Uswatun Hasanah Fitria

Rabu, 29 Januari 2020

Diskusi PS 2020



[28/1 20.16] Diskusi Pustaka Saga: Biodata

Dr. Reza Zaki, S.H.,MA (30 Tahun)

Instagram dan Twitter @rezaszaki

Riwayat Pendidikan
S1 Hukum Universitas Gadjah Mada
S2 Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada
S3 Hukum Universitas Padjadjaran

Riwayat Pekerjaan
Dosen Hukum Universitas Bina Nusantara (BINUS)
Dosen Sekolah Tinggi Hukum Militer
Dosen IBLAM Institute
Dosen Tamu di Tunghai University, Taiwan
Komisaris PT. Dunia Hijau Utama
Ahli di Mahkamah Konstitusi RI

Riwayat Penghargaan
Tokoh Muda versi Koran Media Indonesia
Tokoh Filantropi Millenial versi Koran TEMPO
Sosok Majalah Garuda Indonesia

Riwayat Organisasi
Ketua Yayasan Rumah Imperium
Koordinator Forum Putra Daerah Membangun
Direktur Eksekutif Indonesian Society of International Law Lecturers (ISILL)
Ketua Partai Nasdem DPD Kabupaten Sumedang
[28/1 20.17] +62 857-1912-5789: Selamat malam teman-teman Pustaka SAGA semua
[28/1 20.17] +62 857-1912-5789: Saya ingin mengucapkan Dirgahayu Pustaka SAGA yang ke-5 Tahun
[28/1 20.18] +62 857-1912-5789: Sudah banyak penulis di berbagai daerah yang terselamatkan gagasannya oleh Pustaka SAGA untuk dijadikan amplifier dalam menyuarakan pengalaman empirik dan pemikiran orisinil mereka ke khalayak luas🙏
[28/1 20.20] +62 857-1912-5789: Terima kasih untuk moderator yang sudah membuka tadi. Nanti saya berharap bisa di improve dengan diskusi setelah saya nanti bercerita tentang pengalaman saya di jalur akademik dan politik ya teman-teman
[28/1 20.22] +62 857-1912-5789: Saya akan bercerita mengenai pengalaman saya dalam menjalani peran sebagai akademisi sekaligus politisi. Beberapa kelompok masih menganggap akademisi tidak lazim berpolitik. Namun, sudah begitu banyak model di Indonesia ini para politisi seperti Ridwan Kamil, Bima Arya, Anies Baswedan, Djarot Saiful Hidayat, Prof. Nurdin Abdullah dan masih banyak lagi. Akademisi yang selalu dikaitkan dengan stigma orang yang terlalu teoritis ternyata bisa dibantah jika melihat profil tokoh-tokoh diatas yang berhasil membawa kotanya meraih banyak prestasi hingga ke mancanegara. Disitulah mengapa ketika akademisi sudah mengamuk di laboratorium,makai a mencari pelarian untuk melakukan kesolehan sosial yang lebih luas lagi. Terjun ke dunia politik pun bisa banyak ragam.
[28/1 20.23] +62 857-1912-5789: Pasal 42 ayat 1 perubahaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah mengatur pasangan calon didukung melalui partai politik, gabungan partai politik atau jalur perseorangan.
[28/1 20.24] +62 857-1912-5789: Dalam konteks politik lokal kita disediakan 2 opsi tersebut. Namun secara kontekstual, sangat sulit untuk diterapkan terutama apabila dibahas mengenai jalur perseorangan.
[28/1 20.30] +62 857-1912-5789: Lanjut, ketika saya memulai menjadi akademisi di usia 25 tahun hingga diberikan kesempatan meraih gelar Doktor sebelum 30 Tahun. Saya merasakan momen Pemilu 2019 sebagai kejutan karir politik saya. Saya yang waktu itu sempat menjalin komunikasi baik dengan ragam partai politik, lalu di bulan puasa tahun 2018 saya diundang secara khusus ke Bandung oleh Saan Mustopa Ketua Partai Nasdem DPW Jawa Barat. Disitulah terjadi komunikasi untuk bisa nasdem mengerahkan kelompok muda untuk tampil mengelola partai politik terutama di Jawa Barat. Ajakan pertama saya menolak karena saya merasa harus tetap di dunia saya yaitu berkomunitas. Lalu, Saan yang memang dikenal tukang lobi sejak di DPR RI, menyentil saya dengan kisah Kang Emil yang saat itu juga sedang dipersiapkan maju sebagai Cagub Jabar dari Partai Nasdem. Saan menjelaskan, Kang Emil kan juga awalnya berangkat dari komunitas. Lalu dia berhasil di Bandung. Sekarang Warga Jawa Barat membutuhkan lagi pikiran dan tenaganya untuk 27 Kabupaten/Kota. Kang Emil mengakui betapa pentingnya Partai Politik untuk mengakselerasi perubahan. Dia gak mungkin bisa maju dan diusung tanpa Partai Politik karena jalur perseorangan jauh lebih kompleks.
[28/1 20.33] +62 857-1912-5789: Atas dialog itulah kemudian, Bismillah, saya menerima kepercayaan sebagai Ketua Partai Nasdem DPD Kabupaten Sumedang. Saya menjadi Ketua Partai Politik Termuda di Sumedang dan Ketua Partai Nasdem Termuda di Indonesia. Tapi tantangan berat itu dimulai. Dalam kurun waktu yang sangat singkat saya harus menyusun 32 nama pengurus dalam waktu sepekan hingga beberapa kali bongkar pasang. Menyusun 50 Caleg dalam waktu sebulan dan sisanya kami berkubang dalam pertarungan di lapangan. Dan bisa dibayangkan, di waktu yang bersamaan saya memimpin Partai Politik dengan mengayomi 50 Caleg. Sementara, di waktu yang bersamaan diri saya sendiri ikut serta sebagai Caleg DPR RI Dapil Jabar IX. Kompleksitas itu saya jawab dengan kenaikan signifikan suara Partai Nasdem Sumedang dibandingkan 5 tahun yang lalu. Beberapa survei resmi Nasional menempatkan Partai Nasdem Sumedang di posisi pertama dibandingkan Subang dan Majalengka.
[28/1 20.40] +62 857-1912-5789: Selepas dari Pemilu 2019, saya pamit ke New York selama 5 bulan. Di penghujung 2019, saya berkomunikasi dengan Yurgen. Ia menyampaikan niatnya untuk maju di Pilkada Depok 2020. Yurgen saya kenal dekat karena kami sama-sama pernah mendapatkan Beasiswa Rumah Kepemimpinan. Saya di UGM dan Yurgen di UI ketika itu. Ia menuturkan kalau ingin mengajak saya membantunya sebagai Bacalon Wakil Walikota Depok. Namun surprise-nya disini adalah dikarenakan konstelasi politik yang begitu dinamis, hingga Yurgen memutuskan untuk maju dari jalur perseorangan. Inilah pengalaman baru lagi bagi saya dalam menjalani suatu proses politik dengan casing yang berbeda. Namun lagi-lagi durasi juga yang menjadi challenge karena KPUD melalui produk hukum yang ada hanya memberi ruang bagi calon perseorangan di Kota Depok untuk dapat mengumpulkan KTP 85.107 dalam waktu kurang lebih 2,5 bulan. Bisa dibayangkan bagaimana rumitnya jalur perseorang ini. Belum lagi KTP tersebut ditempel di formulir dukungan, kemudian formulir itu diisi dan ditandatangan basah, berikutnya data di input offline ke silon KPUD Kota Depok hingga ujungnya di input secara online. Apabila ada KTP yang digugurkan saat verifikasi, maka calon peserta akan kena penalty 2 kali lipat untuk bisa mengumpulkan KTP valid. Dalam kesempatan dialog di CNN Indonesia, Yurgen dan Faisal Basri memaparkan memang calon perseorangan ini memang niatnya jangan sampai muncul,apalagi menang, karena marwah partai politik bisa terjungkal apabila di banyak daerah dikuasai oleh calon perseorangan.
[28/1 20.43] +62 857-1912-5789: Sampai sejauh ini kami sudah mengumpulkan hingga 35.000 KTP dalam durasi yang begitu singkat. Masih Panjang perjalanan, namun seru untuk dihadapi karena ini miniatur berpolitik yang tidak hanya bisa ditonton tapi dirasakan langsung.
So, saya berencana akan sharing di Youtube tentang pengalaman menjadi kandidat baik dari partai politik maupun independent. Karena ini akan sangat berguna bagi generasi adik-adik saya atau siapapun untuk tahu getirnya berpolitik di kedua jalur itu
[28/1 20.45] +62 857-1912-5789: Demikian teman-teman. Pembuka dari saya. Mgkn ada hal2 yang tdk bisa saya ulas disini terlalu dalam.  Ada jg yg mgkn nanti disinggung di YouTube. Tapi silahkan bisa tanya tentang apa saja. Mohon maaf jika ada kekurangan🙏

Tidak ada komentar: