadi jargon yang menarik untuk ditiru bukan sekada ajakan belanja atau usaha. Tapi juga pada aspek kehidupan lainnya.
Biasanya orang bergerak karena adanya motivasi, dan mendapatkan motivasi dari inspirasi emosional. Kemudian setelah kita bergerak kita mendapatkan hasil yang hasil tersebut kita ukur dengan nilai / ukuran kita, kita mendapatkan inspirasi. “Oh ini kurang, ini begini, dst” Dan hal ini menjadi siklus.
Maka, ketika kita buntu menunggu inspirasi tak kunjung hadir, segeralah beraksi.
*Hukum 4 : Pentingnya berkata tidak*
Ini penting, meskipun bagi sebagian orang terasa sulit, termasuk saya. Yang akhirnya berakibat pada hilangnya arah kita atau justru bukti kita tak punya arah. Kita ditentukan pada apa yang kita tolak, jika kita tak menolak apapun pada dasarnya kita tak punya identitas, kita tak punya tujuan dan nilai.
Kita juga perlu melihat ketika kita tidak berani berkata tidak dengan dalih ingin membantu. Coba dicek dulu, sebenarnya kita ingin membantu atau justru ingin dibantu dengan diberinya perhatian kepada kita?
Ini penting, meskipun bagi sebagian orang terasa sulit, termasuk saya. Yang akhirnya berakibat pada hilangnya arah kita atau justru bukti kita tak punya arah. Kita ditentukan pada apa yang kita tolak, jika kita tak menolak apapun pada dasarnya kita tak punya identitas, kita tak punya tujuan dan nilai.
Kita juga perlu melihat ketika kita tidak berani berkata tidak dengan dalih ingin membantu. Coba dicek dulu, sebenarnya kita ingin membantu atau justru ingin dibantu dengan diberinya perhatian kepada kita?
*Hukum 5 : Kita semua mati*
Ini motivasi yang seharusnya kuat agar kita fokus pada hal yang penting saja. karena waktu kita terbatas. Dan kita perlu bertanya pada diri kita, "apa warisan yang kita tinggalkan setelah kita mati?"
Raga boleh mati pergi dari dunia ini tapi ada yang kita tinggalkan, lebih lama dari usia kita.
Ini motivasi yang seharusnya kuat agar kita fokus pada hal yang penting saja. karena waktu kita terbatas. Dan kita perlu bertanya pada diri kita, "apa warisan yang kita tinggalkan setelah kita mati?"
Raga boleh mati pergi dari dunia ini tapi ada yang kita tinggalkan, lebih lama dari usia kita.
Sesi Tanya Jawab:
[15/5 22.16]
Isma(Alumni MtsN Ketanggung Sine Ngawi, Dan Lulus tahun ini dari SMAN 1 Sine)
.
Mengenai poin 4 , Pentingnya berkata Tidak,, apalagi saat dipaparkan bahwa yang tidak bisa menolak seakan kehilangan Identitas saya merasa terpukul kak hhe,, terkadang apa yang menjadi pilihan dan tujuan saya berbenturan dgn ortu, dan ini cukup membingungkan bagi saya,, sehingga saya merasa susah untuk bilang Tidak. Misalnya dalam hal menuntut ilmu , saya punya tujuan untuk melanjutkan kuliah, tapi karena satu diantara banyak alasan dari penjelasn ortu membuat saya bimbang dgn cita cita saya ini, apakah ini juga menandakan ketidak jelasan identitas saya?. Atau saya harus mengatakan Tidak pada ortu karena hal yg saya pilih tsb bertujuan untuk masa depan saya, dan cita cita saya untuk menjadi manusia yg lebih bermanfaat di masyarakat,bangsa dan agama dengan kualitas yg saya miliki,, saya ingin belajar, Menambah pengetahuan di dunia perkuliahan dan organisasi yg ada di sana.. jika saya menuruti ortu, saya rasa apa yg saya cita -citakan pupus di tengah jalan..
Namun saat saya menolak ortu,, saya nanti dirasa anak durhaka.. Jadi bingung kak🙈
.
Mengenai poin 4 , Pentingnya berkata Tidak,, apalagi saat dipaparkan bahwa yang tidak bisa menolak seakan kehilangan Identitas saya merasa terpukul kak hhe,, terkadang apa yang menjadi pilihan dan tujuan saya berbenturan dgn ortu, dan ini cukup membingungkan bagi saya,, sehingga saya merasa susah untuk bilang Tidak. Misalnya dalam hal menuntut ilmu , saya punya tujuan untuk melanjutkan kuliah, tapi karena satu diantara banyak alasan dari penjelasn ortu membuat saya bimbang dgn cita cita saya ini, apakah ini juga menandakan ketidak jelasan identitas saya?. Atau saya harus mengatakan Tidak pada ortu karena hal yg saya pilih tsb bertujuan untuk masa depan saya, dan cita cita saya untuk menjadi manusia yg lebih bermanfaat di masyarakat,bangsa dan agama dengan kualitas yg saya miliki,, saya ingin belajar, Menambah pengetahuan di dunia perkuliahan dan organisasi yg ada di sana.. jika saya menuruti ortu, saya rasa apa yg saya cita -citakan pupus di tengah jalan..
Namun saat saya menolak ortu,, saya nanti dirasa anak durhaka.. Jadi bingung kak🙈
Jawaban:
Mbak Isma, sejauh ini seberapa sering komunikasi dg orang tua?
Menyampaikan tujuannya kenapa harus kuliah, ingin jadi apa, dll? Bisa jadi ada "kekhawatiran" dr orang tua yang perlu kita jawab.
Misal kalau saya dulu soal finansial. Orang tua sudah bilang tdk ada biaya buat nguliahin saya, ya sudah saya ngga fokus disitu saya fokus pada peluang beasiswa yg memungkinkan saya kuliah.
Nah, menurut saya tdk ada masalah yg tdk bisa diselesaikan selagi dikomunikasikan dg baik. Jawab kekhawatiran orang tua ya 😃👍🏼
Menurut saya,
1. berdoa
2. Minta bantuan pada orang yg didengar oleh orang tua kita.
Pernah ngga minta bantuan guru? atau pakdhe? dll yg tahu akan keinginan kuat kita buat kuliah?
3. Berbakti pada orang tua. Jadi anak yg lebih baik 😃
Menyampaikan tujuannya kenapa harus kuliah, ingin jadi apa, dll? Bisa jadi ada "kekhawatiran" dr orang tua yang perlu kita jawab.
Misal kalau saya dulu soal finansial. Orang tua sudah bilang tdk ada biaya buat nguliahin saya, ya sudah saya ngga fokus disitu saya fokus pada peluang beasiswa yg memungkinkan saya kuliah.
Nah, menurut saya tdk ada masalah yg tdk bisa diselesaikan selagi dikomunikasikan dg baik. Jawab kekhawatiran orang tua ya 😃👍🏼
Menurut saya,
1. berdoa
2. Minta bantuan pada orang yg didengar oleh orang tua kita.
Pernah ngga minta bantuan guru? atau pakdhe? dll yg tahu akan keinginan kuat kita buat kuliah?
3. Berbakti pada orang tua. Jadi anak yg lebih baik 😃
[15/5 22.55] Penanya selanjutnya :
_"Saat kita tidak berani berkata tidak dengan dalih ingin membantu, coba dicek dulu, sebenarnya kita ingin membantu atau justru ingin *dibantu dengan diberinya perhatian kepada kita?*"_
Setelah membantu memang biasanya ada rasa ikut seneng, dan bangga juga sama diri sendiri bisa ikut meringankan beban orang lain. Apalagi kalau salah satu value yang dipunya adalah bermanfaat bagi sekitar, ADA dengan membantu.Tidak menolak untuk membantu, meski kadang jadi kesulitan sendiri, tapi akhirnya memunculkan rasa senang juga. Saling menguntungkan bukan? Apakah ada yg salah dari hal ini? Mohon pencerahannya mas, terima kasih
Jawaban :
Yg tidak baik adalah pada alasan kita "tidak menolak" itu, yaitu jika alasannya adalah menghindar dari masalah. tdk mau berkonfrontasi dg yg lain, yg akhirnya mentalnya tdk berkembang. tdk biasa menolak dan ditolak. Padhaal hidup ngga mesti diterima dan menerima selalu.
[15/5 23.20] Penanya:
Terkait sikap bodo amat, kadang ketika sudah berusaha melakukannya setelah sekian lama mulai jadi kembali lagi seperti kebiasaan sebelumnya karena pengaruh lingkungan sekitar terutama yang banyak tuntutan. Terkait hal itu, dari buku tersebut kira-kira bahasan untuk menanganinya bagaimana ya?
Jawaban :
saya teringat di salah satu bahasan yg membahas soal nilai yg terus bertumbuh.
Atau bagian kita selalu salah 😅
Bahwa bersikap bodo amat itu kan bukan berarti cuek, acuh tak acuh. Tapi peduli pada nilai-nilai yg penting. dan nilai nilai / ukuran itu boleh diubah. Ini bukan kitab suci yg ngga boleh diotak atik. Atau bisa jadi, nilainya belum terlalu dalam. 🙏🏼
Atau bagian kita selalu salah 😅
Bahwa bersikap bodo amat itu kan bukan berarti cuek, acuh tak acuh. Tapi peduli pada nilai-nilai yg penting. dan nilai nilai / ukuran itu boleh diubah. Ini bukan kitab suci yg ngga boleh diotak atik. Atau bisa jadi, nilainya belum terlalu dalam. 🙏🏼
Temen temen sekalian, dan para senior di grup ini. Saya belajar dari buku ini soal "continuous improvement". Kita selalu bertumbuh dengan menemui serta menyelesaikan masalah-masalah dalam mencapai nilai yg kita pegang.
Terlalu banyak hal yg akhirnya mengalihkan perhatian kita dari nilai atau tujuan yg ingin kita raih. Dan terkadang kita tidak sadar akan hal itu. Yang akhirnya mengalihkan kita dari tujuan utama kita. Waktu kita termakan untuk hal yg tidak substantif.
Tapi ya sudah, bodo amat, sudah terlewat kan?
Sekarang jadikan kesalahan itu sebagai rambu dalam alam pikiran kita bahwa kita ngga boleh menyia-nyiakan waktu lagi.
Jangan takut melangkah, jangan takut menolak dan siapkan warisan terbaik untuk hidup setelah mati 😊
[15/5 23.50] +62 813-2563-9767: Terima kasih atas pembelajaran malam hari ini,
Mohon maaf atas segala kekurangan.
Wallahu a'lam
Amron
Rumah Kepemimpinan Surabaya 😊🙏🏼
Tidak ada komentar:
Posting Komentar