Uswatun Hasanah Fitria

Rabu, 12 September 2018

Quote agustus 1

QuoteKelasDM2 🎓
------------

“ Kita tidak akan jatuh oleh hadangan gunung. Tetapi kerikil, justru yang paling kerap membuat kita jatuh terhuyung."

Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

------
#SiapDM2.018
#akukudukuliah
#haruscumlaude
#semangatIPK4.00

[15/8 21.32] Pembicara Kuliah Negarawan: Bergeraklah, dan Jangan Peduli!

Amar Ar-Risalah
Untuk Diskusi Malam

Di bawah ancaman perang, dan timbunan mayat Perang Dunia 1, seorang muda dari Mesir beranjak menuju subuh. Menuju masjid.

Ia patut-patutkan dirinya. Ia lalu tersenyum sendiri. Ia senang, ialah satu-satunya pemuda yang berbaris dalam saf subuh itu.

1924. Tak jauh dari subuh itu, Kemal Attaturk di Turki, mengumumkan runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Kehilangan yang besar sekali, akan tetapi tak seperti orang lain, pemuda kita ini tahu ada hal yang bisa dilakukan selain meratap. Sebab 800 tahun sejarah itu runtuh dalam sekejap.

Empat tahun setelahnya, dengan semangat subuh itu, ia mendeklarasikan sebuah gerakan. "Ikhwanul Muslimin," persaudaraan kaum muslimin. Ia sadar umat yang tengah tanpa panglima ini harus ditampar agar bangun, dipukul agar sadar.

Ia bergerak ke sana kemari. Ia selamatkan orang-orang terdekatnya dan rakyat negerinya dari kebodohan. Organisasi yang ia dirikan kemudian menerbitkan majalah, Al-Ikhwanul Muslimun.

Di majalah inilah, ia terus menulis dan terus menulis. Orang-orang yang setuju dengan idenya dan tentu memadati subuh yang sama di tempat-tempat lain di Mesir dan Arabia, membawa tulisannya itu ke seberang lautan.

Dalam risalah-risalah awalnya, ia menulis prinsip tegaknya Agama dan Negara. Ia tak peduli kalau seluruh dunia berkata, tak ada tempat agama dalam negara!

Sebab ia tahu bahwa negara-negara muslim satu persatu dihancurkan dengan cara melucuti keimanan, melorotkan akidah dengan iming-iming hutang luar negeri dan kekayaan.

Dalam Risalah Ta'lim, beberapa waktu kemudian, ia menulis Arkanul Baiah. 10 Perjanjian Muslim.

Ia berseru kepada seluruh pengikutnya agar memiliki 10 akad perjanjian padanya. Dan, di antaranya, ada Al-Fahmu, "Kepahaman", yang mengandung 20 Penjelasan Pokok.

Ia tak peduli. Yang ia tahu, sebagaimana seruan Ibrahim dalam Surat Al-Hajj ayat 27-28: Allahlah yang akan menyampaikan seruannya kepada segenap manusia.

Maka sampai kini, tulisan-tulisannya itu telah melewati 80 tahun usia, sampai kepada kita. Esai-esai itu dibukukan diam-diam, berjudul " Majmuatu Rasail" dan diterjemahkan menjadi "Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin."

Berbeda dengan orang-orang lain yang menulis sebuah cita-cita, pemuda subuh kita ini menulis apa yang sudah terjadi dan apa yang sudah dia alami dan diambil polanya.

Bahwa ketika Allah memerintah Ibrahim, panggillah manusia! Ibrahim berkata, "akan sampaikah suaraku?"

Maka Allah menjawabnya, "panggillah! Biar Kami yang akan menyampaikannya pada hati segenap manusia!"

Maka tulissn-tulisan itu kini sampai ke hadapan kita. Dua jilid Majmu'atu Rasail. Sebuah potongan kecil risalahnya diterbitkan seukuran telepon genggam, dinamai Al-Ma'tsurat.

Caranya bergerak, menginspirasi lebih dari 60 negara islam untuk melawan dan terus melawan. Caranya menyampaikan nasihat, kini kita kenal dengan istilah "liqo" atau "halaqah".

Dan pemuda subuh kita ini, Hasan Al-Banna namanya, tak peduli. Ia ditembak mati, dan Allah tetap menyampaikan seruannya pada kita, berpuluh tahun jauhnya!

Kisah kecil ini ingin bicara pada kita. Bahwa kekuatan untuk menangis itu memang besar. Tapi Hasan Al-Banna mengubahnya menjadi kekuatan untuk bangkit dan bergerak.

Dan berbeda dengan penulis lainnya, ia menulis gerakannya setelah ia sendiri bergerak. Esai-esai dalam Majmuatu Rasail bukanlah sebuah timbunan ide-ide:

Tapi sebuah kesimpulan dari pengalaman besar ia dan Ikhwanul Muslimin dalam revolusi Dunia Islam.

Hari ini umat islam agaknya lebih kelam daripada 90 tahun lalu. Menangislah, lalu bergeraklah, dan jangan peduli pada apapun itu.

Bergeraklah, lalu tulislah kesimpulan-kesimpulanmu. Bergeraklah sampai orang-orang tahu bahwa ada pemuda islam yang bangkit.

Menulislah sampai kau yakin Allah akan abadikan tulisan-tulisanmu lewat 80 tahun lamanya!
[15/8 21.49] Pembicara Kuliah Negarawan: Malam ini kita akan berbincang mengenai buku legendaris yang kita gunakan saban waktu untuk forum pekanan.

Buku itu diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin atau RPIM.


Dalam terbitan asli berbahasa Arab, berjudul Majmu'atu Rasail. Arti harfiyahnya, kumpulan risalah.


Majmu'atu Rasail ini aslinya adalah bundel esai di sebuah majalah, bernama Al-Ikhwanul Muslimuun. Rubrik esai itu dikelola oleh Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna.


Majalah itu sendiri adalah majalah resmi dari organisasi islam asal mesir, Ikhwanul Muslimin, di mana, Hasan Al-Banna menjadi ketua umumnya.


Esai-esai ini dikumpuljan selama belasan tahun, kurun waktu 1933 hingga 1940-an, saat Hasan Al-Banna akhirnya ditembak mati oleh pihak yang tak kita ketahui sampai sekarang.
[15/8 21.51] Pembicara Kuliah Negarawan: Bicara buku RPIM atau Majmu'atu Rasail, tak lepas dari sosok Hasan Al-Banna dan Ikhwanul Muslimin sendiri.


Dalam berbagai kesempatan, disampaikan bahwa Hasan Al-Banna menegaskan dirinya bukan penulis. Sebab itu ada jarak 5 tahun antara deklarasi ikhwanul muslimin sampai dengan terbitnya esai pertama dalam majalah ini, 1928 hingga 1933.


Di masa 5 tahun ini, Hasan Al-Banna sendiri tak menyangka gerakannya akan sedemikian besar. Dan bahkan, mulai mendirikan cabang di berbagai negara.


Ini menunjukkan bahwa Hasan Al-Banna bukan hanya seorang penulis esai tapi juga seorang yang tak kenal menyerah.


Ia tak pernah beristirahat barang sedikitpun untuk berdakwah.



Kemudian, pada 1933 barulah Hasan Al-Banna memandang pentingnya penerbitan sebuah majalah yang khusus digunakan untuk propaganda dan meneruskan pidatonya.



Majalah ini diberi nama seperti organisasinya dan segera menjadi besar seiring dengan besarnya organisasi itu, dan juga, nama Hasan Al-Banna.


Seiring dengan dinamika yang ada, majalah ini juga digunakan untuk menepis isu, menyebarkan gagasan, dan menembak lawan-lawan politiknya, seiring juga dengan yang menimpa organisasi Ikhwan ini.



Ini tercermin pada esai-esai Hasan yang kuat dan tajam, dan kita baru akan paham di mana ketajamannya ketika membayangkan betapa Mesir pada kala itu jauh dari tuntunan agama.
[15/8 21.52] Pembicara Kuliah Negarawan: Pada masa Hasan Al-Banna, kelihatannya Ikhwanul Muslimin menjadi terlampau besar sampai-sampai memiliki banyak musuh politik.



Organisasi yang pada saat itu juga terbilang besar seperti Syubbanul Muslimun misalnya, juga menyimpan ketidaksukaan sendiri.



Di sisi lain, sosok  semacam Hasan itu langka. Ia begitu kharismatik, teduh, dan memiliki gaya bicara yang sangat indah.



Ia bahkan mau berdakwah pagi siang malam ke daerah2 yang berbeda2 tanpa dibayar.


Caranya muncul mirip cara dakwah Hanan Attaki. Beliau masuk ke warung-warung kopi dan juga masyarakat lapisan bawah. Akan tetapi, tak melupakan basis gerakan di dunia kampus.



Ketika Ikhwan akhirnya membesar, ia merumuskan sejumlah dasar-dasar gerakan yang kita kenal dengan:



Arkanul Baiah
10 Muwashafat
Ushul Isyrin
Risalah Ma'tsurat.



Empat hal penting inilah yang kemudian menjadi landasan dasar gerak ikhwanul muslimin.
[15/8 21.57] Pembicara Kuliah Negarawan: Kita masuk ke buku Majmuatu Rasail ini.



Buku ini lebih seperti diary atau kumpulan esai daripada buku teks cara bergerak. Berbeda dengan buku2 Soekarno atau Das Kapital misalnya, juga berbeda dengan buku2 Soe Hok Gie.



Buku ini kumpulan esai yang hidup, sebab Hasan Al-Banna hanya menuliskan apa yang terjadi, bukan apa yang masih merupakan impian.


Esai-esai awalnya meneguhkan pandangan Ikhwanul Muslimin mengenai posisi agama dan politik.


Bahwa agama dan politik adalah dua keping mata uang.


Gagasan ini bukan gagasan baru, tapi membuat geger berbagai kalangan masa itu sebab sekularisme atau pemisahan agama dan negara, menjadi landasan negara Mesir.


Gagasan ini segera mendapat sambutan publik, dan dengan sendirinya gerakan Ikhwan menjadi besar. Oplah majalah ini juga turut meningkat.


Lantaran anggotanya pun semakin banyak, maka Hasan Al-Banna menulis 10 ciri dasar Muslim yang dimaksudkan sebagai ciri anggotanya:
[15/8 22.05] Pembicara Kuliah Negarawan: 1) Salimul Aqidah
         => akidah yang bersih (semuanya dilakukan Lillahita'ala)
         => acuan : Q.S. Al-An'am ayat 162


     2) Shahihul Ibadah
         => Ibadah yang benar (niatnya baik, caranya benar)
         => Acuan : Rasulullah bersabda "Sholatlah sebagaimana aku sholat"


     3) Matinul Khuluk
         => akhlak yang kokoh, akhlak mulia
         => acuan : Q.S. At-Taghabun ayat 4


     4) Qawwiyul Jism
         => kekuatan jasmani
         => conoh : olahraga, menjaga asupan, mengatur kebiasaan hidup


     5) Musaqoful Fiqri
         => intelek dalam berfikir
         => acuan : Q.S. Al-Baqarah ayat 219


     6) Mujahadatun Linafsihi
         => berjuang melawan hawa nafsu,
         => nafsu akan terus mengikuti kita, dari bangun hingga lelap kembali.


     7) Haritsun a'la Waqtihi
         => pandai menjaga waktu
         => acuan : Q,S. Al-Ashar


     8) Munazhzham fi syu'unihi
         => profesional
         => teratur dalam segala urusan, melakukan yang terbaik


     9) Qadiirun 'alal kasbi
         => mandiri
         => tidak menjadi parasit


     10) Nafi'un Ghairihi
         => Bermanfaat bagi orang lain
         => " Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain"

Inilah daftar 10 kepribadian kader ikhwan.

Selain 10 muwashafat, Hasan Al-Banna dalam esainya di majalah al-Ikhwanul Muslimun juga menuliskan Ushul Isyrin, 20 prinsip gerakan Ikhwanul Muslimin.

20 prinsip gerakan ini cepat menjadi populer sebab menawarkan perdamaian, persatuan, tetapi tetap tegak di atas pemahaman agama yang benar.



Siapa yang sudah baca ushul isyrin? Hehe.


 Ushuk Isyrin yang ditulis pada 1938 sendiri adalah bagian dari cabang pertama "10 baiat" atau "10 perjanjian kader" dari Ikhwanul Muslimin.



Di antara 10 itu, Ushul Isyrin merupakan penjelasan dari 10 baiat yang pertama, yaitu "Kepahaman" atau "Al-Fahmu".


1. Fahm ( Pemahaman )
2. Ikhlas
3. Amal ( Aktivitas )
4. Jihad
5. Tadhhiyah ( Pengorbanan )
6. Taat ( Kepatuhan )
7. Tsabat ( Keteguhan )
8. Tajarrud ( Kemurnian )
9. Ukhuwah
10. Tsiqah ( Kepercayaan )



Perhatikan bagaimana Hasan Al-Banna betul-betul memperhatikan kesempurnaan pendidikan bagi kader2nya.


Di sisi lain, Arkanul Baiah atau Rukun Baiat ini ditulis dalam sebuah esai panjang berjudul Risalah Ta'lim di majalah Ikhwanul Muslimun itu, dan kini menjadi isi utama dari Majmuatu Rasail.

Pertanyaan diskusi

[15/8 22.17] ‪+62 878-5478-1498‬: Assalamualaikum  .
Afwan, saya Nani dari komisariat polewali mandar (Sulawesi Barat )

Pergerakan ikhwanul muslimin  , itulah yang menjadi cerminan pergerakan KAMMI skrng.  pergerakan ikhwanul muslimin bentuk perlawan bagi kondisi Aqidah yg terjadi di Mesir saat itu. Yg ingin saya Tanyakan  Apakah pada saat itu hanya pergerakan ikhwanul muslimin yang benar-benar perduli kepada 
Kondisi islam ? Dan kenapa kammi lebih mendalami  pergerakan  ikwanul muslimin? 

Terimakasih. 😁
[15/8 22.18] Pembicara Kuliah Negarawan: 1. Ada banyak. Tapi yang berupa organisasi yang besar hanya Ikhwanul Muslimin, dan yang lain cuma tokoh seorang2 tanpa bekerja sama.
[15/8 22.19] Pembicara Kuliah Negarawan: 2. Karena bagi kammi, yang cocok memang Ikhwanul Muslimin, yang tanpa memaksakan bubarkan negara, atau terlalu moderat membenarkan kebatilan negara. 



Lagipula, di Kammi, gak cuma Ikhwanul Muslimin yang didalami. Mantuba kita juga pelajari Masyumi, Muhammadiyah,dan NU.


[15/8 22.38] Pembicara Kuliah Negarawan: Nah... Kalau dibantai dengan Manhaj Islah, atau Syarah Ushul Isyrin, lebih kebayang lagi.

[15/8 22.38] Pembicara Kuliah Negarawan: Tapi, ciba dikritisi. Belum ada satu negarapun yang berhasil memenangkan ikhwan secara kokoh. Hahaha

[15/8 22.42] Pembicara Kuliah Negarawan: aspek utamanya, arkanul baiah, 10 muwashofat, ushul isyrin,  dan halaqah usrah itu tawaran utama ikhwan yang ane rasa relevan di Indonesia.
[15/8 22.43] Pembicara Kuliah Negarawan: Gak sulit, kalau berjamaah. 


Kammi ini cuma ngambil sepersekian dari situ, hehehe.
[15/8 22.44] Pembicara Kuliah Negarawan: Dan memang semua itu bukan berarti harus semua dilakukan, tapi menunjukkan tahapan dan urutan2 pemahaman. 


Santai... Dan slow.

[15/8 22.44] Pembicara Kuliah Negarawan: Di buku RPIM ini juga kita ketahui kenapa penting liqo.



[15/8 22.49] Pembicara Kuliah Negarawan: Banyak orang salah kaprah liqo itu cari ilmu fikih. 

Di RPIM dijelaskan bahwa urgensi liqo bukan itu.
[15/8 22.55] Pembicara Kuliah Negarawan: Kader kammi itu belagu2 soalnya belajarnya kebalik. 


Belajar nantang orang buat debat, terus giliran disuruh belajar akidah, bilangnya "udah ada yang pelajari."



Materi politik seneng banget, tapi kehalusan hatinya entah ke mana.




[15/8 23.06] Pembicara Kuliah Negarawan: Aaamiin hahaha. 



Dengan mempelajari majmuatu rasail seenggaknya kita tahu, kader kammi itu rumit sekali hidupnya.
[15/8 23.06] Pembicara Kuliah Negarawan: Perangkat berpikir di KAMMI bukan hanya diskusi, sebetulnya.
[15/8 23.08] Pembicara Kuliah Negarawan: Kalau kita pelajari manhaj kammi yang juga dibuat dengan majmuatu rasail/rpim itu, kita akan tahu bahwa ada mekanisme cari ilmu di dalam kammi. 



Nah... Mekanisme cari ilmu/berpikir ini yang disebut "sistem pengaderan".
[15/8 23.09] Pembicara Kuliah Negarawan: Diskusi, orang kafir jg bisa. Baca buku, orang kafir jg bisa. 



Tapi yang gak bisa dilakukan orang kafir, itu melakukan kroscek dan uji kepada agama islam, dengan metodologi tertentu yang dalam hal ini, khas kammi.


[15/8 23.27] Pembicara Kuliah Negarawan: Nah, di buku menuju jamaatul muslimin akan kegambar kenapa memilih ikhwan.
[15/8 23.27] Pembicara Kuliah Negarawan: Atau kalau ada yg mau tanya2 kesesatan ikhwanpun ya sini, kita bahas sampai habis. Hhaha
[15/8 23.30] Pembicara Kuliah Negarawan: Ini kurang ahsan. Nanti pas pulang, cuma bakal kagum sama pemateri dan dapat kenalan ganteng aja. Feel kekammiannya kurang
[15/8 23.31] Pembicara Kuliah Negarawan: Udah sekian kader kammi begitu soalnya. Paling 2 3 hari dia semangat belajar pulang dm. Setelahnya, cuma rame2 di grup.
[15/8 23.33] Pembicara Kuliah Negarawan: Udah baca mantubanya? Itu bukan mantuba, hehe. 



Misalnya, udah baca minhajul muslim, atau sejenisnya



Nah. Membacalah dengan semangat menyelamatkan diri dan orang lain dari bahaya, sebagaimana takut tenggelam.

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚


Tidak ada komentar: