Uswatun Hasanah Fitria

Minggu, 08 Desember 2019

Grup Artikel Inspiratif

Konten pertama

[5/12 18.16]
 *THE POWER OF KOMUNIKASI*

Thailand adalah negara yang masih menganut sistem kerajaan hingga hari ini. Namun tentu saja sistem yang diadaptasi sekarang lebih modern, di mana raja tetap menjadi simbol negara namun untuk urusan pemerintahan dipegang oleh perdana menteri.

Dahulu kala, pada jaman Thailand masih sebagai kerajaan yang absolut, sekitar tahun 1880, tersebutlah sebuah kisah yang sangat fenomenal. Yaitu tentang seorang ratu Thailand bernama Ratu Sunandha Kumariratana yang hendak menyeberangi sungai besar dan deras di kerajaan tersebut.

Sang ratu menggunakan kapal khusus yang bergerak dengan cara ditarik oleh sebuah kapal besar yang berisi para pengawal kerajaan. Saat itu arus sungai benar-benar tak terkendali, menyebabkan kapal sang ratu terbalik dan ia terombang-ambing di sungai.



Anehnya, para pengawal di kapal besar yang menyaksikan kejadian tersebut tak ada satupun yang tergerak menolong. Sampai akhirnya sang ratu tenggelam di depan mata mereka. Mengapa demikian?

Karena saat itu ada peraturan kerajaan yang menyebutkan bahwa rakyat biasa tidak boleh menyentuh para raja dan ratu. Pelanggaran terhadap hal ini, bisa berakibat hukuman mati.

Atas tragedi tersebut Raja Chulalongkorn yang berkuasa saat itu menjatuhkan hukuman penjara kepada seluruh pengawal yang ikut serta dalam kapal besar. Tragis.

Benang merah dari peristiwa ini adalah tidak adanya komunikasi antara pihak kerajaan dengan rakyatnya. Mungkin maksud sang raja apabila dalam keadaan darurat, boleh saja rakyat menyentuh raja atau ratu mereka demi menyelamatkan nyawanya. Namun apa yang dipahami rakyat adalah peraturan itu harus ditaati dalam keadaan apapun. Inilah akibat tidak adanya komunikasi. Fatal.

Dalam lingkup yang lebih kecil seperti keluarga, komunikasi itu teramat penting. Apalagi antara suami dengan istrinya. Begitu pentingnya, hingga Allah berpesan pada Surat At-Thalaq ayat 6, yang merupakan ayat yang cukup panjang lebar menjelaskan hak dan kewajiban suami dan istri,

وَأْتَمِرُواْ بَيْنَكُمْ بِمَعْرُوفٍ

“Musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan cara yang baik."

Ternyata komunikasi itu perlu. Jangan sampai seorang istri bersikeras bahwa suaminya itu seharusnya tahu apa yang ia ingin sampaikan tanpa perlu diberitahu sebelumnya. Bagaimana bisa? Apakah ia menikah dengan seorang superhero yang bisa membaca pikiran?

Jangan sampai pula seorang suami diam saja ketika ada sesuatu yang ingin ia utarakan, karena ia mengira suatu hari nanti istrinya akan paham dengan sendirinya meski tidak diberitahu lagi. Bagaimana bisa? Lalu buat apa Allah turunkan ayat tersebut, kalau segala sesuatu sudah clear tanpa perlu komunikasi?

Apalagi setelah kita mengetahui bahwa komunikasi adalah perintah Allah yang diabadikan dalam kitab yang suci, itu berarti setiap hal kecil maupun besar yang kita komunikasikan kepada pasangan, dapat kita niatkan untuk mengamalkan perintah Al-Quran.

Maka selain komunikasi itu dapat menuntaskan masalah agar tidak berakhir tragis dan fatal, ternyata komunikasi juga menambah pahala yang besar bagi mereka yang membiasakannya.

Konten ke-2
[18/11 12.31]
💢💢💢💢Kata Siapa?💢💢💢

Ketika si anak mulai merengek, yang biasa kita lakukan adalah ''Jangan nangis, kata bu guru, kalo suka nangis tandanya anak cengeng''

Ketika si anak mulai merajuk, yang biasa kita lakukan adalah ''Jangan manja ah, jelek ngambek begitu, kata nenek anak manja itu gak bakal ada teman''

Dan masih banyak lagi contoh-contoh ''kata mama'' ''kata ayah'' ''kata bu guru''

Bayangkan, ketika mereka tidak lagi ada dalam pengawasan kita, tidak dalam pengawasan ibu gurunya, maka apa yang akan terjadi?

Anak-anak akn kehilangan rasa takut, kehilangan figur yang dihormati. Kenapa tidak kita bilang, ''Kata Rasullullah ...'' atau mencontohkan hal lain yang melibatkan Allah ''Allah bilang, anak yang suka membantah orang tua itu, kurang baik. Nanti Allah marah''

Maka, anak-anak akan dengan sendirinya paham dan mengerti bahwa walaupun tidak ada ayah, ibu, guru, yang mengawasi tapi Allah melihat, Rasul melihat, dan dia tetap punya ''rem'' juga pegangan untuk dirinya kelak ketika mereka sudah tidak lagi dekat dengan lingkungan keluarganya

Sederhana sebenarnya, ilmu seperti ini terlihat sepele, tidak rumit, tapi ketika ditelusuri lagi, ternyata apa yang kita tanamkan sejak kecil akan tetapi hal kecil tersebut akan membawa dampak luar biasa untuk hidupnya

Buku Golden Parenting, merupakan buku yang membahas hal-hal sederhana seperti di atas, namun tetap dibalut dengan banyak sekali ilmu yang keren

Dan buku ini bisa jadi pegangan buat kita orang tua, dalam menyikapi polah asuh dan perkembangan anak

Jangan biarkan anak salah asuh karena kita kurang ilmu loh

Konten ke-3 🤗🤗🤗
MENJADIORANG TUA YANG POSITIF

[20/11 21.45]

Siapa yang tak kenal imam besar Masjidil Haram Syekh Abdurrahman as-Sudais ? suaranya yang khas dan merdu saat membacakan ayat-ayat Alquran sering diperdengarkan di Indonesia.

Posisi menjadi imam masjid  di tempat seluruh umat Islam berkiblat dengan Ka'bah di dalamnya adalah sebuah kemuliaan besar.

Tapi, siapa sangka, di balik kedudukan ulama yang telah hafal Alquran pada usia 12 tahun ini ada doa ibunya  yang cukup unik.

Sudais kecil dikenal sebagai sosok yang sangat nakal. Karena ulah dan perangainya, ia sering membuat geram ibunya. Tapi, sang ibu tak pernah melontarkan kata-kata buruk. Bahkan, saat memarahi Sudais akibat  kenakalannya, ibunya justru melantunkan doa.

Suatu ketika, Sudais sedang bermain pasir di depan rumah. Saat itu, ayah dan ibunya sedang kedatangan tamu penting. Ibunya menyiapkan hidangan kambing untuk disantap sang tamu. Saat masakan telah siap dan dihidangkan, Sudais kecil berulah.

Ia dengan polos, menaburi sajian kambing dari ibunya dengan pasir. Sontak, kejadian ini membuat ibunya marah. Tapi, sungguh, hanya kata-kata kebaikan yang meluncur dari  lisannya. *"Pergilah, semoga Allah menjadikanmu imam Masjidil Haram,"* kata ibunya.

Dan, benarlah doa orang tua itu mustajab. Sudais yang dikenal nakal masa kecilnya kini menjadi imam besar Masjidil Haram. Suaranya didengar bukan hanya di Makkah, melainkan di seluruh dunia.

Tak terlintas dalam hati sang ibu, bagaimana mungkin anak yang nakal dan malas belajar bisa menjadi seorang imam Masjidil Haram ? Namun, perkataan seorang Muslim adalah doa. Apalagi, doa orang tua untuk  anaknya.

Rasulullah SAW bersabda, *"Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi (kemakbulannya), yaitu :*
1. doa orang tua
2. doa orang yang bepergian (safar)
3. dan doa orang yang dizalimi."
(HR Abu Daud).

Sangat disayangkan, hari ini justru kata-kata laknat, umpatan, dan makian kerap keluar dari mulut orang tua kepada  anaknya sendiri.

Seharusnya, perilaku ibunda Syekh Abdurrahman as-Sudais menjadi pelajaran betapa doa orang tua adalah sesuatu yang mustajab.

Sehingga, amanah Allah yang dititipkan berupa anak seharusnya diperlakukan dengan baik, bukan justru dengan umpatan kala seorang anak melakukan kesalahan.

Mumpung masih ada kesempatan, Yuk kita belajar menjadi orang tua yang baik, orang tua yang selalu berpikir & berkata positif kepada anak apapun kesalahan yang anak lakukan.

Salah satu cara belajar menjadi orang tua yang baik bisa dengan cara membaca buku *GOLDEN PARENTING*,



[26/11 16.37]
 💢💢💢*SETIAP ANGGOTA TUBUH MEMILIKI FUNGSINYA*💢💢

Anak gajah mungkin salah satu hewan yang menunjukkan perilaku unik dibandingkan dengan binatang lainnya. Coba bayangkan, sampai berumur sembilan bulan, anak gajah tidak tahu apa fungsi belalainya.

Jadi selama itu pula mereka akan menenggelamkan mulutnya ke dalam sungai jika hendak minum, karena tidak tahu bahwa belalainya dapat dengan mudah berfungsi sebagai sedotan.

Begitu pula ketika menyantap dedaunan, maka mulutnya akan mendekati pepohonan. Padahal mereka bisa mengambil daun-daun tersebut dari jauh dengan belalainya, dan nanti belalai itu pula yang akan mengantarkan makanan tersebut ke dalam mulut.

Mendekati usia sembilan bulan, barulah instingnya bertanya-tanya, apakah belalainya bisa menyedot air? Bagaimana caranya? Adakah fungsi lain dari belalainya? Dan sebagainya. Mereka mulai bermain-main dengan belalainya sendiri, melakukan aneka pekerjaan yang selama ini belum pernah ia ketahui bisa dilakukan.

Begitulah perilaku unik dari seekor anak gajah. Terlahir dengan belalai, tapi belum tahu fungsinya untuk apa. Untung saja tidak terjadi pada manusia. Kalaupun ada, mungkin terjadi pada sebagian fungsinya saja.

Misalnya, ada di antara manusia yang terlahir dengan kedua mata. Namun ia mengira bahwa mata hanya untuk melihat saja. Ia belum tahu bahwa kedua mata ini juga berfungsi untuk menangis di pertengahan malam atas dosa-dosa yang diperbuat kepada Allah.

لا يلج النار رجل بكى من خشية الله حتى يعود اللبن في الضرع

“Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu bisa masuk kembali ke tempat diperahnya.”

(Hadist Riwayat At-Tirmidzi)

Begitu pula sebagian manusia terlahir dengan kedua telinga, namun dianggapnya telinga itu hanya untuk mendengar saja. Ia tidak tahu bahwa telinga juga berfungsi untuk berjaga-jaga apabila suara azan tetiba berseru, maka ia bisa bergegas menuju masjid.

كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ – يَعْنِى فى خِدْمَةَ أَهْلِهِ – فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاةُ خَرَجَ إِلَيها

“Rasulullah biasa membantu pekerjaan keluarganya, ketika ada panggilan shalat beliau bergegas pergi menunaikannya.”

(Hadist Riwayat Bukhari)

Tak sedikit pula manusia yang terlahir dengan lisan yang sempurna sehingga ia bisa berkomunikasi dengan orang lain, namun menurutnya lisan hanya untuk berbicara saja. Ia tidak tahu bahwa lisan juga berfungsi untuk berzikir mengingat Allah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya."

(Surat Al-Ahzab: 41)

Rupanya kita masih seperti anak gajah saja, terlahir dengan beragam anggota tubuh yang dapat bekerja dengan baik, namun amat disayangkan belum kita manfaatkan sesuai fungsinya.

Salam Hijrah.
_______________

[28/11 08.21]

💢💢💢*SEKALI LAGI TENTANG HATI*

_(Baca Sampai Habis, anda akan menemukan sesuatu dalam tulisan ini)_

Ibadah jasad dan ibadah hati, keduanya adalah penting dan berpahala besar di sisi Allah. Tapi jika benar-benar ingin dibandingkan juga, manakah yang lebih istimewa?

Sebelum dijawab, kita alihkan dulu perhatian pada sebuah kisah ketika Rasulullah mengabarkan tentang seorang lelaki yang merupakan calon penghuni surga.

Terdorong rasa ingin tahu yang menggebu, apakah gerangan yang dilakukan si lelaki hingga ia memperoleh kemuliaan seperti itu, seorang Sahabat Abdullah bin Amr bin Ash meminta ijin agar ia dibolehkan menginap di rumahnya.

Lalu apa hasilnya? Ternyata selama tiga hari Sahabat Abdullah bin Amr tak melihat amal yang istimewa dikerjakan oleh si lelaki. Shalatnya biasa saja, qiyamul lail pula biasa, juga tilawah Al-Quran tetap biasa seperti yang dikerjakan orang lain pada umumnya.

Bertanyalah beliau amal apakah sebenarnya yang ia kerjakan. Maka sang lelaki menjawab bahwa setiap malam menjelang tidur, hatinya selalu memaafkan setiap orang yang bersalah padanya dan ia membersihkan hati dari segala rasa iri kepada setiap muslim.

Kisah yang diceritakan Al-Imam Ibnu Mubarok dalam kitab Zuhud di atas menunjukkan bahwa ternyata amalan yang dibiasakan oleh lelaki tersebut adalah ibadah hati. Padahal para sahabat mengira bahwa amalan beliau merupakan ibadah jasad.

Maka terjawablah pertanyaan di atas, bahwa ibadah hati yang lebih istimewa. Meski sekali lagi, kedua-duanya tetap sama-sama penting.

Justru yang harus kita perhatikan berapa banyak ibadah jasad yang kita lakukan, namun tidak sekaligus menyertakan ibadah hati. Sehingga ibadah tersebut terasa hampa, sebatas rutinitas belaka.

Saat anggota tubuh dibasuh dengan air wudhu, ini adalah ibadah jasad. Pernahkah kita juga sekaligus memohon dalam hati agar anggota-anggota tubuh tersebut diselamatkan dari panasnya api neraka?

Ketika lisan ini membaca ayat-ayat Al-Quran dengan memperhatikan makhroj setiap hurufnya, ini juga ibadah jasad. Maka sudahkah kita juga sekaligus menghadirkan hati seolah-olah ayat itu ditujukan untuk kita?

Pada waktu kaki melangkah untuk mencari rezeki yang halal, inipun termasuk ibadah jasad. Apakah kita juga sekaligus meyakini dalam hati bahwa rezeki yang kita usahakan tersebut telah berada dalam jaminan Allah? Sehingga tenanglah diri ini dalam berikhtiar.

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

"Dan berapa banyak makhluk bergerak yang tidak mampu membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan juga kepadamu. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

(Surat Al-Ankabut: 60)

Demikianlah, rupanya banyak sekali ibadah-ibadah jasad yang bisa kita rangkai dengan ibadah hati. Sehingga dalam sekali dayung, dua pahala terlampaui.

Salam Hijrah.
________________
._
[29/11 08.28]

💢💢*KETIKA HATI TELAH LULUH*💢💢

_(temuilah hikmah de penghujung dari bacaan ini)_

Suwaid bin Shomit adalah lelaki yang nyaris sempurna. Perawakannya kekar dan atletis, keturunannya terhormat, dan akalnya cerdas. Hanya satu saja kekurangannya, ia belum mau menerima Islam.

Padahal dengan kecerdasannya menghafal kitab-kitab yang turun sebelum Rasulullah, seharusnya ia sudah mengenal apa itu Islam dan siapa Nabi terakhir yang membawa risalah ini. Entah mengapa ia masih menuruti nafsunya untuk menolak menjadi seorang muslim.

Suatu hari saat ia sedang duduk-duduk, Rasulullah menghampiri dan kembali mengajaknya bersyahadat. Namun Suwaid berkilah, "Aku juga memiliki hafalan seperti yang engkau miliki!"

"Memangnya apa yang engkau hafal?"
"Hikmah-hikmah Lukman!"
"Coba bacakan padaku,"

Maka Suwaid menyampaikan kisah-kisah Lukman dengan lancar, karena ia memang cerdas. Setelah lelaki itu selesai menyampaikan, kini giliran Rasulullah membacakan beberapa ayat dari Al-Quran.

Untuk pertama kalinya Suwaid mendengar rangkaian kalimat yang begitu menakjubkan. Kaidah-kaidah sastra tingkat tinggi yang tiada tara. Kecerdasannya seolah terpuaskan dengan apa yang baru saja ia dengar itu.

إن هذا القول حسن !

"Ayat-ayat ini memang benar-benar penuh pesona!" Suwaid berdegup kencang, tak bisa menyembunyikan lagi perasaannya bahwa ayat tersebut pastilah datang dari Tuhan Yang Maha Pencipta. Maka saat itu juga ia menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah. Lelaki cerdas dan rupawan tersebut telah menemukan titik balik kehidupannya.

Kisah yang mirip terjadi pula pada Tufail bin Amr, seorang kepala kabilah Daus yang pintar dan dermawan. Selama ini Tufail termakan bujuk rayu orang-orang musyrik, bahwa Rasulullah adalah seorang penyihir saja.

Hingga suatu hari ia melihat Rasulullah sedang berdiri dalam shalatnya. Ia lantas penasaran lalu mendekati Rasul, sampai perlahan-lahan terdengar ayat Al-Quran yang sedang dibaca Rasulullah dalam shalatnya. Lelaki itu tertegun karena baru pertama kali didengarnya kalimat seindah itu.

Seusai shalat, Rasulullah kembali membacakan surat Al-Ikhlas dan Al-Falaq khusus untuknya. Tak terbendung lagi rasa takjub Tufail bin Amr, hari itu ia bersyahadat di hadapan Rasulullah. Satu orang lagi telah mendapatkan titik balik hidupnya.

Duhai, alangkah cemburunya kita jika membaca kisah-kisah haru di atas. Bagaimana orang-orang yang berani membuat keputusan untuk menyerahkan diri kepada Allah. Semua ini tentang keberanian. Untuk memilih jalan yang diridhai Allah. Dan keberanian meninggalkan apa yang selama ini merugikan diri kita.

Siapakah di antara kita yang berani mengambil keputusan tersebut? Bahwa kita sudah lelah dengan hidup yang tanpa makna seperti ini, dan benar-benar ingin memutuskan sebuah titik balik, untuk kita bisa memperbaiki diri hari demi hari.

Mulailah dari Al-Quran. Lihat kembali kisah di atas, bukankah kedua Sahabat Nabi yang mulia tersebut mendapati keberaniannya setelah mendengar Al-Quran? Belum lagi kisah masuk Islamnya Sahabat Umar bin Khattab, juga Sahabat Jubair bin Mut'im, kurang apa lagi bukti bahwa Al-Quran mampu mengubah hidup kita.

Selanjutnya, iringi perbaikan diri ini dengan berkumpul pada teman-teman yang baik, ikuti hanya media sosial yang membantu kita semakin dekat dengan Allah, serta bacalah buku-buku yang selalu mengingatkan jiwa. Semoga kita semua juga semakin dekat dengan titik balik yang kita rindukan tersebut. Amiin.

Salam Hijrah.
________________

[30/11 05.55]
💢💢
*EVERY MAN IS RESPONSIBLE FOR HIS FACE*💢💢

_(Jangan lupa ! Tersenyum itu sehat dan memberi energi positif pada yang melihatnya)_

Seorang presiden Amerika sedang berdiskusi dengan penasihatnya tentang orang-orang yang akan masuk dalam jajaran kabinet. Si penasihat kemudian mengusulkan satu nama lelaki, namun sang presiden dengan cepat menolak usulan tersebut.

Alasannya hanya karena ia tidak suka dengan wajah si lelaki. Si penasihat terheran-heran dengan alasan tersebut, "Tuan, lelaki itu tidak bertanggungjawab dengan wajahnya!"

"Every man over forty is responsible for his face!"

(Setiap orang yang berusia di atas 40 tahun bertanggunjawab atas wajahnya!) Demikianlah jawaban dari sang presiden Amerika ke-16 yang tidak lain adalah Abraham Lincoln.

Sejatinya yang dimaksud Lincoln bukanlah bentuk hidung yang mancung atau tidak, mata yang bulat atau tidak, melainkan ekspresi yang melekat pada wajahnya. Karena sesungguhnya ekspresi yang diperlihatkan oleh wajah seseorang, cenderung menunjukkan kepribadiannya.

Orang yang gemar melempar senyum kepada siapa saja yang ia temui, cepat atau lambat akan terbentuk ekspresi ramah yang menyenangkan untuk dipandang. Sebaliknya mereka yang selalu merasa lebih pintar dari orang lain, terkadang wajahnya mengandung ekspresi seperti merendahkan siapa saja yang ada di hadapannya.

Ekspresi tidak bisa berbohong, dan tidak pula bisa dibuat-buat. Ia terbentuk dengan sendirinya pada wajah kita. Maka senantiasalah bersikap santun kepada semua orang. Apalagi kaum muslimin yang gemar menjaga wudhu, selain ekspresi yang teduh, dari wajahnya terpancar akhlak yang terpuji.

Al-Imam Al-Mawardi dalam kitabnya Adabud Dunia wad Diin menukil perkataan ulama saleh,

لاَ تَسْأَلْ الْمَرْءَ عَنْ خَلاَئِقِهِ  فِي وَجْهِهِ شَاهِدٌ مِنْ الْخَبَرِ

"Engkau tak perlu bertanya tentang akhlak seseorang, cukup pandang saja wajahnya sudah menjadi petunjuk tentang bagaimana akhlaknya."

Benarlah kiranya bahwa kita memang bertanggungjawab atas wajah ini. Artinya, kita bertanggung jawab atas akhlak yang luhur dan adab yang mulia.

Mulailah hari ini juga, berlatihlah sejak sekarang, untuk selalu tersenyum dan menghargai orang lain. Untuk selalu menyapa dan memperhatikan siapapun yang ada di hadapan kita.

Salam Hijrah.
____________
*_Untuk berlangganan artikel inspiratif setiap harinya silahkan gabung di grupnya._*

[3/12 12.14]
💢💢*BAKTI KEPADA AYAH DAN IBU*💢💢

Bahwa ibadah itu ada dua bagian, sepertinya kita semua sudah tahu. Pertama, ibadah jasad. Untuk mengamalkannya perlu perbuatan yang nyata, kelihatan, melibatkan gerak anggota tubuh kita. Semisal shalat, sedekah, haji, dan lain-lain.

Kedua, ibadah hati. Seperti ikhlas, berbaik sangka, ridha, memaafkan, dan lain-lain. Semuanya tidak kelihatan, karena berada di ranah hati. Jangan lupa ibadah hati ini sama-sama diganjar pahala oleh Allah bagi kita yang melakukannya, sama seperti ibadah jasad.

Sampai di sini jelas bukan perbedaan antara ibadah jasad dengan ibadah hati?

Baik, kalau begitu kita lanjutkan kepada pertanyaan berikut ini; Apakah berbakti kepada orang tua itu termasuk dari ibadah jasad atau ibadah hati? Nah, ini harus pelan-pelan membahasnya.

Merujuk kepada Surat Al-Isra ayat 23, ternyata Al-Quran memberi contoh bahwa bakti kepada orang tua termasuk ibadah jasad. Dalam ayat itu, kita dilarang berkata "ah" dan dilarang pula menjawab dengan nada tinggi, sebaliknya diperintahkan untuk mengucapkan perkataan mulia kepada orang tua.

Lanjut berikutnya ke ayat 24, yaitu perintah untuk mendoakan kedua orang tua kita. Ini juga masih berbicara tentang ibadah lisan, yang sudah tentu masuk kategori ibadah jasad.

Jadi berbakti kepada orang tua memang perlu perbuatan yang nyata, kelihatan, melibatkan gerak anggota tubuh kita. Misalnya bersegera bila diperintah sesuatu, atau memberi kebahagiaan dengan pemberian yang mereka senangi.

Tetapi begitu kita lanjutkan ayatnya yaitu Al-Isra ayat ke-25, rupanya di sini Allah berbicara tentang hati.

رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ

"Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu."

Ulama menerangkan, ayat ini hendak memberi pelajaran pada kita bahwa berbakti kepada orang tua juga melibatkan ibadah hati, tidak semata-mata hanya ibadah jasad.

Di sinilah kuncinya. Bahwa belum sempurna bakti kita kepada orang tua, jika baru sebatas mematuhi perintahnya saja. Karena pada tahap yang lebih halus, ternyata ada bakti dalam ranah hati.

Berapa banyak di antara kita yang kelihatannya taat jika orang tuanya berkata ini dan itu. Atau senantiasa patuh dan berkata santun pada ayah dan ibunya.

Ternyata di dalam hatinya dia menyimpan prasangka kurang baik kepada orang tuanya. Atau mungkin menilai rendah cara pandang orang tua yang keras kepala dan kolot.

Bisa jadi pula dalam bentuk mencintai mereka berdua tak sepenuh hati, hingga jika dibandingkan rasa cinta kepada barang berharga yang ia miliki, rasa-rasanya cinta pada orang tua masih lebih rendah.

Masih banyak lagi aneka contoh yang menunjukkan betapa seorang anak ternyata hatinya belum berbakti kepada orang tua. Ingat, hatinya. Bukan jasadnya.

Jangan-jangan ini sebabnya mengapa hidup kita belum berkah, rezeki belum pula berlimpah. Adakah yang menyandera doa kita selama ini sehingga tak kunjung dikabulkan? Padahal kita merasa tak ada masalah dalam bakti kepada orang tua.

Jawabannya, mungkin bakti kita baru sebatas jasad. Coba muhasabah diri, tidak tertutup kemungkinan kita belum bakti menggunakan hati.

Salam Hijrah.
________________



[4/12 14.43]
 *PATAH HATI*

Patah hati adalah suatu metafora umum yang digunakan untuk menjelaskan sakit emosional atau penderitaan mendalam yang dirasakan seseorang setelah kehilangan orang yang dicintai, melalui kematian, perceraian, putus hubungan, terpisah secara fisik atau penolakan cinta.

Patah hati biasanya dikaitkan dengan kehilangan seorang anggota keluarga atau pasangan hidup, meski kehilangan orang tua, anak, hewan peliharaan, orang yang dicintai atau teman dekat bisa "mematahkan hati seseorang", dan sering dialami ketika sedih dan merasa kehilangan.

Frasa ini mengarah pada sakit fisik yang dirasakan seseorang di dada sebagai dampak kehilangan tersebut, tetapi ada pula perpanjangannya yang meliputi trauma emosional ketika perasaan tersebut tidak dialami sebagai wujud sakit somatik.

Meskipun "patah hati" biasanya tidak memberi kerusakan fisik apapun pada jantung, ada sebuah kondisi bernama "sindrom patah hati" atau kardiomiopati Takotsubo, yaitu ketika sebuah insiden traumatik mendorong otak untuk menyalurkan zat-zat kimia ke jaringan jantung yang melemah.

Penjelasan panjang lebar tentang patah hati dari Wikipedia diatas secara tidak langsung menyampaikan bahwa patah hati adalah normal.

Namun tatkala patah hati membuat kita menjadi gagal move on selama bertahun-tahun, terpuruk sedih, bahkan sakit-sakitan. Maka tentu ada yang salah dengan diri kita.

 Sebagai seorang muslim dan muslimah yang memiliki iman, kita tentu mengetahui bahwa cinta yang haqiqi hanyalah untuk Allah SWT dan Rasul-Nya. Tidak seharunya kita mencintai apa-apa yang di dunia ini secara berlebihan. Apalagi sampai menggangtungkan harapan pada manusia. Wah, salah besar! Sebab kita tahu bahwa segala hal di dunia ini bersifat fana, tidak bisa kita miliki dan pasti akan musnah.

Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman: “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S. Al-Insyirah: 8)

Allah SWT telah memperingatkan kita bahwa hendaknya manusia hanya berserah diri kepada-Nya semata, Rabb Semesta Alam yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

 Berharap kepada manusia belum tentu dibalas dengan kebaikan. Adakalanya kita akan dikecewakan. Sebab mereka pun juga memiliki sifat egois sebagaimana kita.

Jadi ingat perkataan Aa Gym. "Jangan bersandar kepada yang fana. Karena yang fana akan tiada. Bersandar hanya kepada yang kekal abadi".

PR besar banget menjalankan apa yang disampaikan AA Gym. Tapi bukan berati tidak mungkin dilakukan. Kita harus berusaha melakukannya. Karena, ujungnya kita berharap ridho dan cinta-NYA hadir untuk kita.

“Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.” (Imam Syafi’i)
_______________

[7/12 19.21] Kontak Give Buku: *SEMAKIN MEMBACA AKAN BERTAMBAH PANDAI DAN SEMAKIN PANDAI AKAN BERTAMBAH MEMBACA*

Ketika pertama kali Nabi Musa berjumpa dengan Nabi Khidir, tak dapat terbendung lagi semangatnya untuk menggali ilmu-ilmu baru dari hamba yang saleh tersebut. Al-Quran menuliskan perkataan Nabi Musa ini dalam Surat Al-Kahfi ayat 66,

قَالَ لَهُ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰ أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

Musa berkata, "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"

Ulama ahli tafsir ketika menerangkan ayat ini menyebut bahwa di zaman itu Nabi Musa adalah orang yang memiliki pengetahuan paling luas di antara seluruh manusia. Seandainya ada orang yang tak perlu lagi belajar, maka pastilah Nabi Musa orangnya.

Namun bagaimana faktanya? Beliau tetap haus akan ilmu. Beliau tetap tidak pernah merasa cukup dengan ilmu. Inilah dia karakter orang alim yang sesungguhnya, semakin pandai justru merasa semakin banyak ketidaktahuannya. Belajar adalah petualangan yang terus-menerus ada kelanjutannya!

Learning is a continuous journey!

Oleh karena itu jangan heran jika kita sering membaca sejarah orang-orang saleh yang sangat mengagumkan dalam hal semangat mereka menuntut ilmu. Karena mukmin sejati adalah pewaris yang sesungguhnya dari sifat-sifat para Nabi dan Rasul, di antaranya sifat tak pernah merasa puas untuk urusan ilmu.

Sebut saja Syeikh Asad As-Syairazi yang mengatakan bahwa beliau telah mengulangi pelajaran kitab Sahih Bukhari di hadapan gurunya hingga 20 kali khatam. Seolah-olah setiap kali membaca ulang kitab tersebut, ia mendapat pengetahuan baru yang belum pernah didapat pada bacaan sebelumnya.

Berapa banyak ulama-ulama terdahulu yang memiliki koleksi buku-buku, belakangan diketahui pada halaman paling akhir buku tersebut mereka menulis, "Aku telah membaca buku ini 50 kali, 100 kali, dan seterusnya."

Alangkah luar biasanya kebiasaan mereka. Tidakkah mereka merasa jenuh menggali ilmu? Tentu saja tidak. Justru kejenuhan yang merasa jenuh menghampiri mereka. Tidakkah mereka merasa mengantuk saat membaca buku? Tentu saja tidak. Justru jika mereka mengantuk, maka membaca adalah penawarnya.

Syeikh Ibnu Al-Jahmi berkata, "Apabila rasa kantuk mulai menyerangku bukan pada waktunya, maka aku segera membaca buku mutiara hikmah. Seketika aku bersemangat kembali, hatiku lapang dan gembira."

Aduhai elok nian keadaan para pecinta ilmu sejati. Belajar adalah hiburannya. Buku adalah kekasihnya. Mari kita berdoa dengan tulus kepada Allah agar bisa ikut merasakan seperti apa yang mereka rasakan meski hanya bagian kecilnya saja. Teriring ikhtiar dari diri kita sendiri untuk mendidik jiwa ini mencintai ilmu dan menyayangi buku.

Salam Hijrah.
________________
*_Untuk berlangganan artikel inspiratif setiap harinya silahkan gabung di grupnya._*

Grup 1 ⬇
https://chat.whatsapp.com/LHP4b8fq8MqJBuImKiZnDe

Grup 2 ⬇
https://chat.whatsapp.com/BVCYkcaiGGV3UQszwxEVXW

Grup 3 ⬇
https://chat.whatsapp.com/BjaWW2ag0Wb7z9Esm60yHP

Grup 4 ⬇
https://chat.whatsapp.com/DpIwQPB2v5zEllR0QGuIii

Grup 5 ⬇
https://chat.whatsapp.com/G6hVDbOBHM1LVgLa12bqIb

Grup 6 ⬇
https://chat.whatsapp.com/Lfd0VeQVVKDEDAC5mQ8bpd

*DILARANG MASUK LEBIH DARI SATU GRUP* ⚠
_________________
*SHARE ❗*
_Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)._
[9/12 10.41] Kontak Give Buku: *UBAH PERTANYAAN ANDA, UBAH HIDUP ANDA*

Teman teman, apakah teman teman sering bertanya kepada diri sendiri, contoh seperti ini :

"Apakah saya akan sukses ya?"

Ketika pertanyaan seperti ini muncul, maka selanjutnya di otak akan muncul jawaban, bisa *iya, akan sukses*, bisa juga *tidak akan sukses*.

Coba sekarang ubahlah pertanyaan nya menjadi :

"Bagaimana ya caranya untuk sukses?"

Maka selanjutnya di otak muncul jawaban, ide ide menuju sukses, misalnya ide jualan online, ide jualan kuliner, dan ide ide bisnis lainnya.



Contoh lagi pertanyaan :

"Apakah saya bisa membahagiakan orang tua?"

Maka yang muncul jawaban bisa *ya* bisa juga *tidak*.

Coba pertanyaannya diubah
"Bagaimana ya, caranya membahagiakan orang tua?"

Kira kira apa yang muncul?




ubah pertanyaan anda..sebab mengubah pertanyaan, *bisa mengubah tindakan anda!*

Jadi berhentilah mengajukan pertanyaan kepada diri anda *yang melemahkan hidup*.

Pertanyaan seperti,

"Apakah besok saya bisa sukses?"

"Apakah saya dapat membahagiakan orangtua?"

"Bila hal-hal buruk itu semua terjadi, apa yang akan terjadi dikehidupan saya?"

"Apakah saya akan terpuruk dengan keadaan?"

Daripada anda bertanya seperti diatas, mengapa tidak anda ubah pertanyaannya begini,

" *Apa yang harus saya lakukan* agar besok saya bisa sukses? Siapa yang harus saya temui? Kepada siapa saya mesti berguru?"

" *Bagaimana caranya* agar saya bisa membahagiakan kedua orangtua saya?"

" *Bila hal-hal yang baik yang saya bayangkan itu terjadi*, betapa beruntungnya saya, betapa bahagianya saya.."

"Apakah saya memilih untuk menyerah dengan keadaan? atau saya memutuskan untuk mengubah keadaan? Itu semua terserah saya..dan *saya lebih memilih untuk mengubah keadaan!*"

Dengan pertanyaan yang berbeda, *apa yang anda rasakan?*

Apakah anda semakin melemah, atau membuat anda semakin bergairah untuk menjalani hidup?

Sahabat,
Solusi atas permasalah hidup anda sesungguhnya sudah Tuhan letakkan *didalam diri anda!*

Semuanya *sudah sangat lengkap* Tuhan berikan sebagai bekal hidup anda, dan Tuhan juga memberikan *kehendak bebas* kepada anda, apa yang anda pilih dan apa yang anda putuskan..

Intinya, semua otoritas perubahan hidup, *ada ditangan anda!*

Salah satu bekal yang Tuhan titipkan kepada manusia yang tidak diberikan kepada seluruh makhluk ciptaanNya, adalah, "Imajinasi!"

YA, *IMAJINASI!*

Kemampuan anda berimajinasi inilah yang membedakan anda dari makhluk hidup yang lainnya.

Saat anda ber-imajinasi, sesungguhnya saat itu juga anda sudah berhasil menciptakan sebuah roket, dan roket ini membutuhkan "bahan bakar" atau energi yang sangat besar untuk bisa melesat menuju sasaran...energi atau "bahan bakar" yang saya maksud adalah *PRASANGKA ANDA!*

Kebanyakan orang jika ditanya secara sadar,

"Apa saja hal-hal yang ia inginkan terjadi dalam hidupnya?"

Kebanyakan mereka akan menjawab dengan menyebutkan hal-hal yang baik, yang positif, yang hebat, yang besar, yang menggembirakan dan membahagiakan hidup..

Namun anehnya, kebanyakan dari mereka justru merencanakan(membuat skenario) yang buruk, dengan membayangkan(meng-imajinasikan) kejadian/peristiwa yang *tidak di inginkan!*

Padahal sama-sama membayangkan, mengapa harus *membayangkan hal-hal yang buruk?*

Jika apapun yang anda bayangkan sama-sama akan mewujud nyata dalam hidup, mengapa anda memilih untuk membayangkan *yang buruk-buruk?*

Mengapa tidak membayangkan *yang baik-baik?*

Ini sama halnya seseorang yang hobby berfoto selfi..

Saat foto selfi hasilnya jelek, ia langsung segera menghapus foto tersebut dari memori hp, dan yang ia simpan hanya foto atau gambar-gambar yang hasilnya baik, *yang enak dilihat/dipandang*..

Namun lucunya, saat ia menyimpan sesuatu dalam memori pikiran, ia justru senang sekali menyimpan gambar-gambar peristiwa, dan kenangan-kenangan kejadian *yang buruk-buruk!*

Padahal inilah *sumber* dan *pemicu* penderitaan hidup!

*Yuuk, ubah pertanyaan yang menguatkan hidup*
________________
*_Untuk berlangganan artikel inspiratif setiap harinya silahkan gabung di grupnya._*

Tidak ada komentar: