Kemunduran
ke hari yang sangat istimewa dalam hidup saya. Saya lulus sebagai sarjana
pendidikan kimia, ah leganya setelah melewati banyak jenjang di dunia sekolah.
Melirik ke belakang tepatnya 10 tahun yang lalu, saya ingat bahwa saya yang
berusia 12 tahun, saya pernah gagal atau ditinggalkan oleh teman-teman
seangkatan, waktu itu saya benar-benar tidak yakin bahwa saya bisa melanjutkan
study lagi, saya waktu itu dihadapi dengan ketidakpastian masa depan.
Namun di
umur 22 tahun ini, saya dengan mata lebar melihat senyum bapa karena perjuangan
beliau tidak sia-sia, aku berhasil dan beliau menyaksikannya. Setelah wisuda
pada tanggal 7 oktober 2019 kemarin, saya dan bapa bergegas balik kampong. saya
sudah sampaikan ke teman-teman beberapa hari sebelumnya bahwa kalau ada agenda
setelah wisuda, kemungkinan saya tidak bisa membersamainya karena akan balik
bersama bapa ke kampong. Saya gak pamitan ke semua teman-teman kelas, hanya
beberapa saja. Saya sangat merindukan mereka, selama 4 tahun Alhamdulillah kami
bisa selesai bareng walaupun tersisa dua yang gak bisa bareng karena mereka
sengaja cuti sebab anak mereka masih kecil.
jalan saya merenungkan
semua yang telah saya lewati selama berada di kota kecil itu, ah ada kenangan
yang indah dan ada juga yang perlu saya lupakan dan memafkan segra hal konyol
yang pernah saya lakukan disana. Setelah turun dari bus lansung beli tiket, harga
tiket masih sama sejak saya pergi rantau, perjalanan ke Labuan bajo mencapai 8
jam di laut.
Rasanya
senang sekali bisa balik dengan kelurga kecil, ada bapa dan adek yang menemani
perjalanan kali ini. Bapak sengaja sekali ajak balik bareng padahal saya ragu
karena teman-teman satu daerah bakal balik setelah mengambil ijazah tapi bapak
mewajibkan saya balik bersama sehingga saya nurut dan ternyata beliau
menyampaikan alasannya “dulu pas kamu berangkat kuliah, bapa hantar sampai di
tempat kamu ngekos dan sekarang bapak juga menjemput kamu balik” beliau
menyampaikan itu dengan raut wajah bahagia. Bapak suka memberi keputusan yang
memuat saya takut tapi saya selalu mendapai bahwa keputusan bapa dalam beberapa
kali kesempatan selalu membuat saya bahgia.
Jika
mama merupakan sumber kekuatan jiwa dan keyakinan lalu sumber inspirasi dan
Do’a maka bapak adalah sumber ketejaman fikiran, kemampuan berfikir dan
mengolah kata dalam perdebatan yang ditontonkan kepada saya. Beliau (bapa)
sumber kegemiraan memiliki begitu banyak cerita dan kosakata mulai dari
pengalaman yang mengesankan, pelajaran hidup, keagamaan hingga tentang sebuah
impian. Hidup menjadi lengkap karena ibu sebagai sumber keyakinan dan
kematangan jiwa sedangkan bapa sebgai sumber kematangan fikiran. pada dua
mereka inilah saya sejak kecil belajar, dan sampai sekarang menjadi diri
sendiri dan menjadi bagian orang disekeliling saya nantinya. Saya sangat
berterimakasih kepada Allah karena saya beres kuliah bisa disaksikan oleh kedua
orang tua. saya benar-benar bersyukur atas kesehatan kedua orang tua saya sebab
banyak teman-teman saya yang sudah tidak ada salah satu orang tuanya bahkan ada
yang keduanya sudah tidak ada. Kami nyampe Labuan jam 5 sore, dari Labuan bajo
ke lembor membutuhkan waktu 2 jam itupun belum nyampe rumah. Sore itu adek saya
sangat capek karena membawa barang saya yang cukup banyak tapi tak sedikitpun
dirinya mengeluh atau mengaduh ke mama.
Mama menyambut sya dengan tangisan, ah mama akhirnya saya selesai juga, rasa
haru itu tak sedikitpun saya terpengaruh, tak ada air mata yang saya jatuhkan.
Beberapa
minggu kemudian, saya benar-benar merasa aneh karena hidup tanpa jadwal
sedikitpun, saya tetap bangun pagi tapi tak ada yang saya kerjakan berdasarkan
target yg saya buat. Saya hanya ngikut kerja-kerja yang kedua orang tua saya
lakukan. Suatu pagi tetangga saya menyapa kemudian disela ngobrol yang panjang
dia menanyakan “Dimana sekolah yang menjadi target mu untuk mengabdi.?” saya
hanya tersenyum dan menyampaikan bahwa lihat saja nanti, karena yang menjadi
target kita belum tentu akan menerima kita. Tetanggaku melanjutkan “walaupun
gak yakin akan diterima, tetap targetkan saja sekolah-sekolah yang mau dimasukkan
lamaran kerja” baik ka timpalku. Setelah ngobrol tadi pagi yang tak sengaja
ketemu itu, saya memikirkan banyak hal dimalam harinya, aku mulai ragu untuk
melangkah, saya bingung kenapa merasa demikian padahal saya sengaja pulang agar
bisa mengabdi di daerah sendiri sekaligus bisa membantu kedua orang tua.
Sementara
waktu saya hanya bisa beningkan prasangka ragu dengan hal apapun, saya tetap
tekun bekerja karena bulan November nanti, saya akan disibukkan dengan
persyaratan CPNS, orang tua sangat semangat mendorong saya agar bisa ikut tes,
sayapun penuhi permintaan mereka lalu sadar bahwa dari kampong ke Labuan bajo
butuh uang 200.000 dua ratus ribu untuk bolak-balik jik saya tidak tekun kerja
maka saya telah sombong. hari H keberangkatan ngurus cpns, saya benar-benar
renung dan membenahi tujuan semoga saya brhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar