🤗
[23/1 20.34]
+62 812-1294-2286:
Assalamu’alaikum warohmatullohi warbarokatu. Ba’da takbir, tahmid dan shalawat. Semoga temen2 semua dalam keadaan sehat selalu, diberikan rezeki melimpah dan selalu berkontribusi untuk kebaikan dan perbaikan masyarakat & bangsa Indonesia.
Terima kasih untuk teman2 Pustaka SAGA yang telah menyelenggarakan diskusi online ini. Terima kasih juga kepada teman2 yang telah meluangkan waktu, fikirian dan kuotanya untuk menyimak diskusi ini. Semoga apa yang kita diskusikan bisa jadi masukan & inspirasi untuk dibawa ke dunia nyata. Kalau ada yang ingin ditanyakan atau digali lebih lanjut, temen2 bisa tanya di akhir sesi. Atau bisa juga japri2an kalau kiranya waktu diskusi tidak cukup.
[23/1 20.36] +62 812-1294-2286:
perkenalkan juga, saya Arif Susanto. saya dulu kuliah di UGM Jogja fakultas pertanian. terakhir amanah sy di MPP KAMMI. sekarang sdh resmi menjadi Alumni. kalau kesibukan masih ngurusin GreatEdu aja. GreatEdu ini StartUp coba-coba yang saya, robert, mas tatang & ade irma rintis sejak masih jadi pengurus PP periode mas Kartika
[23/1 20.39] +62 812-1294-2286:
Pertama, saya coba ceritakan latar belakang Buku Impactivist. Buku ini lahir dari keresahan melihat dalam beberapa tahun ini rasanya KAMMI belum siap memasuki dunia baru yang biasa kita sebut era revolusi Industri 4.0 atau era digital. Di Era digital ini, siapapun akan menghadapi dunia yang terus berubah dengan sangat cepat. Baik itu individu, organisasi, perusahaan, komunitas bahkan
Negara harus beradaptasi dengan setidaknya 3 tantangan: kecepatan informasi & pengetahuan, kecepatan & efisiensi kerja, dan kecepatan lahirnya beragam inovasi. Tiga hal ini akan membuat tercipta banyak pengetahuan baru, kompetitor dan aktor2 baru yang mengancam eksistensi pemain lawas karena apa yang mereka lakukan menjadi tidak relevan dan ditinggalkan karena ada inovasi baru yang lebih efisien & mutakhir.
[23/1 20.40] +62 812-1294-2286:
ini cover bukunya
Dalam menghadapi perubahan zaman ini, ada tiga jenis respon yang biasanya dilakukan:
Pertama : segera mempelajari era digital ini agar menjadi aktor yang memiliki pengetahuan, inovasi dan produk yang “pertama” sehingga bisa dapat banyak benefit dari era digital ini. Hal ini bisa kita lihat pada sosok Jack Ma yang walaupun bukan alumni kampus top & Cuma seorang guru, ia segera mempelajari internet dan kini memiliki industri raksasa.
kedua: Wait and see. Menunggu perkembangan yang ada sambil melakukan beberapa penyesuaian yang tidak merubah koor utama aktivitas lawas. Ini dilakukan beberapa perusahaan atau lembaga negara yang akhirnya coba-coba membuat aplikasi.
Ketiga: Cuek, tidak peduli dengan apa yang terjadi sambil merasa apa yang dilakukan selama ini adalah hal benar dan baik-baik saja. Ini banyak dilakukan organisais/perusahaan konvensional. Kodak, black berry & Nokia adalah contih ‘korban’ dimana abai pada inovasi kompetitor ‘kecil’ yang akhirnya membuat mereka tersingkir.
[23/1 20.43] +62 812-1294-2286: Pertanyaannya, KAMMI sebagai organisasi yang telah 20 tahun berdiri ini, melakukan hal apa?
[23/1 20.46] +62 812-1294-2286:
Nah, melihat berbagai pergerakan, program & aktivitas yang ada di KAMMI dalam beberapa tahun ini, nampaknya kok KAMMI tidak terlihat cukup serius mengadaptasi diri menghadapi era digital ini.
Bahkan ada senior generasi awal yang melihat kok aktivitas KAMMI sekarang dibanding tahun 2000an kok nyaris tak ada bedanya. Pun ketika ada ide2 baru yang lahir diantara kader KAMMI sebagai respon perubahan zaman, malah cukup banyak yang nyinyir, menolak dan menganggap ini hanya ilusi.
Saya pribadi khawatir KAMMI bernasib seperti Nokia dkk yang tergilas. Padahal ada beberapa potensi yang membuat KAMMI bisa mengambil peluang besar sehingga lebih berdaya, mendapat benefit, bahkan menjadi leader gerakan di era baru ini. Karena biasanya perubahan zaman melahirkan pergantian pemain. KAMMI punya potensi melakukan hal ini, namun tidak banyak yang intensif mendiskusikan ini.
[23/1 20.50] +62 812-1294-2286:
Maka buku Impactivist ini menjadi semacam masukan saya untuk temen-temen KAMMI. Dengan diterbitkannya buku ini, bukan berarti Impactivist ini teori atau konsep yang terpatenkan milik saya. Justru saya hanya mencoba memberikan pandangan dan sedikit penjelasan dari apa yang telah dikerjakan oleh PP KAMMI.
Impactivist ini gerakan yang dicetuskan PP KAMMI dalam Rapimnas di NTB akhir 2019 kemarin. Jadi posisi saya hanya mencoba menjelaskan dengan segala keterbatasan pengetahuan dan ilmu saya. Impactivist tetaplah konsepsi gerakan yang dibuat oleh PP KAMMI saat itu. Tinggal apakah akan dilanjutkan atau tidak juga terserah teman2, karena sy saat ini sudah menjadi alumni.
Di dalam buku ini, saya coba membuat benang merah dan runutan cerita dari apa yang terjadi pada 2012 akhir hingga 2013. Dimana pada tahun 2012-2013 itu KAMMI mengalami pergolakan identitas & ideologi hingga lahirnya konsep positioning KAMMI yang lebih mengindonesia.
Ini bisa dilihat dari penggunaan tagline #UntukIndonesia yang digunakan pada era kang Andriyana. Evolusi konsepsi gerakan ini berlanjut di periode Mas Kartika Nur Rakhman yang mendeskripsikan lebih jelas arah gerak KAMMI dalam konsepsi Perjuangan Jayakan Indonesia 2045.
Disebut pergulatan karena KAMMI yang sebelumnya sangat identik dengan pola gerakan wajihah tarbiyah pada umumnya dan nyaris tanpa identitas khas, menjadi merah-putih dan indonesia banget yang ini juga menjawab positioning KAMMI ada dimana: bersama Indonesia, beyond politik, partai, dll.
Nah, ternyata narasi identitas, ideologi, dan perjuangan saja belum cukup karena pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara mewujudkannya. Kalau KAMMI pengen menjayakan Indonesia di 2045, bagaimana operasionalisasi, cara, action dan sistem gerak KAMMI? Karena ide tanpa eksekusi yang baik akan menjadi angan-angan belaka.
Bicara operasionalisasi & action akan lebih rumit karena ini menyangkut kondisi dan realitas zaman agar action kita bisa sukses dan ini sangat tergantung pada kondisi yang ada. Sebagai contoh, Kita tidak bisa menggunakan metode di suatu daerah diterapkan di daerah lain.
Apalagi ini subjek dan objeknya adalah manusia yang berbeda dengan benda mati. Pembacaan atas kondisi lingkungan, generasi milenial, zaman, budaya, perekonomian dll akan sangat diperlukan agar metode gerak KAMMI benar-benar bisa dijalankan dan sukses.
Nah, saya melihat konsepsi yang dicetuskan PP KAMMI kemarin yaitu Impactivist bisa menjadi metode operasional atau kerangka kerja yang membuat KAMMI bisa menjawab tantangan zaman sekaligus membuat apa yang diperjuangkan bisa tertunaikan. Kata kunci ada di kader atau manusia-manusia KAMMI.
Bila selama ini Pengurus dan gerakan KAMMI fokus pada program dan pengawalan isu, maka di era digital ini Pengurus KAMMI perlu fokus membuat kader-kader mampu menjadi solution maker atas beragam masalah & isu yang ada. Kader belajar dan bergerak bukan semata tentang menjalankan program atau pengawalan isu, tapi bagaimana membuat Impact atau dampak positif atas berbagai persoalan dan isu yang ada.
Karena persoalan dan isu yang ada itu sangat banyak, berubah-ubah dan kompleks yang sangat sulit bila hanya pengurus yang mengerjakannya, maka fokus kita bukan pada jumlah isu atau persoalan yang diatasi, tapi pada kemampuan kader membuat sesuatu (produk) yang impactful. Semakin banyak kader yang membuat produk impactful dan semakin besar kapasitas impact mereka, maka akan semakin banyak kontribusi KAMMI.
Disini kampanye tentang impactivist diperlukan. Bagaimana membangun paradigma dan pemahaman kader tentang kewajiban membuat impact. “Di KAMMI jadi Aktivis aja gak cukup. Aktivis KAMMI wajib membuat dan memperbesar impact dirinya”, begitu kira2 kesadaran barunya. Ini penting agar kader lebih terntantang membuat sesuatu, bukan hanya jadi kader yang gemar baca, diskusi, kajian, ibadah, dan amal2 individu lainnya. Tapi juga punya produk berupa program, bisnis, tulisan, gerakan, komunitas dll yang ini menjadi solusi atas problem yang ada di masyarakat, lingkungan, kampus, dunia mahasiswa, dll.
[23/1 21.08] +62 812-1294-2286: Tantangan berikutnya setelah kader paham dan semangat membuat produk yang impactful, adalah menyiapkan pengurus/struktur yang mensupport belajar, berkarya dan berkembangnya produk-produk kader. Bahasa ekstremnya, *program utama pengurus itu bukan apa yang dikerjakan langsung, tapi apa yang dibuat oleh para kader*. Syarat berikutnya, Pengurus KAMMI dari pusat hingga komsat harus belajar lebih cepat agar bisa mendampingi produk-produk para kader. Fungsi pengurus kini menjadi inkubator dan fasilitator agar kader bisa belajar dan membuat produk impactful dengan baik. Sekre menjadi semacam coworking space tempat kader-kader berdiskusi, berkerja, berkolaborasi, ngantor dll untuk projek2 & produk yang mereka kerjakan. Relasi dengan alumni pun harus lebih intensi agar kader punya banyak mentor, temen diskusi, partner, kolega, jaringan dll yang mengakselerasi produk-produk kader.
[23/1 21.10] +62 812-1294-2286: Lantas apa efeknya bagi kader? Di dunia bisnis, ada pepatah begini:*Sebelum sukses kita akan mengalami 7 kali kegagalan dulu*. Ini jadi semacam proses dimana sukses atau keberhasilan itu butuh proses belajar, pengalaman, kematangan, pengetahuan, kedewasaan dll yang ini bisa didapat dari kegagalan-kegagalan tsb. Gagal itu bisa terjadi kalau kita sudah action dan gerak namun terhenti karena konsep yang dibuat tidak bekerja, tantangan lebih besar, atau hal-hal lainnya. Ada juga yang bilang kalau kita perlu menghabiskan jatah gagal selagi muda agar suksenya juga saat masih muda. Nah, ini adalah gambaran dimana proses belajar dengan action membuat produk itu diperlukan. Dan alangkah baiknya kalau itu dimulai sejak usia mahasiswa dan KAMMI menjadi supportinya agar belajar by action-nya berjalan baik dan saat memasuki usia pasca kampus, para kader bisa segera mencapai kesuksesan di bidang yang mereka geluti.
[23/1 21.11] +62 812-1294-2286: Saya kira inilah substansi kaderisasi KAMMI bahkan kaderisasi tarbiyah: membuat seseorang bisa menemukan kecemerlangan dirnya melalui kontribusi & karya sesuai kemampuan yang mereka miliki. Ini sedikit mengoreksi apa yang banyak terjadi justru homogenisasi kader. kader “dipaksa” menjadi homogen secara fikiran, skill, kompetensi, karya bahkan karya/produknya juga.. padahal alami nya kader punya beragam potensi & kemampuan yang mereka harus didorong menjadi sukses dengan kemampuan yang mereka punya.
[23/1 21.12] +62 812-1294-2286: Memang ada banyak hal dalam konsep Impactivist yang harus dibedah dan dipersiapkan dengan lebih matang. Sebagai ide & konsep, saya rasa impactivist sdh cukup oke. Bagaimana implementasinya, penyesuaian sistem kaderisasi, penyesuaian struktur pengurus, program, aksi-aksi dan lain-lain ini perlu didiskusikan dan dirumuskan lebih matang. Nah ini menjadi PR tmn2 yang masih aktif saat ini. Siapapun yang paham konsep Impactivist ini perlu melakukan sesuatu agar KAMMI bisa bergerak ke arah sana. Tidak perlu menunggu siapapun. Action saja.
[23/1 21.13] +62 812-1294-2286: Karena dalam sebuah transformasi atau shifting mesti ada proses dan belum tentu didukung semua orang, maka perjuangan melakukan shifting harus dilakukan oleh semua pihak. Bergerak saja. Tak perlu menunggu siapapun. Mulai dari yang bisa dilakukan. Bisa dari belajar di google, youtube, podcast dll. Bisa dengan diskusi dengan temen kost, temen liqo, FDG dll. Dengan program di komsat atau lembaga apapun yang tmn2 kelola. Jadi action aja.
[23/1 21.15] +62 812-1294-2286: Dalam buku juga saya cuplik manifesto Lean Imapact : Think Big, Small Action & Seek Impact. Ini 3 kunci kalau KAMMI mau shifting di era digital ini. Lanjutkan kebiasaan temen berfikir besar, bahkan terus tambah dengan pengetahuan2 tentang dunia startup termasuk frameworknya dll. Tapi mulai dengan Action yang kecil aja dulu. Yang simpel yang bisa dilakukan sesuai kemampuan temen2. Sesederhana apapun gak jadi masalah. Walau itu produk hanya untuk komunitas temen, temen sekelas, fakultas, dll yang penting action dulu walau sederhana. Nah yang ketiga kuncinya ada di mengejar Impact. Apa yang kita lakukan harus diorientasikan membuat impact dan impact ini harus semakin besar dari waktu ke waktu.
[23/1 21.16] +62 812-1294-2286: Kalau di awal saya bicara tentang kecepatan pengetahuan, eksekusi dan inovasi, maka dalam rangka mengejar impact inilah kita harus semakin cepat belajar & menggali ide, semakin cepat merumuskan action dan segera actionnya, juga semakin cepat membuat inovasi dalam ide, startegi, marketing, branding, tools, formula dll. Karena bisa jadi dalam detik kita diskusi ini, ada ratusan inovasi, produk bahkan komunitas dan perusahaan bisnis baru lahir di muka bumi ini. Kita masih diskusi mereka sdh action. Dan karena internet membuat bumi jadi datar, mereka semua menjadi kompetitor kita. Kita tidak hanya bersaing dg HMI, GMNI dll tapi bersaing dengan manusia-manusia pintar dan hebat dari segala penjuru dunia. Jadi kompetisi dan kapasitas kita bukan lagi dihitung antar gerakan mahasiswa, tapi beyond itu: kompetisi global.
[23/1 21.17] +62 812-1294-2286: Terakhir, saya akan singgung soal nasib “Menjadi Pemimpin” yang selama ini jadi ruh KAMMI. Kalau saya boleh usul dan beri analogi. Lebih baik kader KAMMI kalau mau jadi Pemimpin itu seperti Sandiaga Uno, Anies Baswedan, Nadiem Makarim, Eric Tohir dll. Ini kalau bener-bener mau jadi pemimpin nya. Mereka terjun dunia politik setelah punya bisnis besar, kekayaan memadai, perusahaan dengan ribuan karyawan, bisnis macem2, portofolio kuat. Jadi pemimpin dengan kekuatan full. Jadi kesibukan tmn2 KAMMI sejak kuliah hingga usia 30 tahun adalah menyiapkan semua modal yang dibutuhkan untuk jadi kandidat yang powerful. Habiskan masa gagal, sukses bisnis, sukses jadi akademisi, punya karya & portofilio, dll nya jadi fokus temen. Saatnya selesai di KAMMI usia 30, temen2 langsung meluncur jadi tokoh nasional & dunia. Ini baru kader KAMMI.
Nah ini gambaran dan pandangan saya tentang konsep Impactivist yang menurut saya ini original KAMMI banget. Bisa salah, bisa bener, bisa dikoreksi, dan bisa juga dijalankan. Karena temen2 yang sekarang masing ada di KAMMI, maka sejarah KAMMI sekarang ada di pundak temen2.
Apakah KAMMI akan terdisrupsi dan tinggal kenangan seperti BlackBerry misalnya. Ataukah KAMMI bisa meluncur dan memanfaatkan era baru ini dan membuat babak sejarah emas KAMMI lagi dengan cerita besarnya di era digital ini. Wallahu’alam,
Silahkan kalau ada temen2 yang mau bertanya atau menyampaikan pendapat. Saya kembalikan kembalikan ke moderator akh iqbal. Terima kasih temen2 sudah mau menyimak.
Pertanyaan
[23/1 21.35] Diskusi Pustaka Saga:
1. Perbincangan ini mengerucut pada perkembangan zaman dan gerakan, kira-kira apa pandangan tentang OKP yang lebih lama dari KAMMI, yg sudah 70-an tahun, 40-50an tahun tapi polarisasi gerakannya masih sama secara kasat mata, bahasa kasarnya outputnya yang dominan, 'aktivis-politis'?
2. Apakah model gerakan start up ini sebagai gerakan operasional atau gerakan strategis, yang merupakan fase lanjutan, dan bagaimana polarisasi dalam aktivitas aktivis gerakan, bagaimana penerapannya sebagai wajah dalam pengkaderan, bagaimana komposisi untuk setiap marhalah KAMMI dan jenjang keanggotaannya? Ataukah start up ini lebih cocok menjadi suatu pola yang tumbuh bagi orang paska KAMMI? Sementara proses di KAMMI hanya sebagai inkubatornya?
3. Apa yang paling ideal dalam memulai impactivis di era digital apakah memang harus dimulai dari bisnis digital? Bagaimana konsepsi ideal bagi selera aktivis KAMMI yang cenderung pada ranah pemikiran, ideologisasi dan sejenisnya?
Sadli
Jawaban
[23/1 21.40 Terima kasih pertanyaan akh sadli.
Jawaban pertanyaan pertama: menurut saya, KAMMI harusnya bisa mendisruspsi kejenuhan organ gerakan Mahasiswa (OKP) yang ada selama ini. Bagi saya, menjadi aktivis-politis itu hanyalah salah satu model output atau pembentukan kader. termasuk misalnya soal demonstrasi, ekstraparlementer, dll. Yang terpenting adalah organisasi, kaderisasi, program, kader, produk dll ini selaras dengan tujuan kenapa organisasi ini ada & bisa mewujudkan cita-citanya. Soal metode dan jenis output itukan harusnya disesuaikan dengan tujuan & cita-cita organisasi. Jangan sampai gaya & satu pola gerak membuat apa yang menjadi tujuan & cita-cita malah terabaikan. Jadi untuk KAMMI mestinya lebih banyak menggali apa tujuan & cita-cita KAMMI, bukan saklek dengan gaya, rival, kompetitor, profil dominan alumni dll.
jawaban pertanyaan kedua...
Bagi saya, kehadiran StartUp cukup diambil intisari model aktivitas/gerakannnya. Kenapa StartUp menjadi fenomena dan tren di era digital? Karena para StartUP mampu membuat inovasi, eksekusi, dan model bisnis yang efektif, cepat dan impactful. Karena metode yang mereka pakai ini efektif dan cepat, mereka mampu mengalahkan perushaaan2 mapan. Nah ini yang harus kita adaptasikan di KAMMI. Bagaimana kebaikan dan perbaikan yang anak2 KAMMI kerjakan ini lebih cepat, efektif, efisien, impactful dan menghantarkan pada kesuksesan (tak mesti ukuran materi y). Kalau urusan bisnis aja bisa meroket, mestinya urusan dakwah, kebaikan, perbaikan, amal dll yang menyangkut problem di masyarakat, ummat, bangsa dan negara mestinya juga bisa lebih meroket. Nah di dunia StartUp sdh ada framework-framework yang membuat itu semua lebih cepat, kenapa gak kita adaptasikan aja. Jadi ini bukan tentang bisnisnya ya.
[23/1 21.50] +62 812-1294-2286: Untuk marhalah atau dauroh sejak awal masuk KAMMI. Menurut saya, inti dari dauroh2 itu kan para kader paham & menginternalisasi value & perjuangan KAMMI, kader2 jadi lebih Sholeh/hah serta budaya, adab, dll, juga bisa belajar dan berkarya hingga menghantarkan mereka sukses. Nah, ini perlu dikaji ulang agar sesuai dengan kebutuhan dan kecepatan zaman, termasuk kultur belajar generasi sekarang. Misal ttg memahamkan ke-KAMMI-an, apakah bisa dipersingkat dan lebih efektif dalam proses internalisasinya? Apakah KAMMI perlu sistem tarbawi mandiri agar tarbiah & kesholehan kader ttp terjaga? Apakah KAMMI perlu membuat sistem pembelajaran aktif sendiri agar kader belajar gak lagi numpang di BEM dll? Agar belajar, berorganisai & produk mereka bisa lebih terakselerasi... nah, ini pilihan2 yang monggo temen kaji dengan riset dan kajian yang matang. Juga segera aja agar dapat formula terbaiknya segera.
[23/1 21.50] +62 812-1294-2286: jawaban pertanyaan ketiga...
[23/1 21.55] +62 812-1294-2286: Pertanyaan ke 3: yang paling ideal itu bikin produk sendiri segeral. Gak mesti bisnis, bikin komunitas, program sosial, lembaga kajian, gerakan sesuatu, dll yang bisa dilakukan. Juga gak mesti linear dengan keilmuan dulu. Bikin aja. Walau kecil, simpel, sederhana, bikin aja sesuatu. Lebih baik dari masalah yang dekat dan ada di sekitar tmn2. Gk usah muluk2, yang simpel aja. Ini analoginya naik Gunung. Silahkan bermimpi naik mahameru dll, tapi mulai aja dari gunung yang kecil gk papa asal kita pede dan selamat sampe puncak dan kembali. Insya Allah kalau sekali dua kali sukses naik gunung atau bikin produk, akan ketagihan dan semangat naik gunung atau bikin produk yang lebih besar dan idealis.
Konsep ideal belum ada akh. Ada ide soal project learning tapi ini baru sebatas konsep yang saya tulis di buku saya. Lebih baik temen2 disadarkan dulu kudu bikin impact, kudu jadi founder yang bikin sesuatu untuk mengatasi problem sekitar, walau itu sederhana tapi impactful
[23/1 21.57] +62 852-4251-1560: Dari awal saya pikir Bang Arif berusaha menumbuhkan ide bisnis start up dalam tubuh KAMMI ternyata lebih kepada konsepsi start up dalam gerakan KAMMI, saya kira ini menarik. Saya kira memang perlu banyak didengungkan di telinga kader kalau begini penjelasannya 👌
🤗
Tidak ada komentar:
Posting Komentar