Uswatun Hasanah Fitria

Sabtu, 30 Maret 2019

Diskusi PS (Peran Online dalam penyebaran ideologi gerakkan)


[25/3 21.22]


 *Peran online bookstore dalam penyebaran ideologi gerakan*
bersama mas  @⁨hani wahyu nugroho⁩  
Dalam rangka 4 tahun pustaka saga

Bismillahirrahmanirrahim. Baik tema yang diberikan kepada saya untuk diskusi pada malam hari ini adalah *Peran online book store dalam penyebaran ideologi gerakan* 

Pembahasan pertama akan saya mulai dari bisnis online terlebih dahulu.
Mengapa kami memilih online, toko buku online tepatnya. Saya adalah mahasiswa dengan background ekonomi islam dan sedang belajar jadi aktivis,Jadi kita memilih online book karena saat ini sudah bukan rahasia lagi kalau bisnis online adalah bisnis yang menjanjikan banget. Bayangkan lebih dari 170 juta warga negara indonesia adalah pengguna internet  🀀 .Besar banget kan..Tapi mencari informasi siapa capres yang bener atau ngaco kadang ngak ketemu.

Data dari Social Research & Monitoring tahun lalu menunjukkan transaksi online mencapai US$ 4,89 miliar dari 8,7 juta online shopper," ngak bisa bayangin kan butuh karung berapa buat kandangin itu duit.Jadi kesimpulan pertama dari segi bisnis tanpa saya kasih data statistik pun kita harus satu kesimpulan. Bisnis online adalah bisnis masa depan. Sangat mengoda dan terbuka untuk siapa saja yang mau bergerak. Terutama kita kita kaum millenial yang masuk barisan kaum yang melek teknologi harus mengambil kesempatan ini. πŸ˜„

Pernah lihat toko *berdikari book* jogja.?
Toko buku kiri yang digawangi aktivis lmnd.?
Pernah dalam satu bulan omsetnya 200 juta lebih.

 Dan Syeck hasan al banna juga pernah berwasiat untuk para aktivis
*Hendaklah engkau memiliki usaha ekonomi yang mandiri, betapapun kecil, dan cukupkanlah dengan apa yang ada pada dirimu betapapun tingginya kapasitas keilmuan.*
Sooo... Berwirausaha itu memberi efek samping kemerdekaan dan ketergantungan.
 Dari ustadz sampai proyek. πŸ˜‚Itu pengantar dikit.. Bentar lagi masuk ke intinya..

Sekarang kita masuk yang kedua ya..
Tentang penyebaran ideologi gerakan.
Kalau sudah masuk ranah ideologi harus rada serius. Oke. Sudah siap.?Baik.

Ranah ideologis juga menjadi salah satu alasan berdirinya flava. Sebagai toko bukunya para aktivis tentu kita juga punya misi dalam hal ini. Sebuah ideologi akan kokoh ketika tiang tiang yang menyangganya juga kokoh. Dalam hal ini saya bicara buku. Bermula dari keprihatinan kita tentang makin sedikitnya literasi kader yang cuma mau baca saat mau naik marhalah, harga buku mahal belum lagi carinya juga susah. Dan Serta makin berkurangnya para ideolog dari kampus ane membuat ane dkk semakin bersemangat untuk masalah menyelesaikan masalah ini. Kalau ada yg dari PTAIN nanti angkat tangan dong πŸ˜„ πŸ™Œ. Tau dong bagaimana hidup di zona hijau kemerah merahan?


Yang acapkali sebutan radikal bahkan teroris menjadi makanan keseharian.
Makanya ideologis nya harus mengakar benar supaya tak goyah dengan ciutan nyinyir kader pergerakan yang selalu berotot tegang dengan mata melotot saat debat. Oke kembali ke pembahasan awal ya. Jadi Ane sepakat bahwa islam itu bukan hanya sebuah agama atau identitas semata, melainkan juga sebagai sebuah ideologi yang dapat dan harus memberikan kontribusi kepada konteks sosial, ekonomi bahkan politik. Jadi titik point nya itu disini. Islam sebagai sebuah ideologi itu harus mampu memberi jawaban dari ini semua. Sebagai sebuah ideologi dan ajaran islam harus terus diformulasikan di kalangan muslim dan secara dinamis di intelektualisasikan dalam berbagai bidang kehidupan. Ane banyak belajar dari buku nalar kritisnya bang Umar.

Diskusi PS (Mewariskan narasi dan ideologi)


[30/3 20.47]

Assalamu'alaikum, teman2 apa kabar? Semoga selalu sehat Saya diminta memantik diskusi dengan tema "Mewariskan Narasi dan Ideologi Melalui Tulisan."Hampir tak ada di muka bumi ini, sebuah entitas menjelma menjadi peradaban tanpa meninggalkan pahatan tulisan. Baik di dinding candi, batu-batuan tebing, di tulang-belulang gajanh, papirus kering terawetkan, atau di pelepah kurma dan tekonologi kertas masa lampau. Tercatat dalam sejarah, peradaban Cina yang menyumbangkan kertas bagi dunia. Adalah Tsai Lun yang menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seantero China pada tahun
101 Masehi.

Disebut sejarah, karena ada tulisan. Itulah sebabnya, zaman sebelum ada aksara disebut sebagai zaman prasejarah. Tulisan atau semacam penanda aksara, adalah bukti dari sejarah yang diwariskan, diturunkan ke anak cucu, dipelajari dan terekam dalam jejak kehidupan di muka bumi.
 Sebelum era tulisan, pengalihan tradisi dari generasi ke generasi dilakukan secara lisan. Para leluhur akan bertutur kepada anak-cucunya, menyampaikan kisah-kisah moral, termasuk berbagai pengajaran. Metode ini masih bisa ditemukan pada sejumlah suku bangsa.

Manusia diperkirakan mulai memasuki masa aksara sekitar 3000 SM. Aksara pertama disebut-sebut pertama kali melalui tiga kebudayaan besar: bangsa Sumeria di Mesopotamia dengan huruf pakunya, masyarakat lembah Sungai Nil di Mesir dengan hieroglifnya, dan masyarakat Han di Lembah Sungai Kuning dengan aksara Han (Kridalaksana dan Sutami 2005).

Revolusi tulisan baru terjadi ketika Gutenberg menemukan mesin cetak di Eropa. Buku-buku yang dulunya memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menyalinnya, kini dapat dihadirkan dengan lebih cepat. Sampai Martin Luther pun menyebutkan bahwa mesin cetak merupakan salah satu anugerah terbesar Tuhan selain keselamatan. Hal ini tentu memungkinkan penyebaran literatur dengan lebih cepat. Teknologi saat ini malah telah memungkinkan dihasilkannya ribuan eksemplar dalam waktu yang lebih singkat.

 Kegiatan menulis buku sebenarnya bisa dianggap sebagai kegiatan membekukan waktu. Konteks yang ada di sekitarnya pun turut terekam di dalamnya. Hal ini jelas terasa, misalnya dalam buku-buku biografi, sejauh buku tersebut dituliskan secara jujur. Sebab informasi yang dituangkan dalam tulisan tersebut menjadi rekaman sepanjang masa. Rekaman itu malah relatif lebih awet mengingat revolusi digital yang terjadi.

Pada dasarnya, sejumlah konteks dapat terekam bersama dengan tulisan, sejauh konteks-konteks tersebut (waktu, tempat, budaya) disertakan; eksplisit maupun implisit. Ketika tulisan itu dibaca kembali, nuansa yang tercakup di dalamnya sedikit banyak akan dapat ditangkap. Dengan demikian, gambaran keadaan (dan dengan demikian budaya) di sekitar penulisan bisa dirasakan pula.

Ketika menulis buku lebih difokuskan pada aspek budaya, aspek-aspek yang diangkat (bila diungkapkan dengan cara yang baik) dapat dinikmati, seakan-akan langsung hadir di hadapan pembacanya. Dengan demikian, budaya yang diwariskan pun akan lebih hidup. Apalagi bila dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi, gambar-gambar, atau foto-foto. Media massa tercetak dan situs web memungkinkan hal ini.

Ada beberapa jenis tulisan yang berpotensi besar untuk meneruskan kebudayaan. Pada saat ini, bentuknya bermacam-macam. Bisa berupa makalah, skripsi, tesis, disertasi, jurnal ilmiah, buku, majalah, dan sebagainya.

*Tulisan sejarah*. Kalau mencermati buku-buku sejarah, kita bisa melihat situasi ekonomi, sosial, politik, termasuk kebudayaan yang berlaku pada suatu periode di tengah suku bangsa tertentu. Tidak sekadar menggambarkan, tulisan sejarah bisa dianggap melengkapi benda-benda historis lainnya.

*Tulisan budaya* Berbeda dengan tulisan-tulisan sejarah, tulisan-tulisan budaya secara khusus menjelaskan kebudayaan komunitas tertentu. Jadi, tulisan-tulisan ini tidak difokuskan pada penjelasan latar sosial-politik lingkungan masyarakat tertentu. Namun, bukan berarti tidak menyinggung aspek tersebut sama sekali. Tulisan seperti ini, misalnya, tulisan-tulisan yang mengungkapkan tata pernikahan, penjelasan simbol-simbol adat, akan mewariskan hal-hal tersebut kepada generasi berikutnya.

 *Mewariskan Ideologi* Manusia yang memiliki pikiran, jalan hidupnya ingin mewariskan yang difikirkan. Ideologi yang diyakini. Atau kepercayaan dan iman yang ingin diturunkan ke generasi berikutnya. Mari kita lihat sejarah. Semua ulama besar pembawa pesan kenabian, menulis buku, kitab dan menurunkan kepada murid-muridnya. Itulah sebabnya, Islam bisa berkembang di muka bumi. Karena dibawa oleh tulisan dan narasi yang dituliskan.

Imam-imam Empat Madzhab Ahlussunah Waljamaah, seperti Imam Syafi'i dan Imam Hanafi telah berabad-abad meninggal dunia, tetapi ajarannya masih dipakai karena tulisan yang mereka buat. Ibnul Qoyyim al-Jauzi, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Muhammad Natsir, dan Buya Hamka adalah ulama-ulama yang mewariskan ilmu dan pengalamannya kepada umat melalui tulisan.
Saya pikir cukup. Silakan dipancing dengan pertanyaan biar otak saya juga mengalir. Hehe

[30/3 21.31]
Darudi

Mas kan penulis, dan saya tau kalau tulisan mas amin yang berjudul ijtihad membangun basis gerakan sudah ada sejak lama.. bagaimana mas amin bisa menuangkan pemikiran nya itu di kala mas amin waktu itu masih tergolong sangat muda, dan bisa dibilang sekarang buku itu jadi buku ideologis anak2 gerakan.. gak lengkap seorang aktivis jika tidak membaca buku itu
JAWAB
 Siap. maaf ini saya sambil tengok2 debat Pilpres. hehehe.
 Kuntowijoyo. Nama itu sangat penting dan berkesan bagi saya. Beliau adalah guru besar sejarah dari UGM. Kala itu, zaman masih zaman kertas dan pulpen. Bukan zaman smartphone, android, Iphone. Zaman orang yang ingin menulis harus mencari kertas dan pulpen, bukan membuka kotak kecil ajaib bernama henpon, dan tinggal mengetuk lalu muncul sederet huruf. Paling banter dulu adalah mesin ketik tradisional yang bunyinya ritmik. Macam ritual pencipta peradaban.
..
 Nah, Pak Kunto ini punya prinsip, pertemuan sekecil apapun akan membuat tulisan. Baik mengusulkan, menanggapi, menguraikan, atau menyanggah pendapat. Di akhir tulisan adalah kesimpulan-kesimpulan. Jadi saya sangat terinspirasi. Tiap pelatihan, daurah marhalah, daurah tematik atau kajian dan diskusi pekanan, saya coba buat tu;isan pendek. Di sebuah forum kemudian tulisan itu dibedah, disanggah, didebat. Lalu saya sempurnakan lagi, saya edit bagian yang saya anggap salah, atau saya perpanjang bab yang terlalu ringkas. Bahkan beberapa bab harus didelete karena tidak relevan. Begitu caranya menulis.
 :
Karena itu kontekstual, sesuai dengan kepentingan, maka ibarat asbabunnuzul, tiap bab di buku Ijtihad Membangun Basis Gerakan adalah menanggapi zamannya. Menjawab pertanyaan yang muncul. Tapi, perlu diingat, itu konteks 15 tahun lalu. Mungkin, sekarang perlu gaya menjawab yang berbeda. Atau sudut pandang yang berbeda.

Nama : Syamsul
Asal : Bandung
Pertanyaan :
Sejarah terkadang ditulis oleh penguasa atau pemenang perang.. Sehingga terkadang History > HIS Story. Bagaimana cara utk mendudukan sejarah secara objektif melalui tulisan?
JAWAB
 Kang Syamsul yang baik, sejarah sering menjadi cerita tentang penguasa atau elite. Sejarah adalah tuturan para jenderal, sultan, raja, dan lingkungn istana atau barak militer. Jarang sekali sejarah tentang petani kecil atau nelayan renta di pinggir pantai. Sejarah diwariskan karena kedigdayaan, superpower, atau kejumawaan seseorang, terutama dalam hal gender adalah laki-laki.Namun, saat saya kuliah --jurusan sejarah di UIN Jogja-- saya menjumpai ada beberapa peneliti mulai menggugat dominasi --baik dominasi elite dan pemenang perang, atau dominasi atas lelaki kepada gender lain. Lahirlah narasi sejarah alternatif. Narasi yang menceritakan sejarah dari sudut pandang kaum marginal, sejarah rakyat kecil, atau sejarah perempuan hebat. Satu per satu mulai muncul, digali, dibedah dan ditonjolkan ke muka publik. Bila ditanyakan, bagaimana mendudukkan sejarah secara obyektif, ya tentu melalui verifikasi historis. Ada tiga teori untuk mengobyektivikasi ini.

*Pertama, Teori Perspektif.* Teori ini menjelaskan bahwa penulisan sejarah dapat dikatakan  objektif apabila fakta-fakta tersebut diterangkan secara cermat dan didukung oleh bukti yang cukup. Selain itu, perlu adanya kesesuaian antara keterangan dan fakta. Menurut teori ini, sudut pandang yang berbeda-beda tidak akan saling bertentangan, melainkan saling melengkapi satu sama lain. Selanjutnya, dijelaskan bahwa setiap sejarah yang lengkap merupakan hasil dari dua faktor, yaitu unsur subjektif dari sejarawan dan unsur subjektif dari fakta.

*Kedua, Teori Koherensi* Teori ini pada dasarnya menekankan bahwa semua kebenaran pada dasarnya bersifat relatif serta tergantung pada prasangka-prasangka yang dipakai untuk menulis. Teori ini juga mendefinisikan bahwa objektivitas dalam sejarah bukanlah hubungan antara satu pernyataan dengan kenyataan, melainkan hubungan antara suatu pendapat dengan pendapat lainnya. Menurut teori ini, sejarawan harus percaya pada peninggalan masa lampau dan tidak boleh meragukan dan menyeleksi setiap kesimpulan yang didasarkan pada fakta-fakta.

*Ketiga, Teori Kebenaran* Teori ini menyatakan bahwa suatu pendapat adalah benar apabila cocok atau sama dengan kenyataan. Sehingga, bagi para ahli yang menganut teori ini, tidak ada suatu pendapat yang tidak cocok dengan kenyataan.

Penanya ke tiga
 'Rayhan surabaya.

Mas saya mendengar cerita2 hebat tentang gerakan mahasiswa dari senior2. Seperti program Bidikmisi Kemendikbud yang awalnya dari aksi mahasiswa menuntut rasionalisi SPP mahal dengan adanya beasiswa mahasiswa kurang mampu. Sayangnya itu hanya cerita saja. Tidak ad bukti tulisan. Sehingga ya menguap begitu saja. Tidak bisa diambil Ibrah dan dipelajari metode gerakannya. Bagaimana menumbuhkan budaya menulis risalah gerakan?
jawab:
 Ada dua hal mau saya tanggapi.
 *Pertama, kebijakan negara dan advokasi mahasiswa*. Dalam sejarah bangsa kita, banyak regulasi hadir karena ada tekanan massa atau advokasi mahasiswa. Beberapa hasil lobi kaum intelektual melalui lembaga pembuat kebijakan negara. Rasionalisasi SPP berbuah Bidikmisi Kemendikbud.Ada juga, kampus didesak berubah karena tekanan negara. Misalnya NKK/BKK zaman dulu. Politik tidak boleh masuk kampus, maka Dewan Mahasiswa dibubarkan. Bentuk komprominya adalah BEM (Badan Ekseutif Mahasiswa) yang hiduo sampai sekarang, meskipun bentuknya berbeda-beda. Ada yang melalui partai kampus, ada yang melalui perwakilah mahasiswa saja. Pemerintahan mahasiswa memang sebuah pembelajaran. Bentuk latihan sebelum masuk dalam kancah kenegaraan sesungguhnya.

 *Kedua, menumbuhkan budaya menulis*. Sebetulnya sekarang semua orang menulis. Minimal status whatsapp atau facebook. Hanya saja, tulisan itu sifatnya reaksioner dan tidak dalam. Hanya beberapa yang menulis diniatkan sebagai analisis atau bahan kajian diskusi. Menurut saya, tradisi menulis orang Indonsia sudah makin baik. Hanya perlu ditata dan disistematisasi.

 Teman-teman gerakan mahasiswa perlu menuliskan semua jejak organisasinya. Agar diketahui bagaimana dia muncul, bagaimana artikulasi dengan negara, dan dampaknya dalam kebijakan yang diambil. Ini agar narasi sejarah tidak direbut oleh orang lain. Penutur terbaik adalah pelaku.
Baik, teman2. Terimakasih atas kesempatan diskusinya. Doa saya satu: kita biasa dialektika gagasan melalui tulisan. Pertama, membuat cara berfikir sistematis, tidak emosional (meski menulis baik adalah dengan emotion dan emoticon hehe). Kedua, tulisan bisa diwariskan dan dibaca generasi berikut. Maturnuwun, Terimakasih. Wassalam semangat jiwa muda. semangat dalam berproses.
sabar dalam membaca tulisan.selamat ikut liko hehe




INI HASIL DISKUSI ONLINE BULAN LALU
yang dibawah ini opening sebenarnya tapi saya simpan disini.

[30/3 21.18]-[30/3 20.43] 
Malam ini ada debat calon presiden republik Indonesia. Untungnya saya bukan bagian dari tim sukses atau tim pemenangan salah satu kubu. Jadi tidak harus mantengin dua calon pemimpin kita nanti, berbicara tentang Indonesia.Namun, menarik bila disadari, ternyata mereka membawa narasi berbeda. Bisa saya simpulkan sejauh ini, selama berbulan-bulan, atau malah hampir satu tahun belakangan, dua kubu melemparkan narasi yang kuat. Narasi yang dibangun itu adalah cerminan dari ideologi dua kubu.Narasi yang dibangun Prabowo adalah Indonesia Adil Makmur. Sementara Jokowi melemparkan narasi Indonesia Kerja yang dibungkus dalam Nawacita. Lanjutan dari visi misi periode pertama.Tapi, malam ini, kita tidak sedang mendiskusikan perhelatan presiden.

Assalamualaikum wr.wb

Terima kasih untuk peserta yang telah registrasi untuk diskusi online kami

Pertama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas kesempatan diberikan untuk diskusi hari ini kita akan membincangkan *mewarisi narasi dan ideologi melalui tulisan* bersama mas @⁨aminsudarsono7@gmail.com⁩ (penulis buku ijtihad membangun basis gerakan) Dalam rangka 4 tahun pustaka saga

 ‪+62 813-2819-3554‬:

Senin, 25 Maret 2019

PD. 3 Kebijakan Publik.

Sharing Kerja KP 
Bersama
 KP PW KAMMI JATENG 



Nama Lengkap: ichwan hidayat tulloh
Alamat : semarang
KAMMI PD/PW : kammi semarang wilayah jawa tengah
AMANAH di KAMMI : kebijakan publik
Kampus : Uin walisongo semarang
.
.
[25/3 21.36]
assalamualaikum wr wb.
 selamat malam teman teman seperjuangan di Bima.
 bagaimana kabarnya teman2. baik semuanya yak? 😁
 kita sharing aja yak.
bahasannya santuey..

Terkait dengan 
pembahasan Kebijakan publik KAMMI

Kebetulan saya di KP baru 3 tahun.
memang dulu banyak merancang diskusi dan aksi yang akan kami luncurkan di daerah dan wilayah.
Aksi yang sering adalah menggiring isu regional daerah dan wilayah.untuk isu nasional dan internasional, biasanya kami terkoneksi dari arahan pusat ataupun jika tidak, kita berinisiatif membuat aksi mandiri.

disinilah urgensi KP.
sebetulnya hanya ada 2 departemen/bidang yang urgent di kammi.

1. kaderisasi
2. kastrat
kaderisasi itu penempa ruhiyah.
kastrat itu penempa fikriyah.

untuk mengasah otak dan melatih ketajaman dialektika kader, itu tugasnya KP.
KP memiliki peran lebih dalam mengelola investasi akal para kadernya.
sehingga, nilai akal yang dihasilkan bisa memperoleh laba ketika dijual ke masyarakat.
.
Dulu kita seleksi dulu isu mana yang pas saat kita giring. lalu isu yang mana yang lebih potensial ketika di upayakan.misalnya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak, sperti  sengketa PT.Semen yang di jawa tengah dengan isu korupsi pejabat akan kita pilih dulu mana isu yang berkaitan dengan orang banyak dan harus diangkat segera.karena kita adalah penyambung lidah rakyat sekaligus pelayanan masyarakat jadi kita utaman yg potensial terlebih dahulu.

Menyangkut aksi atau audiensi, kita lebih melihat seberapa parah isu itu dulu.
jika masih baru dan memungkinkan lama prosesnya maka kita audiensi terlebih dahulu.
jika isu yang sifatnya sudah lama, dan sudah ada pihak yang beraudiensi sebelumnya dan tidak ada respon. maka kita bisa lakukan aksi. namun semua aksi butuh kajian terlebih dahulu. jangan asal berangkat, bahkan jangan sampai ada 1 pesertapun yang ikut aksi karena ikut2an biar keren.

kira kira proker KP yang dijalankan untuk kepengurusan ini mau condong ke aksi?
atau mau menambah insentif fikiran kader?
atau mau keduanya?

== Keduanya
 bisa bisa,

Parah  kalau hanya ikutan aksi krn untuk rame
nah ini kadang kasalahan mobilisasi massa.
biasa mobilisasi massa tugasnya kaderisasi
kurangnya informasi kepada kader aksi terkait isu yang dibahas malah akan mencederai aksi itu sendiri.

aksi tanpa diskusi itu anarki.
diskusi tanpa aksi itu omong kosong.

memang sih kita itu aksi untuk masyarakat, tapi masak kita mau bawa prajurit yang gatau duduk permasalahannya.dan ujung2nya cuman ikut teriak2 takbir.
bahkan dulu ni ya, kita mau aksi besok, malamnya kita mabit beserta peserta aksi.
mabit tugasnya buat mengkaji isu dan memantapkan strategi, sembari mengasah pedang malam.
sekarang mah, ane jarang liat.

[25/3 22.10]
kader pd bima banyakan ikhwan atau akhwat.???
====akhwat

 nah nahh ini justu nilai + nih.
akhwat itu singa podiumnya kammi.
 mungkin akan ada daurah siyasi khusus akhwat di Bima πŸ˜‚

udah pada tau daurah siyasi kan?
Wah menarik. Nyimak @⁨KP Sinta⁩ @⁨Purwati⁩ tak perlu minder

[25/3 22.19]
 iya akhwat gaperlu minder.
tak kasih tau,

embrio kebangkitan ummat dan bangsa itu di pundaknya akhwat.
banyak akhwat2 yang suaranya nyaring untuk membela hak hak ummat.
akhwat gaperlu merasa terfeodalkan dengan identitas ikhwan.
masih kurang yakin kalau akhwat ga mampu berorasi?

inget sahabat nabi dari kalangan wanita? bernama Azma Binti Yazid? yang menggelorakan semngat kaum muslimin di perang yarmuk?
atau hajjah rangkayo rasuna said sang orator wanita nasional?
atau siti munjiyah sang orator muhammadiyah?

mereka semua akhwat, tapi gak lemah dan ga menutup diri untuk menggaungkan kebenaran atas hak hak ummat. bukan berarti akhwat tidak menjaga izzahnya. menjaga izzah bukan berarti diam untuk menyuarakan hak rakyat. di palestina, banyak akhwat yang berorasi dan menggerakkan hati ribuan demonstran untuk berjihad.so.. jangan jadiin alasan gender untuk berorasi.

 sebenarnya DS / daurah siyasi itu sangat urgen bagi semua kader

 ini adalah Buku Merah yang khusus diterbitkan oleh KP kammi semarang.
 yang isinya tentang teknis dan tujuan daurah siyasi
 dicontoh di kamda teman2. DS fungsinya menambah insentif akal kader.
diamana wawasan geopolitik di sisipkan.
semuanya di selipkan dalam daurah siyasi.
daurah siyasi juga bertujuan untuk memberikan kedekatan antara politikus daerah dengan kader lewat sarana isian.

ditambah, kader kammi harus tau betul bagaimana kondisi politik daerah dan masyarakat.

kita tidak menutup mata bahwa kader kammi diciptakan untuk membaca arah politik indonesia kedepan.
kalau saya dulu mencoba untuk membuat daurah baru.

 1. daurah fikriyah
2. daurah kebangsaan.

hampir sama dalam prosedural beda dalam teknis.
pematerinya saya undang dari HMI, GMNI, PMII, HTI dll.
kita duduk sederajat untuk menghasilkan nalar kemajuan bangsa bersama.
biasanya daurah 3 hari bersama kawan2 dari OKP lain yang dilakukan setahun sekali.
jadi atmosfer kampus itu benar benar romantis. sngat akur.bahkan ada progam bersama yang dilakukan OKP tiap komsat.tentunya gesekan antar warna semakin hilang.

 mantaapp.. atas nama allah, kalau atas nama kammi nanti akan dikecewakan hhe
saya sering di kecewakan kammi. sering ga dapet snack pas acara, aku pulang~
justkid.

[25/3 22.43]

 gmn gmn ada yang mau sharing ngga?
gmn kondisi kammi disana

 Ayo silahkan berbagi keresahan dan ketakutan menjalani amanah ini .
 Langsung disini saja pertanyaan ukh ya dan yg lainnya. Baik terkait pembahasan diatas atau tentang hal lainnya.

 Ketua PD KAMMI Bima: 
Untuk KAMDA baru kali ini di pegang yg masi aktif kulia syekh. Jadi Aksinya kammi masih butuh belajar yg banyak karena juga KP juga dari dulu sdikit fakum

[25/3 22.50]
gapapa.
kita ini segerombolan pejalan pelan, tapi kita tidak berjalan mundur.
ibaratnya, 6 jam kita diberi amanah untuk memotong kayu. 4 jamnya kita gunakan untuk mengasah kapak, 2 jamnya untuk memotong. kita adalah prajurit yang tidak dibayar dengan uang, kita dibayar dengan syurga.

teman teman kitalah asuransinya yang akan memanggil nama kita di akhirat kelak.
kita cukup berusaha dengan ikhtiar yang kecil, iya cukup kecil saja.
karena gunung everestpun terbentuk dari patahan2 lempeng yang kecil namun bertahap.
berkammi gaperlu spaneng atau diambil pusing. gaperlu konsisten. cukup muncul dengan ide yang baru dan tangan yang menggenggam bersama sama.

Staff KP komsat MR  Sinta:
 Ana jga baru bergabung di KAMMI.jadi belum terlalu  bisa.dan masih kadang bingung.

[25/3 22.57]
semangat teman teman
nama kalian sudah tercatat di barisan para pahlawan kebaikan.
gak usah takut untuk berbuat.
kurangin proker, perbanyak project. 
insyaallah, kammi gak akan jadi beban. karena berkammi itu cuman titipan.

KABID  KP KOMSAT MR :
 Afwan ana Aslam dari KP komsat.
Nyimak dari atas dulu.Terimakasih sudah hadir di sini utk membersamai KAMMI Bima, karna memang ap yg di rasakan oleh yg baru memulai masuk berorganisasi sedikit fakum dan bingung, jdi dgn ada nya ini sedikit tahu arah dan mengasah pemikiran KAMMI yg baru.

[25/3 23.04] I
 udah adain rihlah bareng?
klo begitu untuk awalan knp tdk bikin sarah sehan semua kader?
kita tampung keresahan mereka sebagai kluarga. tapi yah kluar2 dikit money untuk biaya makan
 kastrat itu kajian dan strategi. iya sama KP atau Kastrat.

kabid komsat MR:
 Ini memang yg terkadang menjadi titik yg harus di satukan, krna arah kemajuan kader sedikit tdk harus di tuntun, agar terjwab kebimbangan dan kebingungan nya
 Uswatun H.F:
 Afwan pak kabid. Ini ana undang bliau krn ana gak bisa menuntun

[25/3 23.19]
 tidak apa2.
memang tidak harus dituntun tapi harus diajak untuk berdiri.
tugas dan fungsi teman2 cukup sebagai tengila bagi kader. ajak mereka ketemu, gaperlu secepatnya cukup sperlunya.banyakin mabit, dan banyakin makan.
one by one gapapa.


[25/3 23.24]
closingnya ..
kita adalah pewaris semngat dari matahari dan pewaris kerendahan hati dari bulan.
berdoalah atas nama Allah untuk senantiasa diberi kekuatan dan ketabahan.
jika di kammi kita siap untuk berbahagia, di kammi pulalah kita siap memikul duka.
insyaallah semuanya akan membawa kebaikan untuk kita.
semangat kawan2 PD Bima.
allah beside us.

Jumat, 22 Maret 2019

Diskon DM2 Nasional

[26/2 19.50]

 Ickhwan:

Menurut temen², apakah mumungkinkan kalau formulasi Elemen gerakan mahasiswa lain di selipkan kedalam kurikulum kammi?
Tanya aja bang, dasarnya Mau liat pandangantemen² gimana?

[26/2 19.56] ‪+62 815-4846-3065‬:

Kalau NDP PMII yang berisikan tauhid, Hablum minallah, Hablum minannas dan Hablum minal alam, serta slogan nya yang dzikir fikir dan amal Soleh saya rasa Ndak ada masalahπŸ˜‚

[26/2 19.57]
Ndak sesederhana itu, ada hal kultural di luar manhaj yg main.


IMM lebih dominan dalam bentuk motivasi
idealisme, yaitu motif untuk mengembangkan ideologi Muhammadiyah,
yaitu faham dan cita-cita Muhammadiyah, bahwa Muhammadiyah pada
hakekatnya adalah sebuah wadah oraganisasi yang punya cita-cita atau
tujuan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam, sehingga
terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yg di ridhoi Allah

[26/2 19.59] Akh AMAR:
Nah~~

Artinya, ciri gerakan itu simbiosis antara kultur, struktur, dengan nash.

[26/2 20.04] Ickhwan:

Coba, kalau begitu Apakah metodologi pengkaderan kammi sudah sempurna?
[.
Sudah efektik dan efisien belum metodologi pengkaderan kammi slm 20 thn ini?

[26/2 20.09] Akh AMAR:
 Tolak ukur efektif dan efisiennya, apa?

[26/2 20.12] Ickhwan: Ada 2 hal

Scr teknis dan prosedural.

Pemahaman terhadap IJDK dan pengaplikasiannya sbg muslim negarawan.

[26/2 20.14] Ickhwan:
Kalau tingkat awareness mahasiswa thp kammi ada yang pnya datanya?
Awareness kepada apa?
Kammi dan gerakannya,
Bang ammar melihat kammi sejauh ini gmn pola pngkaderannya?

[26/2 20.16] Akh AMAR:
 Yaaa nggak pernah diteliti jg,
 Hehe. Polanya baik. Tapi, ada insiden2 di lapangan yg bikin banyak penyimpangan.

[26/2 20.18] Ickhwan:
Nahh ane menggugah -minimal humas- πŸ˜‚ untuk mengadakan survei ini.

Selama 20 tahun ini, gmn mereka (masy kampus dan masy umum) memandang kammi.

[26/2 20.18] Ickhwan:
Yang bikin keberkahannya ilang?

Seperti ruangan daurah ikhwan akhwat terus letter U gtu bang? Contoh kecilnya

[26/2 20.18] Akh AMAR:

Pertanyaannya, urgensi surveinya bisa menggeser tenaga kammi, apa enggak, nanti. Andaipun begitu, menarik jg kalau diadakan.

[26/2 20.19] Akh AMAR:

Salah satunya itu. Kedua, banyak panitia, sejak DM 1, bahkan g paham buat apa men-DM-kan orang

[26/2 20.33] Ickhwan:
Kalau untuk menambah kuantitas gerakan gimana bang?

Kira kira apa yang buat mereka gapaham?

[26/2 20.35] Akh AMAR:
Kualitas penyelenggara, ane rasa,

[26/2 20.37] Ickhwan:
Harusnya pemahaman bagaimana bang agar teman² bisa pas buat adain DM1
sbb:
 Nah. Sistematika DM 1 yang harus diperbaiki.

Apa perlu merevisi MPK bang?
 Agar sistematikanya baik?
..
Bukan MPK. Tapi para personanya. Bahkan, mpk belum pernag duterapkan sepenuhnta
Kualitas. Secara kuantitas, kammi dari duly segini2 aja.

Apa karena sifat MPK yang tertutup? Hanya kaderisasi yang boleh memegang?

Sehingga tidak ada perdebatan dialektis di taraf komsat mengenai formulsi di mpk?

[26/2 20.48] Ickhwan:
Malah ane ada gagasan kalau survei dilakukan per komsat di lingkup kampus dan masyarakat sekitar kampus.

Biar renstra komsat tercapai.

[26/2 20.50] Ickhwan:
Kader kammi kadang cuman latah bikin proker yang padahal, itu gak di butuhkan di masyarakat ataupun di kampus.

Tataran pemikiran BPH yang ngrasa sukses kepengurusannay kalau megah megahan dalam ngadain proker.

[26/2 20.50] Akh AMAR:
 Perdebatan terhadap MPK gak bisa dilakukan di komsat, andaipun bisa, yg sifatnya teknis.
 Nah.
Perkara utamanya, mekanisme bedah manhaj yg belum konfimatif ini.

[26/2 20.54] Ickhwan:
 Apa mungkin bang,

Kedepannya ada revisi MPK?

[26/2 20.55] Akh AMAR:
Harus, ikuti zaman
.
.
.
[26/2 20.58] Ickhwan:
Kalau teman teman sendiri ada keresahan di kammi?
: Kalau ane liat, anak² kammi sebenernya yang paling akademis apalgi dalam hal riset.

Kemarin alhamdulillah baru aja ada -+7 orang anak kammi dari kammi scholarship yang lolos beasiswa turkey.

Terus banyak juga kader kammi yang jadi panutan dalam hal riset, apalagi alumnus yang jadi dosen.


Memang harus ada dana riset dan pengembangan minat akademis dari tataran terkecil. (Lingkaran MK)
.
.
.

[27/2 09.39] Ickhwan: Quote kelas πŸ’¦
--------------------

"Jangan takut dikritik dan jangan berubah karena dicerca. Pendirian yang kuat akan meyakinkan bangsa ini."

- Fahri Hamzah

------------
#Ayo podo daurah marhalah loro
#temukandiadiletterU
[27/2 18.27] Ickhwan: *Quote Warga Buku* ✨
- - - - - - -

_"Ijinkan aku berbicara apa adanya, simpanlah sopan santun kalian yang sekarang itu jadi topeng pencitraan, karena selama kau zalim dan berpihak kepada yang zalim, haram sopan santunku bagimu, begitulah aku diajarkan oleh Tauhid, basa basi kepada manusia itu hanya omong kosong."_

 - *Fahri Hamzah*

- - - - - - -
@negeribukukammiuinws
@kammiuinwalisongo
@kastratkammiuinws
@NBKHDewantara
[27/2 18.31] Ickhwan: Pengagum fikirannya πŸ˜‚

DM2 Project

                                 Oleh Ichwan

[22/3 20.09] ustadz AMAR:

Btw, kelas DM 2 ini bikin proyek yuk?
Bikin majalah atau video atau apa, buat 21st KAMMI.
Nanti ane asistensu. Ayo, bikin tim. Sekalian promote kammi ke luar.

Siapa yg mau gabung?
Dan, ane kira yg gampang itu mjalah.
Sekalian menguji daya serching kalian soal kammi. Di DM 2,
 ini materi Tafsir Filosofi Gerakan KAMMI.

Pernah lihat majalah online pdf Marabumi?
Intinya sih majalah online aja, tapi ngenalin kammi selama ini.
Nah. Ane serahkan ke kalian. Yg cocok buat kalangan _semua_ . marabumi kan kontennya sastra.

Persis kayak redaktur majalah biasanya.
Ada tim:
..........
Tim data
Tim konten esai
Tim konten berita
Tim ilustrator
Tim wawancara
Tim desain
Pemred/PJ

Latian ...
 Kalian punya hak yg sama kayak ane.
Ane pingin ada semacam halaman, 5-6 halaman, isinya memori kammi jaman dulu. Aksi lawan apa, aksi numbangin apa

 Rubriknya:

Sejarah filosofi gerakan
Tempat2 bersejarah kammi
Aksi2 kammi di masa lampau dari presiden ke presiden
Narasi sejarah lahirnya kammi

Terus ada konten2 ringan misalnya:
Kammi dan cadar
Bikin startup negarawan
Ngammi tapi berprestasi
Galeri kegiatan komsat

Nah nah nah
Tapi masalah tugas ntar aja. Yg penting mau gabung dulu.
Gak papa. Yang penting bisa bantu cari data, desain dsb.
Wawancara PP, alumni PP, atau pendiri kammi di daerah masing2 juga boleh

Tim data,
Malam ini coba cari soal aksi2 KAMMI tahun 1998-2019.
Satu tahun, dua berita. Kalau online, saat itu udah ada kompas.com sama liputan6 com
Isinya, terutama cari yg bangkitin gairah aksi. Bagi tugas aja, dan kalau bisa, jadiin screenshoot sekaligus dikopas, taruh di word.

 Tim konten berita
Coba cari berita hal2 apa yg lagi dikerjakan anak kammi dan itu keren.

Contoh, desa binaan kammda jember, para hafiz dan hafizah kamda jaksel, rumah baca kammi pala, buku2 ciptaan kader, atau skripsi ajaib dan unik anak kammi,

Tim desain,
 mari diskusi. Apa yang kalian rindukan dari kammi?
Di 21 tahun ini, tema desain harus menjawab kerinduan itu.
Aksi?
Dakwah tauhid?
Intelektual?

Reporter,
bisa ndak cari data kammda n komsat se Indonesia? Tapi susah sih.
Bikin narasi sejarah kammi aja, gimana?

Proyek Majalah HUT KAMMI
Kelas DM 2

1. Amar (Penanggungjawab aja. Haha.)
2. Uswatun (tim esai)
3. Siti mumtahanah (ex : tim wawncra)
4. Muhammad A.s (Tim Design)
5. Izzah Al Mujahidah (Tim Design)
6. Denti Septiani ( Design)

[23/3 00.35] ustadz  AMAR:
Nanti ane arahkan. Pemred ane jg boleh, tapi lebih asik kalau ane ngedidik orang.
*Susunan Tim Proyek Majalah HUT 21th KAMMI*
Presented by: Kelas DM 2 KAMMI_

*PJ:* Bang Amar
*Pimred:* Ichwan H

*Tim Data:*
1. Pras
2. Nurpatimah
3. Leny el.
4.April
*Tim Konten Essay:*
1. Uswatun
2.  Ridho
*Tim Konten Berita:*
1. Ramla
2. Maulida
3. Nirwana
*Tim Ilustrator:*
1.
2.
*Tim Reporter:*
1. Siti Mumtahanah
2. Karnila
*Tim Desain:*
1. Muhammad A. S.
2. Izzah Al Mujahidah
3. Denti Septiani

nomor-nomor yang siap ambil bagian
[22/3 20.32]
 ‪+62 822-4844-4642‬,
[22/3 21.28]
 ‪+62 852-7048-9782‬:
[22/3 22.07]
 ‪+62 823-8937-6598‬:
[22/3 22.08] ‪
+62 823-9131-3028‬: Denti Septiani

[23/3 19.13] ustadz Ichwan: deadlinenya kapan?
[23/3 19.14] ustadz  AMAR: 29an~ Maret 2019

 Kalau bisa tulis sendiri. Susun aja dulu kerangkanya,
 Cerita aja gimana aksi tahun 2000-a. Hahha
 Narasi itu perlu data, hehwhw.
hayo "Bereksperimenlah" haha bebas
 Oke malam ini nulis dulu aja.
 Coba mulai2 desain halaman,Semuanya~ layout,
misalnya. Komposisi warna khas kammi tuh apa sih. Hahaa
.
komposisi warna khas kammi : Merah, Putih, hijau,Biru.










Siap menyambut MILAD ke 21 KAMMI
29 MARET 2019

TPN Projek

Kami pun memulai
Peserta TPN PROJEK
.
.
.
[16/3 21.38] ‪+62 853-3308-9034‬:

Okee, dimulai dari, kita mau nulis narasi/gagasan tentang apakah nih?πŸ€”

Yg ane saranain narasi tentang *Tantangan Dakwah Di Era Milenial* gmana? Ada *ide* yg menggelegar lagi?
.
[18/3 20.05] KP ka Ayu:

List Judul Projek Buku Alumni TPN NTB*
1. Tantangan Dakwah Era Milenial
2. Gaya Dakwah Anak Millenial πŸ˜…
3. Semesta Alam Bernafas
4. Milenial islami, pemuda robbani
5. lentera Timur Menjaga Nafas Gerakan 2045
6. Gaya Millenial ditengah Alam Mengamuk

[18/3 20.07] ‪+62 853-3308-9034‬: Kita fixkan temen2 malam ini judul buku kita..

.
[18/3 20.41] ‪+62 853-3308-9034‬: *

List Judul Projek Buku Alumni TPN NTB*
1. Tantangan Dakwah Era Milenial
2. Gaya Dakwah Anak Millenial πŸ˜…
3. Semesta Alam Bernafas
4. Milenial islami, pemuda robbani
5. lentera Timur Menjaga Nafas Gerakan 2045
6. Gaya Millenial ditengah Alam Mengamuk


[19/3 13.12] ‪+62 853-3308-9034‬:

Satu2 ya kita bedah..πŸ˜…

[19/3 14.09] ‪+62 853-3308-9034‬:

*Tantangan Dakwah Era Milenial* cukup menarik untuk di kaji menurut ana, dari segi judulnyapun sepertinya belum ada gagasan kajian yg mengkajinya secara kolektif dan komprehensif yang terjadi di wilayah Indoneaia Timur, jadinya menurt ana Alumni TPN NTB relevan juga menjadi inisiator gagasan dalam *tantangan dakwah di era milenial* hanya saja lingkup khususnya untuk indonesia timur...


[20/3 09.04] Humas Sholah Kammi:

Semesta Alam Bernafas*
Melihat generasi baru yang asik dengan segala hal dunia virtual yang menyebabkab mereka lupa dari mana mereka berasal. Sistematika dakwah yang frontal dan men-judgment sudah lah mental dalam sifat2 manusia moderen ini, bahakan budaya membaca pun sangatlah mengurang. *Open Mind*, and *Look Around*.ketika di suatu tempat itu di temukan sebuah racun, di situlah juga kita menimbah penawarnya. Jika alam yang membuat dunia menjadi moderen yang berujung seperti saat ini, maka alam juga lah tempat kita mencari solusi dakwah zaman ini.

Buka lah hati dan pikiran kita, jangan jadi kan diri kita eksklusif dengan alam semesta ini, mereka bernafas untuk makhluk2 di dunia ini, mereka bergerak  karna mendengar keinginan hati makhluk2 di bumi. Hanya saja terkadang makhluk2 ini tidak sadar akan hal itu dan mengabaikan buah manis yang di sediakan oleh alam semesta, jikalau hati dan fikiran mereka dekat dengan-Nya dan mengetahui pergerakan alam itu, maka mereka akan merasakan nikmatnya buah manis yang di berikan oleh alam.

Mari ubah sistem dakwah kita dengan mengajak makhluk2 ber-ilmu kembali ke alam, belajar dengan alam, dan memetik buah manis dari alam. Denga tulisan kumpulan kisah penuh yang berisikan kisah sebuah perjalanan, kisah pengalaman luar biasa, kisah pertemuan dua sahabat, kisah pertemua orang2 soleh, kisah alam yang terpendam, dll dengan di selingkan hikmah dan janji nyata Allah SWT pada hambanya, pembaca akan memiliki banyak reverensi berdakwah untuk di implementasikan.... Yuk nulis

Sekian...
Terumakasih..
πŸ™πŸ™


[20/3 13.39] KP Ayu: 2.

 *Gaya Dakwah Anak Millenial*

Anak Millenial adalah generasi yang paling bebas bereksplor apapun. Baik dirinya maupun sesuatu yang ada disekitarnya.
Ketika mereka mengeksplor sesuatu pasti mereka akan disambut baik oleh Millenial lainnya, tidak hanya sebayanya, namun juga orang2 diatasnya akan terkagum dengan cara pandangnya. Mereka lebih memikirkan bagaimana cara menyelesaikan sesuatu dengan cepat dan unik.

Nah begitupun dengan dakwah, mereka lebih memikirkan bagaimana dakwah itu bisa diterima oleh semua generasi dengan cara yang tidak kaku, seru, santai namun asyik dan gampang dipahami orang lain. Jadi mereka punya gaya yang berbeda dalam berdakwah.

[20/3 17.38] ‪+62 853-3308-9034‬: *

Lentera Timur Menjaga Nafas Gerakan 2045* sebuah gagasan, buah karya dari  para Alumni TPN NTB yang akan mentransformasikan gagasan dan platform kammi dalam menjayakan Indonesia 2045. Judul ini menarik bagi ana, karena Profil Alumni TPN NTB dibekali bagaimana menjadi pemandu dan insturuktur yang baik. Jadi tinggal di tuangkan saja dalam karya buku Alumni TPN NTB😊


[20/3 19.31] TPN Puspita Sari Pontianak:

Bismillahirahmanirahim

*Milenial Islami, Pemuda Rabbani*

Milenial Islami,  kata yg sudah biasa kita dengar.  Apalagi generasi Milenial Indonesia sangat akrab dengan internet dan medsos, sehingga menjadi obyek yang mudah dipengaruhi dari berbagai pemikiran dan perilaku fundamentalisme,  ekstrimisme dan radikalisme.
Juga dengan adanya kata pemuda Rabbani yang akan menjadi agent of change.
Perubahan adalah keniscayaan. Tanpa perubahan, kita sebagai umat Islam akan tergilas zaman, menjadi budak peradaban. Sedangkan pemuda, perubahan dan kepemimpinan adalah satu paket yang tak dapat dipisahkan. Seorang pemuda dengan cita-cita yang tinggi, semangat yang membara serta potensi yang besar menjadi alasan bagaimana pentingnya peran dan tanggungjawabnya dalam penentuan masa depan Islam. Azzam yg kuat, visi yg mulia serta niat yg murni karena Allah harus senantiasa dijaga.

'afwan telat respon πŸ™πŸ»
[22/3 09.48] KP Ayu: Yang nomor terakhir sama kok esensinya dengan yang nomor 2. Hanya saja disana bagaimana para Millenial menyikapi kondisi alam yang sedang Mengamuk dari Sabang sampe Merauke.
Contoh, ada yang bereaksi turun kejalan2 dan lampu 🚦 untuk penggalangan dana, aksi menjadi relawan yang terjun langsung membantu masyarakat, dan masih banyak lagi aksi2 lainnya.


[22/3 10.35] ‪+62 853-3308-9034‬: _

Bismillah.._
Afwan baru on lagiπŸ™πŸ˜­
Alhamdulillah semaunya sudah memaparkan argumentasi dari setiap pengajuan judulnya yaa, Terimakasih banyak😁
Ayooo sekarang kita  ambil benang berah dari ke 6 judul tersebut, yang kira2 kita bisa semangat dan cocok dg profil TPN NTB...
[22/3 10.43] ‪+62 853-3308-9034‬: *List Judul Projek Buku Alumni TPN NTB*
1. Tantangan Dakwah Era Milenial
2. Gaya Dakwah Anak Millenial πŸ˜…
3. Semesta Alam Bernafas
4. Milenial islami, pemuda robbani
5. lentera Timur Menjaga Nafas Gerakan 2045
6. Gaya Millenial ditengah Alam Mengamuk
[22/3 10.43] ‪+62 853-3308-9034‬: *Tantangan Dakwah Era Milenial* cukup menarik untuk di kaji menurut ana, dari segi judulnyapun sepertinya belum ada gagasan kajian yg mengkajinya secara kolektif dan komprehensif yang terjadi di wilayah Indoneaia Timur, jadinya menurt ana Alumni TPN NTB relevan juga menjadi inisiator gagasan dalam *tantangan dakwah di era milenial* hanya saja lingkup khususnya untuk indonesia timur...
[22/3 10.43] ‪+62 853-3308-9034‬: *Semesta Alam Bernafas*
Melihat generasi baru yang asik dengan segala hal dunia virtual yang menyebabkab mereka lupa dari mana mereka berasal. Sistematika dakwah yang frontal dan men-judgment sudah lah mental dalam sifat2 manusia moderen ini, bahakan budaya membaca pun sangatlah mengurang. *Open Mind*, and *Look Around*.ketika di suatu tempat itu di temukan sebuah racun, di situlah juga kita menimbah penawarnya. Jika alam yang membuat dunia menjadi moderen yang berujung seperti saat ini, maka alam juga lah tempat kita mencari solusi dakwah zaman ini.

Buka lah hati dan pikiran kita, jangan jadi kan diri kita eksklusif dengan alam semesta ini, mereka bernafas untuk makhluk2 di dunia ini, mereka bergerak  karna mendengar keinginan hati makhluk2 di bumi. Hanya saja terkadang makhluk2 ini tidak sadar akan hal itu dan mengabaikan buah manis yang di sediakan oleh alam semesta, jikalau hati dan fikiran mereka dekat dengan-Nya dan mengetahui pergerakan alam itu, maka mereka akan merasakan nikmatnya buah manis yang di berikan oleh alam.

Mari ubah sistem dakwah kita dengan mengajak makhluk2 ber-ilmu kembali ke alam, belajar dengan alam, dan memetik buah manis dari alam. Denga tulisan kumpulan kisah penuh yang berisikan kisah sebuah perjalanan, kisah pengalaman luar biasa, kisah pertemuan dua sahabat, kisah pertemua orang2 soleh, kisah alam yang terpendam, dll dengan di selingkan hikmah dan janji nyata Allah SWT pada hambanya, pembaca akan memiliki banyak reverensi berdakwah untuk di implementasikan.... Yuk nulis

Sekian...
Terumakasih..
πŸ™πŸ™
[22/3 10.43] ‪+62 853-3308-9034‬: 2. *Gaya Dakwah Anak Millenial*

Anak Millenial adalah generasi yang paling bebas bereksplor apapun. Baik dirinya maupun sesuatu yang ada disekitarnya.
Ketika mereka mengeksplor sesuatu pasti mereka akan disambut baik oleh Millenial lainnya, tidak hanya sebayanya, namun juga orang2 diatasnya akan terkagum dengan cara pandangnya. Mereka lebih memikirkan bagaimana cara menyelesaikan sesuatu dengan cepat dan unik.

Nah begitupun dengan dakwah, mereka lebih memikirkan bagaimana dakwah itu bisa diterima oleh semua generasi dengan cara yang tidak kaku, seru, santai namun asyik dan gampang dipahami orang lain. Jadi mereka punya gaya yang berbeda dalam berdakwah.
[22/3 10.44] ‪+62 853-3308-9034‬: *Lentera Timur Menjaga Nafas Gerakan 2045* sebuah gagasan, buah karya dari  para Alumni TPN NTB yang akan mentransformasikan gagasan dan platform kammi dalam menjayakan Indonesia 2045. Judul ini menarik bagi ana, karena Profil Alumni TPN NTB dibekali bagaimana menjadi pemandu dan insturuktur yang baik. Jadi tinggal di tuangkan saja dalam karya buku Alumni TPN NTB😊
[22/3 10.44] ‪+62 853-3308-9034‬: Bismillahirahmanirahim

*Milenial Islami, Pemuda Rabbani*

Milenial Islami,  kata yg sudah biasa kita dengar.  Apalagi generasi Milenial Indonesia sangat akrab dengan internet dan medsos, sehingga menjadi obyek yang mudah dipengaruhi dari berbagai pemikiran dan perilaku fundamentalisme,  ekstrimisme dan radikalisme.
Juga dengan adanya kata pemuda Rabbani yang akan menjadi agent of change.
Perubahan adalah keniscayaan. Tanpa perubahan, kita sebagai umat Islam akan tergilas zaman, menjadi budak peradaban. Sedangkan pemuda, perubahan dan kepemimpinan adalah satu paket yang tak dapat dipisahkan. Seorang pemuda dengan cita-cita yang tinggi, semangat yang membara serta potensi yang besar menjadi alasan bagaimana pentingnya peran dan tanggungjawabnya dalam penentuan masa depan Islam. Azzam yg kuat, visi yg mulia serta niat yg murni karena Allah harus senantiasa dijaga.

'afwan telat respon πŸ™πŸ»
[22/3 10.44] ‪+62 853-3308-9034‬: Yang nomor terakhir sama kok esensinya dengan yang nomor 2. Hanya saja disana bagaimana para Millenial menyikapi kondisi alam yang sedang Mengamuk dari Sabang sampe Merauke.
Contoh, ada yang bereaksi turun kejalan2 dan lampu 🚦 untuk penggalangan dana, aksi menjadi relawan yang terjun langsung membantu masyarakat, dan masih banyak lagi aksi2 lainnya.
[22/3 13.44] ‪+62 853-3308-9034‬: Gmana yang lain?
Menurut ana kurang setujuπŸ˜… pertama dari segi judul *Gaya Dakwah Anak Milenial* substansinya agak ke alay2anπŸ˜‚ apalagi kalo diperdalam lagi dari setiap kata perkata coba deh di pahami baik2.
2. Agak kurang relevan dg kultur yang ada di Indonesi Timur, Dakwah di NTB ini lebih komprehensif secara kultural daripada perkemebangan zaman yg ada di jawa tentu sangat beda.
[22/3 20.39] Jessa: Voting Judul Buku
Akh rajul : 2
Kak inay  : 3
Ika : 3
Akh Dede : 3
Ukhti nabiya: 2
Kak ayu : 2
Intan : 3
Uswatun : 1
Sarwan : 1
Jessa : 3
[23/3 06.26] ‪+62 853-3308-9034‬: Alhamdulillah oke sudah ketaun yaa temen2 sepakat kita akan menulis sebuah gagasan dari Alumni TPN NTB dengan judul *Semesta Alam Bernafas* latar belakang yang akh @⁨Humas Sholah Kammi⁩  sudah sampaikan diatas..

*Sepakat ???*

Kalo sepakat kita lanjut ke tahap berikutnya bikin *timeline* penulisan sama batasan2 sub judul penulisanya..πŸ™πŸ˜‰
[23/3 06.51] KP Ayu: Sepertinya kita punya tim penulis handal niih 😎
Tapi sayang moodyan πŸ˜…πŸ˜…

PS/ 1 Senjakala Islamic Book Fair Malang

BELAJAR BERSAMA KITA

PS = PUSTAKA SAGA
[22/3 20.38]


oke mulai luangkan waktu menyimak ya.
eh saya tantang dah, kira-kira 15 menit cukupkan membaca materi berikut ini
atau nanti jika lebih cepat atau lambat maka komen saja ya.yuhu  pemateri memaparkan.

"Senjakala Islamic Book Fair Malang"

Bulan Agutus tahun 2013 saya memasuki kota Malang. Dua bulan setelahnya di tahun tahun itu pula, saya ingat merangsek sendirian ke gelaran Islam Book Fair Malang 2013. Sedikit minat pada buku yang terbawa dari kampung halamam minim toko buku jadi alasannya. Sendirian sebab, waktu setelah itu, jadi kebiasaan mengajak teman atau adik angkatan di kampus untuk bersama-sama sekaligus, mencari buku keislaman di gelaran-gelaran selanjutnya.

Hal yang paling saya ingat waktu itu adalah, buku yang berjibun dari dalam aula Skodam Brawijaya Malang (bukan kampus UB) sampai luar pelataran. Hanya sedikit stan pakaian dan sedikit meja jajanan. Melekat pula di ingatan, bahwa IBF Malang pasti digelar sebelum Ramadhan atau jelang akhir tahun. Dua waktu ini menjadi waktu penantian yang cukup mendebarkan. Seperti persiapan mengisi dan memecah tabungan yang cukup banyak untuk kemudian dibelanjakan buku pada saat yang tepat. Sebab belanja online belum begitu mengemuka.

Buku-buku Pro-U Media, Era Intermedia, Rabbani Press, GIP, Al-Kautsar, juga Mizan menjadi buruan tersendiri. Sebagian di antaranya sulit ditemui di toko buku besar. 
IBF adalah tempat perjumpaan para anak muda, termasuk di dalamnya mahasiswa baru yang haus akan asupan keislaman. Khususnya buku-buku dari penulis yang karyanya sedang naik daun macam Salim A Fillah, atau yang sulit dicari macam Anis Matta, juga bacaan pergerakan Islam macam Risalah Pergeralan Ikhwanul Muslimin dan Sirah Nabawiyah. Buku-buku yang tidak dijual di Gramedia tentu saja. Benar-benar pertemuan antara kehausan yang memiliki jarak jauh dengan peleganya, yaitu waktu, ketidaktersediaan di pasaran, dan dua momentum di atas.

Enam tahun berlalu. Saya sempat melihat pergelaran IBF di kota lain semisal Jogja dan Surabaya. Tidak jauh beda, masih menggairahkan. Jogja merupakan tempat yang dekat dengan penerbit-penerbit besar sekaligus banyak cendekiawan Muslim atau ustadz penceramah terkenal yang berlimpah.  Sementara Surabaya juga merupakan kota besar dengan banyak kampus. Bahkan IBF Malang dan Surabaya jadi tempat kunjungan kawan-kawan dari Jember, Blitar, dan sekitarnya. Sebab di Jawa Timur hanya di Malang dan Surabaya yang menggelar.

Cukup. Itu dulu. Hari ini beda cerita. Bukan cerita perihal tempat penyelenggaraannya. Melainkan rasa, substansi, dan perannya. IBF Malang yang selalu diadakan di kompleks aula Skodam Brawijaya, pinggir bunderan kota Malang, berdekatan dengan kantor pemerintahan kota Malang itu, tidak berpindah selama belasan tahun. Tempat yang selalu sama ini hanya menegaskan kelemahan, alih-alih simbol yang layak dipuji.

Hari ini beda cerita, lapak buku yang dahulu bejibun di aula dalam dan luar, bahkan sampai ruangan lain di dekat panggung luar aula yang penuh, kini sudah tidak sama. Dua tiga gelaran terakhir, lapak buku sudah menyusut. Di luar sudah tidak ada buku. Bahkan, di aula dalam pun, lapak buku sudah berkurang. Hanya beberapa stan penerbit dan distributor besar yang masih bertahan. Naasnya, di aula dalam yang semestinya menjadi hajatan buku, malah saya temui sempat diisi lapak panahan dan baju. Tragis sekali. Hal yang paling kentara adalah lapak baju koko dan jilbab yang semakin bertambah banyak. Di luar penuh, tidak cukup, kain-kain itu pun merangsek ke dalam menggeser kertas.

Tahun lalu, malah ada hal menggelikan. Seorang teman yang menggemari sejarah kelam 1965 kegirangan. Ia menemukan stan Media Pressindo dengan buku-buku sejarahnya, wacana Kiri. Bukan apa-apa sebenarnya. Tetepi, lebih pas disebut keganjilan penyelenggara yang tidak bisa menarik penerbit Islam lain. Meski saya sempat senang tahun lalu juga dengan kehadiran stan Risalah Nur dari Ciputat. Sayang, nampaknya penggemar Said Nursi itu tidak kuat dengan pasar yang ada.

Penyusutan jumlah lapak buku, dan melebarnya lapak pakaian, sudah memberi tanda kekalahan buku atas pakaian. Teks pikiran kalah dengan busana tubuh. Gairah keislaman bisa dibilang dimenangkan oleh citra perayaan luaran diri manusia daripada peneguhan dalam diri manusia. Padahal bila melihat nilai harga barang, tentu saja busana tidak lebih murah daripada buku. Busana bisa dikorting sekian meskipun nilainya bisa juga naik berlipat tanpa patokan, sedangkan buku sudah dipatok dengan korting yang memaksa tekan keuntungan. Buku di IBF kini, tak lain seperti tamu di rumah sendiri.

Gairah tampilan keislaman lewat busana berbarengan dengan tren hijrah memang tidak bisa disalahkan. Di satu sisi, ini barangkali capaian bagus umat Islam. Tinggal tugas penyeru dan pendidik umat yang menandaskannya, merasuk sampai jiwa Muslimin. Tapi, justru di sinilah benturannya dengan gelaran Islam Book Fair. Tugas pendidikan yang seharusnya diemban, malah seolah ditanggalkan demi rupiah semata. Toko dan etalase online pakaian Muslim sangat banyak bertebaran di mana-mana, mengapa perlu juga dihadirkan di gelaran buku? Memang secara mendasar, gelaran buku selayaknyalah yang utama, sedangkan pakaian hanya peramai. Namun kini sebaliknya!

Perubahan luaran IBF Malang ini, tetapi mungkin juga di kota lain, dari buku ramai menjadi sepi dan dari pakaian sepi menjadi ramai, hanya setengah bagian kemundurannya. Setengah bagian lagi, adalah substansinya. Yaitu ketidakmampuan penyelenggara menjadikan gelaran IBF sebagai perayaan buku. Bagaimana buku dirayakan. Bagaimana tema gelaran dijadikan wacana literasi yang menjadi mesin pendorong kemajuan korpus pengetahuan umat Islam. Bagiamana generasi muda dan anak-anak dekat dengan buku, alih-alih hanya tampilan luar. Perlu diingat, di lain gelaran IBF, muncul gelaran lain yang bernama Islamic Fashion Fair (IFF), khusus busana. Lihat, betapa terjajahnya akal umat Islam yang memberikan harapan pada IBF oleh pemodal busana. Tiada habis-habisanya.

Contoh baiknya, pada Islamic Book Fair Indonesia atau Nasional di Jakarta. Penyelenggara menyediakan wahana bacaan dan tempat bermain anak. Jelas ia hadir sebagai wahana wisata literasi anak. Lain lagi tema-tema yang selalu diangkat tiap tahun. Menghadirkan tokoh nasional baik cendekiawan maupun tokoh pemerintahan bukannya tanpa sebab, seperti tali yang berkait atau gayung bersambut sebab wacana literasi Islam didorong secara bersama-sama. Meski ini hanya sekelebat sepengetahuan saya.

Awal tahun lalu, sebenarnya saya ikut merayakan IBF Malang. Saya memiliki penerbitan buku indie kecil. Bersamaan dengan terbitnya buku Nuun: Berjibaku Mencandu Buku karya Yusuf Maulana, mengiyakan tawaran penyelenggara mengisi salah satu acara di panggungnya. Penulis yang berasal dari Jogja saya hadirkan. Tanpa dinyana, ternyata foto penulis dipasang di poster-poster dan baliho publikasi, besar sekali. Tentu saja menggelikan meski kami tidak keberatan. Maksunya, tidak ada usaha sama sekali dari penyelenggara untuk menyusun tema dan topik pembicaraan selama penyenggaraan IBF Malang. Penulis luar kota seolah dianggap tokoh nasional yang perlu dipampang di baliho promosi. Padahal biasa saja. Artinya lagi, lebih pas dicurigai sebagai IBF yang asal jalan.

Saya tidak mengerti, alam pikiran penyelenggara. Apakah gelaran IBF Malang memang berjalan apa adanya, sehingga pengisi acara diserahkan pada siapa saja yang mau mengisi. Untung bila yang mengisi masihlah pegiat buku. Bila tidak, ya seperti yang akan bisa dilihat, kajian pernikahan, talk show ibu-ibu pengajian, bahkan seminar properti syariah dan mungkin ulasan obat herbal yang menghiasi susunan acara. Benar-banar tak ada tema gelaran yang dikejar, tidak ada wacana literasi Islam yang serius dihadirkan.

Pergelaran IBF Malang yang memprihatikan telah berlalu. Saya lihat stan buku obral Raja Murah mengambil lima stan yang dijadikan satu sekaligus. Buku sudah diobral, semurah harga parkir, IBF tidak lagi menarik. Parkiran pun sepi. Entah dengan omset stan busana di luar.

IBF bukan hanya sekali setahun, tapi tiga sampai empat kali. Tidak main-main sudah sampai gelaran yang ke 33! Tapi seperti saya tulis di atas. Tidak ada rasa, substansi, dan peran IBF Malang untuk melek literasi umat Islam. Bila ada, sulit sekali membekas. Bila sudah begini dan tidak ada maksud baik dan kesadaran penyelenggara, tinggal menunggu pergantian nama menjadi IBF menjadi IFF. Hampir tiada bedanya. Bila terlalu kejam, ada yang lebih halus, di poster promosi lebih baik diberi judul besar-besar: Islamic Fashion Fair - Dilengkapi dengan Stan Buku! Ini adalah pandangan saya tentang IBF Malang. Agar menjadi objektif, mari kita diakusikan, baik yang dari Malang, Surabaya Jawa Timur, maupun kota lain.

[22/3 21.18]
Saya beri waktu teman2 , kita buka sesi tanya jawab nya.
Budi, Surbaya
Di Surabaya shakaa sudah tidak tampak muncul lg ngelola IBF. Skrg yg pegang ikapi. Tp d poster yg ad malah gambar komunitas2 hijrah. Bukan penerbit buku. Gmn Menurut mas Eri?
JAWAB
Islamic Fashion Fair adalah amatan saya tahun lalu. Dalam amatan itu, ternyata perubahan lebih cepat terjadi, lagi. Sebagai event organizer, barangkali memang begitulah tabiatnya, mengikuti selera pasar. Lebih jauh bukan cuma Islamic Fashion Fair ternyata. Tetapi ada lagi, Islamic Fair. Isinya kajian-kajian keislaman dan talk show hijrah dan semacamnya. Tentu saja jangan berharap kajian ilmiah berat. Ia rasanya tidak mau kalah dengan Hijrah Fest yang lebih dulu digelar dan pesertanya berjubel meski berbayar mahal.

Ini hanya semakin menegasakan bahwa buku, bukan hanya ditepikan oleh busana, kertas digeser kain. Melainkan juga digusur ustadz artis dan media sosial. Semuanya dalam amatan saya masihlah gairah keislaman luaran.


 Baik, kita lanjut ke penanya terakhir
Nurul Iftitah, Banjarbaru, Kalsel.

1. Menurut mas, gimana menumbuhkan kembali suasana IBF seperti dahulu kala? Apa yang bisa dilakukan oleh pencinta IBF?
2. Menurut mas, promosi yang pas, gk lebay tapi tetap menarik orang-orang datang bagaimana?
Terima kasih

JAWAB‬:
Apakah kita bertanggung jawab atas kondisi IBF yang demikian? Saya rasa tidak. Jadi jangan merasa memiliki beban itu. Atau lebih jauh, sebenernya siapa yang bertanggung jawab atas tidak bergairahnya perbukuan di sebuah kota? Dinas Kebudayaan kota? Perpustakaan Daerah kota? IBF yang sebenarnya sekarang bisa dilihat sebagai EO murni di belakangnya?

Ini semua kembali pada pasar, pengunjung IBF, uutama umat Islam. Tetapi kepada penyelenggara, kritik sekecil apapun seharusnya tetap memiliki fungsi.
Agaknya, hari ini kita harus belajar dari gelaran buku lain. Ini agar kita berkembang jauh maju. Bukan bergerak mundur. IBF dari masa ke masa apakah ada kemajuan? Dari segi wacana? Dari segi penerbit buku, dari segi jumlah buku? Tidak.

Gelaran buku yang disebut festifal atau pameran itu bukan bazar yang cuma jualan saja. Paling besar di dunia adalah konsep Frankfurt Book Fair. Model lain yang membawa bukan cuma wacana melainkan kualitas pegiatnya ada misalnya Ubud Writers Festival (ada juga Borobudur). Seharusnya berpikirnya agar berkembang bukan cuma model jualan.

Bila pertanyaannya hanya begitu, kita bisa lihat jauh lebih ramai dari IBF lokal, misalnya Kampoeng Buku Jogja, Mocosik Festival, dan yang terbaru Festival Literasi Patjar Merah di Jogja semuanya. Itu perpaduan antara visual, marketing kelas promotor nasional dan dunia, musik, seni, dan dunia perbukuan yang bagus.

[22/3 22.26] 
‪+62 858-2086-9622‬:
Mau meminta pandangan dari mas lagi.
Beberapa Minggu lalu saya melihat postingan dari orang lain. Yang mana inti kalimatnya "Sebenarnya pecinta buku banyak sekali, hanya saja bukunya masih sulit di akses terutama untuk bagian pelosok, dan harusnya Indonesia gk menempati urutan 60 dari 61 negara pengiat literasi"
Menurut mas, apakah hal tersebut benar adanya atau itu hanya karena melihat potret di salah satu tempat bazar buku yang didatangi bejibun orang saja?
JAWAB
Persoalan tidak meratanya akses buku memang benar. Jangan buku peranti buku, pendidikan saja yang berdimensi lebih besar belum merata ke pelosok-pelosok. Ini konon bisa teratasi dengan pembangunan infrastruktur transportasi, tapi nyatanya hari ini malah semakin mahal. Semua ide kalah dengan korporat transportasi udara dan tol.
..
 Ada beberapa ide yang bisa didesakkan ke pemerintah. Seharusnya pemerintah memberi perhatian yang lebih jauh lagi setelah UU Perbukuan. Misalnya subsidi kertas agar harga buku jadi murah. Anggaran untuk pengarang dan penerjemah agar karya tulis bergerak pesat.
..
Ada ide dari Muhiddin M Dahlan soal toko buku yang tidak merata. Di Indonesia ini amat banyak tempat yang tidak bisa dijangkau toko buku, namun tempat-tempat itu semuanya bisa dijangkau oleh salah satu BUMN, misalnya adalah Kantor Pos. Menjadikannya sebagai etalase buku dengan berbagai konsep subsidi pemerintah adalah ide cemerlang.
 Survei 60 dari 61 itu dari luar. Metode, data, dan alat ukurnya tidak jelas. Kita tidak bisa merebut data itu. Tidak ada lembaga dalam negeri pula yang melakukan riset semacam secara serius. Jadi ya tidak jelas.

WAH TRIMAKASIH TELAH MENYIMAK
SEMANGAT TERUS UNTUK KITA SEMUA

[22/3 21.07]
‪+62 856-4996-5349‬: 

Pustaka Saga 3

Diskusi online bereng pejuang
Si penulis.
Yg suda saya beli bukunya


[21/3 20.33]


Teman2, malam ini kita diskusi
 menjadi aktivis aktif menulis bersama mas @⁨Zailani BQ⁩  pukul 19:40 wib ya 😊


Assalamualaikum wr.wb
Terima kasih untuk peserta yang telah registrasi untuk diskusi online kami
Pertama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas kesempatan diberikan untuk diskusi hari ini kita akan membincangkan *menjadi aktivis aktif menulis* bersama mas  @⁨Zailani BQ⁩  Dalam rangka 4 tahun pustaka saga


Assalamualaikum wr wb temen-temen semua   *boleh dijawab dari kamarnya masing2 :)
 Alhamdulillaah, kita bersyukur kepada Allah masih diberi umur panjang, masih diberi kesempatan untuk saling berjumpa walau dalam dunia maya.
 Mudah-mudahan kelak, kita bisa bertemu secara nyata dan akhirnya mampu bertemu kembali di surganya Allah SWT. Aamiin.
Shalawat dan salam senantiasa kita limpahkan kepada teladan terbaik semua manusia, panutan terindah setiap insan, beliau Rasulullaah Muhammad SAW.
kita semua menjadi pelanjut beliau dan pembelanya di mana pun dan kapan pun.
Terimakasih kepada penyelenggara agenda ini. Warbiasa. Smg jadi pemberat amal kebaikan semua tim penyelenggara.

[21/3 21.00]
 Yang saya hormati dan rindukan nasehatnya, Pemilik Pustaka SAGA, Mas Arif Syaifurrrisal. Yang sekaligus kakak senior di KAMMI.
Yg saya hormati juga Wartawan senior, mas @⁨Januar48⁩ . Kakak yg luar biasa Mbak @⁨Anis⁩ , Mas @⁨Diskusi Pustaka Saga⁩ selaku panglima grup. Dan yg gak tertinggal untuk saya hormati adalah penulis sekaligus pemilik penerbit di Malang, mas @⁨@eri_muriyan⁩  😊
 Dan yg juga spesial kepada seluruh yg ada di grup ini.

 Sebelum lanjut ke sharing ttg nulis, kenalin saya Zailani. Alhamdulillah atas ijin Allah diberi kemudahan buat nulis beberapa judul buku. baik yang sendiri maupun bareng2, sejak awal 2013 an
Salah satunya diterbitin SAGA, judulnya "JAdilah Pemuda Ngehits".
 Nah, dr sedikit pengalaman yg saya punya. Yuk kita sharing ttg tema diskusi kita: Menjadi aktivis aktif menulis.

Biar simpel bahasan kita, saya sederhanakan menjadi 2 hal.
 yang pertama : MENGAPA HARUS NULIS?
 2 : GIMANA CARA NULIS YANG MUDAH?

[21/3 21.22]
 Masuk yang pertama : MENGAPA HARUS NULIS?
1. Agar tidak mubazir
Dapat ilmu tentang al-Qur’an, gak dicatet, hilang.
Dapat ilmu tentang pernikahan, gak dicatet, lenyap.
Dapat ilmu tentang wirausaha, gak dicatet, amblas.
Dapat ilmu tentang puasa, gak dicatat, acara belum selesai, sebagian materi sudah lupa.
Dapat ilmu tentang konsep membangun Negara, gak dicatet, lupa.
Begitu;ah realita. Karena memang otak kita belum bisa jika harus mengingat semua materi yang didapat. Maka saat ilmu didapat, ikat. Ikat bilqolam. Tulis. Biar gak mubazir begitu saja.

2. Ilmu itu mahal
Mahal waktunya. Gak semua orang punya kesempatan buat nyari ilmu. Maka pas kita bisa, saying banget kalo gak ditulis. Mahal biayanya. Nyari ilmu kadang harus ngeluarin tiket puluhan ribu, bahkan sebuah training bisa jutaan. Ya, minimal keluar uang buat transport ke tempat acara. Masa rela ilang begitu saja? Tulis dong ilmunya.
Mahal momennya. Ini yang lebih berharga lagi. Kita bisa ketemu seorang tokoh atau pembicara gak setiap saat. Maka saat ketemu pasti ada ilmu baru yang kita terima. Beda narasumber, beda ilmu. Tentu sayang banget kan kalau momennya berlalu, berlalu juga ilmuna. Kalau ditulis, akan jadi saksi sejarah dan  bisa dibuka kapan aja kita mau.
Dalam Islam, orang beriman yang berilmu, akan dinaikkan derajatnya. Ini menandakan betapa ilmu sangat penting. Sangat mahal.
Karena ilmu begitu mahal, baik proses mendapatkannya atau yang lainnya, keterlaluan jika tak kita abadikan. Gak harus runtut. Gak harus detail. Gak harus baku. Pokoknya tulis aja. Poin2 nya aja, boleh. Pake kata kunci juga gpp. Yang penting kita tulis. Ini benih benih produktif. Tanpa itu, kapanlagi mau produktif?
Naik Kelas
Gara-gara nulis, saya ‘lebih’ dipercaya, dihargai, diberi tempat, dianggap lain dari yang lain.
 padahal kan belum tentu.
 bisa jadi banyak yang lebih jago, lebih wow, lebih tinggi ilmunya, dan lebih ganteng, hanya saja dia gak nulis buku, gakterlalu dilihat
artinya apa? saya merasakan betul, bahwa karya kita menjadi salah satu penilaian orang.
dengan menulis kita dianggap cakap,
 dianggap bisa
 walau kita tak mengharapkan itu.
Tapi orang melihat ada perbedaan dengan orang lain
inilah naik kelas
maka tak heran jika ada pebisnis atau trainer yang semangat banget nulis buku, agar lebih diakui.
gak ada yang salah. ini jadi peluang kita juga sebagai aktivis dakwah
 harusnya aktivis dakwah punya bukti agar orang percaya kepada kita
sehingga label aktivis gak hanya status,
 orang gak ngeliat apa wujud karyanya
 nah dengan nulis, bisa menjadi jalan orang percaya kepada kita
kalau publik sudah percaya, insyalah jalan dakwah makin terbuka.
 Gak lucu kan kalau kita sebagai aktivis pengen dakwah, tapi orang lain justru kabur saat dengen nama kita.
 denger iya gak?
Apalagi sekarang, jaman di mana orang percaya bukan hanya pada soal apa yang idsampaikan, melainkan siapa yang menyampaikan. Mau baik ato gak, asal si itu yang menyampaikan, diterima.
maka bahaya jika si itu adalah orang2 yang gak pro dakwah. followernya jutaan, tapi psotingannya nyinyir ke dakwah. bahaya. racun dan meracuni.
 Tapi andai yang followwernya jutaan itu postingannya ttg tema2 dakwah, kan jos.
maka Saya nulis JAdilah Pemuda Ngehits itu salah satunya ya untuk ini: Agar jadi jalan kebaikan. Makin terkenal, makin terbuka syiar kebaikannnya.
sebenarnya terkenal itu gak penting, yang penting isinya.
Tapi untuk menyampaikan 'isi' perlu terkenal, berarti ia menjadi kebutuhan.
[21/3 21.39] ‪+62 857-2582-0446‬: Nah, soal nulis. kalau bisa aktifis dakwah jadi penulis. Namanya makin dikenal, peluang dakwahnya makin luas.
nulis itu kerjanya sekali, untungnya berkali2.
Kalau kata Sayyid Quthb, satu peluru hanya bisa nembus satu kepala. Tapi satu tulisan bisa menembus JUTAAN kepala.
Yang nulis jalan-jalan, karyanya jalan terus (dibaca orang)
beluml kalau ngomongin pahala. Duplikasinya sampai tak terhingga.
itu yang ketiga: Naik kelas
dan itu cukuplah menjadi alasan terakhir untuk sementara.

sebenarnya banyak alasan kenapa kita nulis, tapi waktu kkta terbatas
saya sudah nulis lainnya di e-book "Jurus Jitu Nulis Buku".
 Sekarang kita masuk yang ini. Gak usah pusing, ambil yang simple aja. Di antaranya ini:
 1. Tulis yang didapat.
Baik dapat di seminar, kajian, training, atau bahkan diskusi ringan. Intinya ilmu yang didapt, itulah yang ditulis. Ini memudahkan kita. Biar gak pusing mikirin ide yang mau ditulis. Jadi sederhana saja, apa yang didapat, sikat jadiin tulisan. Gak perlu mikit berat. Namun satu yang perlu diperhatikan; kalau bisa yang mengandung pesan bermanfaat. Kenapa? Agar tulisan kita gak garing alias geje. Dan kerennya lagi, jadi amal jariyah.
 2. Tulis yang kita alami
Ini mirip yang sebelumnya, hanya saja ini gak terbatas di ruang forum. Karena pengalaman sendiri pun bisa ditulis. Kenapa yang dialami sendiri, kok gak yang dialami orang lain? Ini demi memudahkan kita sebagai penulis pemula. Agar nulisnya mudah dan gak berat-berat.
 3. Tulis yang dibaca.
Guru saya di Surabaya pernah bilang, baca dan nulis itu bagai 2 sisi mata uang logam. Satu taka da, satunya jadi kurang bernilai. Orang yang bacaaaaa terus tapi gak pernah nulis, kurang lengkap. 

Nuliiiiis terus gak pernah baca, bahaya. Jadi tong kosong nanti. Jadi baca – tulis itu tak bisa dipisahkan. Ini yang dilakukan para Ulama yang namanya kita kenal hingga sekarang. Sebut saja Imam An-Nawawi atau Buya Hamka. Mereka menggabungkan budaya baca dan nulis. Sehingga namanya lebih abadi. Manfaatnya lebih terasa padahal ber=liau usdah taka ada.
Tulis apa aja yang mau ditulis ; 1000 kata perhari.
Ini cocok buat yang pengen jadi penulis. Sebagai pembiasaan. 

Program ini coba saya terapkan di kelas kepenulisan yang saya pegang. Jadi perhari nulis bebas 1000 kata. Gak harus bagus, curhat pun boleh. Intinya 1000 kata per hari. Tere Liye, pencetus program ini menyarankan agar dilaksanakan selama 180 hari nonstop. Jika satu hari yang terlewat tanpa 1000 kata,  hitungan ngulang menjadi hari pertama lagi. Seru pokoknya, detailnya ttg program 1000 kata ini, termasuk trik nulis bukunya Tere Liye, sudah saya tulis. Yang mau  acungkan tangan.
Gitu dulu terkait gimana kita nulis. Intinya jangan mempersulit, permudahlah. Nikmati. insyaAllah hasil akan keliatan; jadi buku. Ini yang saya rasakan.Tau tau jadi penulis
Kalau kita udah sering nulis, baik yang kit abaca, yang kita dapat di kajian, yang kita alami dan lain-lain, otomatis kita sudah punya bahan utama sebuah buku. Saya dulu awalnya juga iseng nulis dikit-dikit. Begitu udah banyak, tinggal diramu jadi buku. Ini merupakan salah satu jurus yang saya jabarkan di e-book “Jurus Jitu Nulis Buku”. Yang merupakan pengalaman saya hingga Allah ijinkan diterima oleh penerbit besar Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia. Jadi jurus-js yang saya paparkan adalah pengalaman. Semoga manfaat bagi yang mau baca-baca.
 InsyaAllah sementara ini dulu ya. saya kembalikan ke moderator
.
.
.

[21/3 21.50] Diskusi Pustaka Saga:

 Baik, sudah ada penanya pertama
Nama: Nafisah
Asal: karanganyar
Instansi : iain surakarta
"Gimana sih kak buat istiqomah nulis dan tetap semangat nulis walaupun banyak temen yang ngeremehin tulisan kita bilang tulisan kita ngga bagus lah dan lain lain"
jawab:
 Baik...Nah ngomongin soal istiqomah, kita sama2 belajar. apalagi soal nulis. Perjuangan bagi semua penulis. ya ini tantangannya yg kayaknya cukup besar.maka dari itu, TERE LIYE punya tawaran bagi yang bener2 pengen jadi penulis. insyaAllah saya share file tulisan saya ttg tawaran ini.
 soal respon orang, ini rezeki. kalau orang gak mau menilai tulisan kita, bahaya. tanda2 kita gak akan jadi penulis. kalau koemnnya bagus, moga benar adanya. dan kita bisa ningkatin.
tapi kalau komennya gak enak, negatif, berarti ya emang kualitas kita segitu. gak usah baper. ini kesempatan kita memperbaiki. "ah, tulisan kamu geje" berarti tugas kita belajar nulis lebih semangat lagi biar gak geje. ah gak nyambung, kaku..kalimatnya gak lugas. komentar lainnya, maka kita sudah tau apa yang harus kita lakukan.orang lain nunjukin di kepala kita ada kotoran cicak, masak kita tempeleng. harunsya kan kita bersyukur. lalu kita bersihkan. intinya, nulis itu bukan soal satu dua hari, tapi perjuangan panjang dan melelahkan.

saya sampai keringat dingin ngedit buku "SAATNYA KEMILAU BUKAN GALAU"
 Sampai lewat dini hari baru tidur, tapi karen udah kita niatkan, tancap aja terus
 dan hasil tak pernah berkhianat :) Terbayar lunas saat buku terbit. apalagi dikasih tempat khusus di Gramedia. Tak terbayangkan sebelumnya. jadi nikmati aja prosesnya. ya.
.

[21/3 22.16] Diskusi Pustaka Saga:
 Baik, saya lanjut ke penanya terakhir ya

 Yoga Perwira @⁨Yoga Perwira⁩
IAIN Surakarta
Klaten.
Ingin bertanya mengenai menulis apa yang kita baca. Saya kadang2 juga membaca buku kemudian saya garis bawahi yg sekiranya penting dan bermanfaat. Lalu saya tulis di buku. Jadi gimana caranya tulisan yg sudah saya catat di buku itu menjadi karya? Kalaupun menjadi karya bukankah hal itu menjiplak karya atau ide org lain?
 Mantap mas Yoga sdh berani mencoret bukunya. Kalau kata guru kepenulisan saya, buku yg dibaca emang harus digituin. Kapan perlu ditambahin seperti catatan kaki 😊
 Nah, gimana biar jadi karya?
 Apa yg kita tulis itu baru poin. Bisa juga sebagai petikan.
 Cuplikan. Nah, tahap selanjutnya adalah ya kita nulis bahasannya. Yg ide pokoknya bisa berawla dari tulisan itu. Atau tulisan itu sebagai penguat apa yg sdh kita bahas sebelumnya.
 Jd kita gk susah2 lagi nyari poin yg ingin dikutip. Karena sudah kita tulis sebelumnya.

 Jadi poin tulisan kita itu bisa sebagai ide pemicu lahirnya tulisan atau bisa juga sebagai penguat tulisan yg ada. Maka saya selalu sarankan kepada peserta kelas kepenulisan saya, agar mereka punya buku catatan khusus. Yg dipake nulis terkait poin2 materi, ide yg sedang terlintas dll.
Yg ini bisa disebut sebagai bank ide. Dari situ saya dulu nulis.
Karena SDH banyak poin2 yg bagus, tinggal dikembangkan jadi tulisan
 Dr kumpulan tulisan, disusun, jadilah buku. Sederhananya gitu.

 Ini insyaAlalh dibahas juga di e-book "jurus jitu nulis buku".
[21/3 22.49]
 ‪+62 855-4052-1325‬: Jika ide pokoknya sudah ada apakah harus menambah bahan bacaan lagi sebagai amunisi agar tulisan nya lebih berisi?
jawab
 Harus. 😊Makin banyak referensi menunjukkan penulis luas wawasannya
Oh ya terkait menjiplak atawa plagiat itu yg kita copas tanpa kita sebut sumbernya.
Kalau ngutip, copas dg menyertakan sumbernya.
Plagiat, satu aja bahaya. Sedangkan ngutip, makin banyak makin kuat argumentasi nya 😊
 Plagiat : ngutip tanpa nyebutin sumber.
Ngutip : plagiat yg menyertakan sumber

 wah ini pemateri Anak KAMMI Banget loh
semoga nular nulis ya buat semuanya
terutama teman-teman KAMMI

[21/3 22.00]
 ‪+62 857-2582-0446‬:

Pustaka Saga 2

Diskusi online

[16/3 20.06]

 Teman2, malam ini kita diskusi  belajar aktivisme 

Bersama mas @⁨Januar48⁩  pukul 19:45 wib ya 😊
 
Assalamu'alaikum teman2 semua
.
 Malam ini kita bakal bahas sedikit soal masa muda Ki Hajar Dewantara ato yg waktu muda dikenal sebagai Soewardi Soerjaningrat
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Soewardi merupakan seseorang yang masih memiliki darah ningrat. Tepatnya, berasal dari keluarga keraton Pakualaman. 
Darah ningrat itu diperoleh oleh Soewardi dari sang ayah yang bernama KPH Soerjaningrat. Sehingga, berdasarkan silsilah keluarganya, Soewardi merupakan cucu dari Sri Paku Alam III. 

Sedangkan, sang ibu bernama Raden Ayu Sandiyah.
Meskipun Soerjaningrat merupakan seorang pangeran, namun sejatinya dia tidak pernah menjadi kepala rumah pangeran. Sebab, saat ayah dari Soerjaningrat yaitu Paku Alam III meninggal pada usia 40 tahun, kesultanan itu tidak jatuh ke tangannya. Melainkan, oleh pemerintah kolonial diserahkan kepada saudara sepupu Paku Alam III, yang belakangan diangkat menjadi Paku Alam IV.
Saat Paku Alam IV turun dari jabatannya, Belanda juga kembali tidak menyerahkan kekuasaan itu kepada Soerjaningrat. Pemerintah kolonial saat itu justru menyerahkannya kepada adik laki-laki Paku Alam III untuk menjadi Paku Alam V.
 
 Dalam buku Raja Mogok R.M. Soerjopranoto: Sebuah Kenangan Oleh Bambang Sukawati, yang ditulis oleh Bambang Sukawati menyebutkan,  alasan fisiklah yang membuat pemerintah kolonial tidak memilih Soerjaningrat sebagai pewaris tahta tersebut. Alasannya, saat itu Soerjoningrat mengalami tuna netra menjelang dewasa.
Hal itu kemudian membuat Soerjaningrat dan keluarganya, dalam hal ini termasuk juga sang anak, Soewardi tidak mendapatkan sejumlah fasilitas.

, hal itu justru membuat Soewardi banyak berinteraksi dengan berbagai kalangan
 Meskipun memiliki darah ningrat, bukan berarti hal itu menjauhkan Soewardi berinteraksi dengan masyarakat umum.Bahkan, Soewardi muda banyak berkecimpung dalam aktivitas politik dan jurnalisme. Di antaranya, dia pernah bergabung dalam surat kabar De Express, Oetoesan Hindia, Midden Java, Kaoem Moeda, Sediotomo, Tjahaja Timoer, serta Poesara. Saat bekerja di berbagai surat kabar tersebut, Suwardi dikenal sebagai seorang penulis yang cukup produktif.
Soewardi memilih dunia jurnalistik, karena dia menganggap pers merupakan sebuah alat perjuangan yang cukup efektif saat itu. Tidak hanya itu, dengan menggeluti dunia jurnalistik, maka dia bisa mencurahkan seluruh keresahan hatinya dalam berbagai karangan.
Hal itu memang terbukti dalam berbagai tulisan-tulisannya. Sebagian besar tulisan Soewardi memang menggambarkan keresahan hatinya akan sebuah bangsa yang merdeka, dan bebas.

Tulisan pertamanya dalam De Express pun tidak jauh-jauh dari wacana kebebasan. Tepatnya, saat itu Soewardi menulis sebuah tulisan dengan judul “Kemerdekaan Indonesia”.
Dalam tulisan itu Soewardi menyatakan, jika setiap pergerakan politik bebas, harus dimulai dengan memutuskan perhubungan-perhubungan kolonial dan harus menuju ke penghidupan rakyat yang bebas. Menurutnya, selama hubungan tersebut masih berlangsung, berarti selama itu pula aka nada ikatan yang memungkinkan terasanya tekanan penghidupan rakyat. 

Sejumlah tulisannya saat itu dikenal pedas melakukan kritikan terhadap berbagai kalangan. Bahkan, pada tanggal 16 Agustus 1917 Soewardi menulis sebuah artikel berjudul 
“Pernyataan Prinsip Seorang Nasionalis Hindia”.1
Artikel itu berisi kritikan tajam terhadap kaum sosialis yang ada di Hindia Belanda. Saat itu, Soewardi merasa para kaum sosialis di bawah pimpinan Sneevliet menghalangi
 perjuangan kaum nasionalis, dimana salah satunya termasuk Soewardi. “Tapi kami orang Hindia merasakan benar, bahwa nasionalisme dalam perjuangan kami ini hanya merupakan senjata, dan bukan tujuan. Pada tahap pertama senjata itu masih kami perlukan, sebab perjuangan yang kami hadapi sekarang ini adalah melawan imperialisme Negeri Belanda. Namun, demokrasi pun terdapat dalam gudang senjata kami; dan senjata ini akan mencegah kami mengambil langkah-langkah keliru dalam kami menempuh jalan yang sulit menuju kemerdekaan itu,”tulis Soewardi dalam artikel tersebut.

Tidak hanya itu, Soewardi juga mengkritik perayaan ulang tahun kemerdekaan Belanda. Kritik itu dilontarkannya dalam sebuah tulisan berjudul "Als Ik een Nederlander" (Jika Aku Seorang Belanda )
 Kritikan itu membuat pemerintah Kolonial Belanda berang
 Soewardi pun diasingkan ke Belanda
Meski demikian, saat di Belanda, Soewardi justru menjalin hubungan dengan sejumlah tokoh pergerakan lainnya seperti Marco Kartodikromo
Saat pulang ke Hindia (Indonesia) ada perubahan sikap Soewardi
seiring pertambahan usianya
tua ato Ki Hajar tampaknya mulai melirik perjuangan yang lebih moderat
pun memberi perhatian pada dunia pendidikan. Karena Soewardi menyadari betul pentingnya sebuah pendidikan bagi bangsa yg ingin merdeka.

[16/3 21.00] Diskusi Pustaka Saga: 

Baik, pertanyaan pertama dari mbak @⁨Aini⁩
Pendidikan penting untuk masyarakat. Semakin tinggi pendidikan maka rasa nasionalisme itu juga semakin tinggi. Namun, mengapa ada sebagian anak muda yang kuliah di luar negeri tapi enggan kembali ke tanah air dengan alasan di tanah air orang yang kuliah di luar negeri tidak diakui dan dipandang sebelah mata? Terimakasih
jawab:
Ada banyak faktor yang menyebabkan sejumlah mahasiswa yg kuliah di luar negeri namun enggan balik ke Indonesia. Satu di antara faktornya tentu saja persoalan jaminan dari pemerintah
Tidak dapat dipungkiri, mereka yang pulang dari luar negeri kadang masih kebingungan bakal melakukan apa dengan ilmu mereka di Indonesia. Sedangkan di luar negeri,  kemampuan mereka begitu dihargai. Sehingga, saat mereka akan pulang, para lulusan luar negeri itu akan berpikir dua kali
 Meskipun, kita sangat yakin nasionalisme mereka tentu masih tinggi.


trimakasih yang telah berkunjung.
baca loh ya.
ampe selesai. semangat generasi muda.
[16/3 21.04]
 ‪+62 812-1692-3251‬: