Uswatun Hasanah Fitria

Rabu, 25 Desember 2019

Naskah #LIFE

Kemunduran ke hari yang sangat istimewa dalam hidup saya. Saya lulus sebagai sarjana pendidikan kimia, ah leganya setelah melewati banyak jenjang di dunia sekolah. Melirik ke belakang tepatnya 10 tahun yang lalu, saya ingat bahwa saya yang berusia 12 tahun, saya pernah gagal atau ditinggalkan oleh teman-teman seangkatan, waktu itu saya benar-benar tidak yakin bahwa saya bisa melanjutkan study lagi, saya waktu itu dihadapi dengan ketidakpastian masa depan. 



Namun di umur 22 tahun ini, saya dengan mata lebar melihat senyum bapa karena perjuangan beliau tidak sia-sia, aku berhasil dan beliau menyaksikannya. Setelah wisuda pada tanggal 7 oktober 2019 kemarin, saya dan bapa bergegas balik kampong. saya sudah sampaikan ke teman-teman beberapa hari sebelumnya bahwa kalau ada agenda setelah wisuda, kemungkinan saya tidak bisa membersamainya karena akan balik bersama bapa ke kampong. Saya gak pamitan ke semua teman-teman kelas, hanya beberapa saja. Saya sangat merindukan mereka, selama 4 tahun Alhamdulillah kami bisa selesai bareng walaupun tersisa dua yang gak bisa bareng karena mereka sengaja cuti sebab anak mereka masih kecil. 

jalan saya merenungkan semua yang telah saya lewati selama berada di kota kecil itu, ah ada kenangan yang indah dan ada juga yang perlu saya lupakan dan memafkan segra hal konyol yang pernah saya lakukan disana. Setelah turun dari bus lansung beli tiket, harga tiket masih sama sejak saya pergi rantau, perjalanan ke Labuan bajo mencapai 8 jam di laut.

Rasanya senang sekali bisa balik dengan kelurga kecil, ada bapa dan adek yang menemani perjalanan kali ini. Bapak sengaja sekali ajak balik bareng padahal saya ragu karena teman-teman satu daerah bakal balik setelah mengambil ijazah tapi bapak mewajibkan saya balik bersama sehingga saya nurut dan ternyata beliau menyampaikan alasannya “dulu pas kamu berangkat kuliah, bapa hantar sampai di tempat kamu ngekos dan sekarang bapak juga menjemput kamu balik” beliau menyampaikan itu dengan raut wajah bahagia. Bapak suka memberi keputusan yang memuat saya takut tapi saya selalu mendapai bahwa keputusan bapa dalam beberapa kali kesempatan selalu membuat saya bahgia. 

Jika mama merupakan sumber kekuatan jiwa dan keyakinan lalu sumber inspirasi dan Do’a maka bapak adalah sumber ketejaman fikiran, kemampuan berfikir dan mengolah kata dalam perdebatan yang ditontonkan kepada saya. Beliau (bapa) sumber kegemiraan memiliki begitu banyak cerita dan kosakata mulai dari pengalaman yang mengesankan, pelajaran hidup, keagamaan hingga tentang sebuah impian. Hidup menjadi lengkap karena ibu sebagai sumber keyakinan dan kematangan jiwa sedangkan bapa sebgai sumber kematangan fikiran. pada dua mereka inilah saya sejak kecil belajar, dan sampai sekarang menjadi diri sendiri dan menjadi bagian orang disekeliling saya nantinya. Saya sangat berterimakasih kepada Allah karena saya beres kuliah bisa disaksikan oleh kedua orang tua. saya benar-benar bersyukur atas kesehatan kedua orang tua saya sebab banyak teman-teman saya yang sudah tidak ada salah satu orang tuanya bahkan ada yang keduanya sudah tidak ada. Kami nyampe Labuan jam 5 sore, dari Labuan bajo ke lembor membutuhkan waktu 2 jam itupun belum nyampe rumah. Sore itu adek saya sangat capek karena membawa barang saya yang cukup banyak tapi tak sedikitpun dirinya mengeluh atau mengaduh  ke mama. Mama menyambut sya dengan tangisan, ah mama akhirnya saya selesai juga, rasa haru itu tak sedikitpun saya terpengaruh, tak ada air mata yang saya jatuhkan.



Beberapa minggu kemudian, saya benar-benar merasa aneh karena hidup tanpa jadwal sedikitpun, saya tetap bangun pagi tapi tak ada yang saya kerjakan berdasarkan target yg saya buat. Saya hanya ngikut kerja-kerja yang kedua orang tua saya lakukan. Suatu pagi tetangga saya menyapa kemudian disela ngobrol yang panjang dia menanyakan “Dimana sekolah yang menjadi target mu untuk mengabdi.?” saya hanya tersenyum dan menyampaikan bahwa lihat saja nanti, karena yang menjadi target kita belum tentu akan menerima kita. Tetanggaku melanjutkan “walaupun gak yakin akan diterima, tetap targetkan saja sekolah-sekolah yang mau dimasukkan lamaran kerja” baik ka timpalku. Setelah ngobrol tadi pagi yang tak sengaja ketemu itu, saya memikirkan banyak hal dimalam harinya, aku mulai ragu untuk melangkah, saya bingung kenapa merasa demikian padahal saya sengaja pulang agar bisa mengabdi di daerah sendiri sekaligus bisa membantu kedua orang tua.
Sementara waktu saya hanya bisa beningkan prasangka ragu dengan hal apapun, saya tetap tekun bekerja karena bulan November nanti, saya akan disibukkan dengan persyaratan CPNS, orang tua sangat semangat mendorong saya agar bisa ikut tes, sayapun penuhi permintaan mereka lalu sadar bahwa dari kampong ke Labuan bajo butuh uang 200.000 dua ratus ribu untuk bolak-balik jik saya tidak tekun kerja maka saya telah sombong. hari H keberangkatan ngurus cpns, saya benar-benar renung dan membenahi tujuan semoga saya brhasil.

Tidak ada komentar: